Kenyataan yang menyakitkan

1K 70 11
                                    

“Sayaangg…” Rahma yang sedang memasak nasi goreng mendengar teriakan dari lantai dua rumahnya, siapa lagi kalau bukan suara suaminya.

Mbok iyem dan suaminya sudah tidak bekerja dirumah mereka lagi, karena anak mereka meminta untuk mereka menikmati masa tua mereka bersama cucu mereka di kampung halaman.

“Tunggu sebentar.” ucap Rahma dengan suara nada tinggi, lalu mematikan kompor kemudian bergegas menuju kamarnya.

“Kenapa mas?” tanya Rahma ketika sudah berada di dala kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membuka lemari.

“Dasi dimana?” tanya Azis sambil menghampiri Rahma.

“Ya dilemari, gak mungkin aku bawa kedapurkan” ucap Rahma.

“Enggak ada” kata Azis lalu menarik hidung Rahma.

“Ada, coba yang teliti nyarinya.” Kata Rahma sambil menuju lemari putih besar.

“Coba aja cari, aku udah cari kesana kesini gak ada”

“Nah… ini apa coba?” kata Rahma sambil memperlihatkan dasi berwarna navy ke Azis. Azis hanya nyengir, “ Tumben pake dasi” kata Rahma menghamipiri Azis.

Rahma memicingkan matanya.”Mas punya selingkuhan ya??! tanya Rahma dan Azis terkejut.

”Astagfirullah sayang, gak mungkin lah. Hari ini ada rapat sama dokter dokter dirumah sakit, masa iya gak pake dasi.” ucap Azis sambil menggenggam tangan Rahma.

“Emang harus pake dasi ya?” tanya Rahma sambil melepaskan genggaman suaminya.

“Enggak sih, biar keliatan rapi aja” jawab Azis menghampiri istrinya yangberdiri membelakangi dirinya.

“Mau tebar pesona sama pengunjung rumah sakit atau sama mahasiswa yang sedang koas? Tuduh Rahma.

“Aduhh humairah sayang, kok ngomong gitu sih. Aku kan sudah pernah bilang ngapain nyari yang lain sedangkan allah sudah ngirimkan salah satu bidadarinya untuk ku” Ucap Aziz berusaha meyakinkan lagi istrinya.

“Bener?”

“Iya humairah.. emang mas pernah bohong sama kamu?”
Rahma tersenyum senang lalu memeluk Azis. Azis membalas pelukan istrinya.

“Kalo kita pelukan kaya teletubis gini, nanti aku bisa telat kerumah sakitnya” ucap Azis sambil mengelus punggung Rahma.

Rahma hanya nyengir dengan ucapan suaminya itu, lalu merangkul tangan suaminya untuk ia gandeng menuju meja makan untuk sarapan. Rahma menghidangkan nasi goreng yang ia masak tadi kepiring milik suaminya lalu menghidangkan kedalam piringnya.

“Mas, kapan Arini bisa tinggal sama kita?” tanya Rahma diselingan makan mereka.

“Tunggu Arini benar benar sembuh dulu, kalo sudah sehat total baru kita bawa kerumah” jelasnya lalu melanjutkan makan mereka.

Usai sarapan Rahma mengantarkan Azis untuk pergi berangkat kerja walau hanya sampai depan rumah

***
Kegiatan Rahma kini hanya sedang duduk santai disofa, usai Azis berangkat Rahma langsung melanjutkan pekerjaan rumahnya dari membersihkan rumah, kamar, halaman belakang. Lalu dilanjutkan vidio call dengan ibunya yang ada di Banjarmasin walau hanya lewat vidio call setidaknya mampu menghilangkan rasa rindunya pada ibu yang telah melahirkannya.

Usai melepas rindilu dengan ibunya kini Rahma kembali menelfon seorang wanita yang sudah melahirkan lelaki sempurna seperti Azis, dia adalah ibu mertuanya.

Lumayan lama Rahma bertelfonan dengan ibu mertuanya dari awal hanya lewat via telfonan malah beralih ke vidio call. Kenapa Rahma tidak langsung kerumah mertuanya saja? Kenapa harus lewat hp?. kini kedua mertuanya sedang berada di Malang karena ayah mertuanya sedang ada bisnis disana.

Bingung apa yang ia lakukan lagi, Rahma melirik jam dinding yang ada di kamar nya. Kini jam itu menujukkan pukul 10.30.

“Masih ada waktu, lebih baik kerumah sakit ngantar makan siang?” batin Rahma. Lalu beranjak dari ranjang dan menaruh novelnya diatas nakas menuju dapur.

Kini Rahma memasak kesukaan Azis, dengan semangat dan senyum selalu terpancar disudut bibirnya. Satu jam lebih berkutik didapu kini hidangan nya sudah siap .

“Ganti baju, terus pergi deh” kata Rahma berbicara sendiri.
Usai ganti baju dan mengambil rantang berisi makanan untuk suami tercintanya, Rahma pergi keluar rumah dengan cepat karena tidak enak dengan supir taksi yang ia pesan menunggu lama. Tak berapa lama Rahma sampai dihalam rumah sakit, sebelum ia keluar dari taksi ia membayar ongkos taksinya.

“Selamat siang bu” sapa Satpam didepan pintu utama rumah sakit menyapa Rahma. Rahma hanya tersenyum dan sebentar menundukkan kepalanya.

“Naira. Dokter Azis adakan di ruangannya” tanya ku saat melihat Naira.

“Ada ko bu, langsung aja datang keruangannya, baru saja selesai rapat bu” katanya

“Terima kasih” kata Rahma lalu segera melangkahkan kakinya menuju ruangan mereka.

Tanpa mengucapkan salam Rahma langsung masuk saja memang tidak sopan, tapi apakah lebih tidak sopan melihat dua insan yang bukan mahrom berduaan di dalam ruangan.

“Lain kali ketuk pintu dulu sebelum masuk ruangan” kata perempuan itu yang bergamis toska senada dengan jilbabnya.

Pandangan Rahma hanya tertuju pada sosok lelaki yang kini sedang duduk dihadapan  wanita itu.

“Ada keperluan apa ya mba?” tanya wanita itu lagi dan melirik rantang nasi yang Rahma bawa.

“Kamu pasti adik sepupunya mas Azis yah, mau antar makanan ya?” tanya dengan senyum menyambut seseorang.

Rahma kaget, wanita itu tidak tau bahwa Rahma istri sah dari lelaki yang ada disamping nya itu. Lalu rahma menunduk dan menghapus pelan air mata yang ingin jatuh dipipinya.

“Atau mau gabung makan siang sama kita? Sini ayuk” ajak wanita itu.

“Maaf bu, dok. Saya gak ketuk pintu dulu. Saya kira gak ada orang” kata Rahma dan mengarahkan netranya ke arah Azis.

“Tidak usah bu terima kasih, saya hanya ingin mengantar ini” sambil meletakkan rantang nasi diatas meja Azis, lelaki itu hanya diam.

“Permisi” pamit Rahma lalu pergi.
Ia keluar dari ruangan suaminya dengan air mata yang keluar dari pelipis matanya, ia mendengar suara Azis memanggilnya sebelum ia benar benar pergi dari ruangan suaminya itu.

Saat perjalanan pulang Rahma hanya menangis didalam mobil taksi yang ia stop di pinggir jalan. Supir taksi itu bertanya kenapa Rahma menagis tak ia jawab. Ia hanya menangis tanpa suara, meratapi apa yang terjadi hadapannya sekitar 20 menit lalu.

Setiba di rumah Rahma langsung masuk kedalam rumah usai membayar taksi tersebut. Ia mengambil beberapa barang dan bajunya untuk ia pindahkan kekamar tamu yang berada di lantai satu rumahnya. Sungguh kini ia tersakiti oleh sikap suaminya yang tidak tegas saat Rahma hanya di anggap adik sepupu bukan istrinya. Rahma berharap Azis membantah dengan pertanyaan dari wanita tadi.

Jazakumullah Khairan katsiiraa buat kalian yang sudah membaca Imam Tak Terduga 😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jazakumullah Khairan katsiiraa buat kalian yang sudah membaca Imam Tak Terduga 😍.

Tinggalkan jejak kalian dengan cara vote karya aku yahh. Typo masih meraja lela

Salam manis dari aku🌷

Imam Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang