BAB 14 :

116 51 0
                                    

Perjalanan ini terasa sangat lambat ditambah lagi teriknya matahari yang semakin bertambah panas. Meskipun Vera sudah minum sebentar tapi baru saja melangkah, tenaganya kembali terkuras

"Rumah lo dimana?" tanya Kenan menatap sebentar kearah Vera yang terlihat kepanasan dengan keringat yang semakin bertambah di wajah mulusnya

"Dikomplek Cendana II kak". Kenan tersenyum tipis. Perumahan elite

"Butuh waktu 10 menit lagi buat nyampe kesana. Lo masih mampu?" tanya Kenan memastikan

"Masih kak" jawab Vera dengan suara pelannya karna lelah. "Mau gue gendong?" tanya Kenan lagi. Vera menatap Kenan dengan ekspresi horror

Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. "Enggak kak, makasih. Aku masih kuat jalan kok"

"Gue nggak yakin". Kenan terlebih dahulu jalan didepan Vera lalu berjongkok membelakanginya. "Naik kepunggung gue"

Vera berhenti mendadak dibelakang Kenan dan menatap punggung itu lama. "Buruan" ucap Kenan lagi. Dengan gerakan pelan, Vera mendekati Kenan, memegang kedua bahunya dan saat itu dirinya diangkat Kenan dengan kedua tangannya memegang kaki Vera

Dengan gerakan refleks, ia memeluk leher Kenan dan menyandarkan kepalanya dilekukkan leher Kenan. Tercium wangi maskulin ditubuh Kenan memasuki rongga hidungnya dan entah kenapa rasanya itu membuat Vera nyaman

Kenan melanjutkan jalannya "Rumah lo nomor berapa?"

"Nomor B 9 kak" jawab Vera dengan suara kecilnya akibat wajahnya yang ia tenggelamkan diceruk leher Kenan

Entah kenapa sayup sayup matanya mulai menutup secara perlahan, rasa kantuk mulai datang menghampiri Vera dan akhirnya tertidur disana

***************

Samar samar terdengar suara seorang laki laki memanggil namanya, menyuruhnya bangun dari mimpi indahnya. Dengan terpaksa ia membuka matanya perlahan lahan dan menatap kesamping kirinya yang terdapat seorang pemilik suara tadi

"Udah sampai" ucap Kenan. Vera terbangun dengan sempurna dan menatap sekelilingnya. Benar saja! Ia sudah sampai dirumahnya dan sekarang mereka sedang diteras rumah

"Gue tadi nyoba ngetuk rumah lo, tapi nggak ada jawaban dari dalam. Jadi gue baringin lo diatas kursi"

"Makasih ya kak udah anterin dan gendongin aku tadi. Pasti kakak capek kan? Mau masuk dulu?" tanya Vera dengan senyuman lembutnya, menawarkan kepada Kenan

"Nggak usah Ver, gue mau langsung balik aja. Dan juga gue masih ada urusan". Vera mengangguk mengerti

"Ya udah, gue balik dulu ya" pamit Kenan berdiri lalu keluar dari area rumah Vera. "Sekali lagi, makasih kak!" teriak Vera tidak terlalu keras dan mendapatkan senyuman tampan dari wajah Kenan lalu hilang dibalik tembok tinggi rumahnya

Vera beranjak dari duduknya, membuka pintu rumah lalu memasukinya dan menutup kembali pintu tersebut

Sunyi dan sepi. Suasana inilah yang selalu ia dapatkan saat pergi maupun pulang sekolah. Ingatannya kembali mengingat mendiang ibunya yang sudah tiada. Meskipun sang ayah sibuk bekerja, tapi ibunyalah yang selalu menemani kesepiannya

Tak terasa, air matanya kembali mentetes. Masa itu benar benar bahagia dihidup Vera. Apalagi mengingat dimana saat ia pulang sekolah selalu disambut ibunya dengan wajah bahagia didapur setelah siap menyiapkan makan siang

Dan sekarang apa? Jangankan disambut, rumah ini saja selalu sepi. Papanya akan pulang bekerja saat matahari digantikan oleh bulan dan bintang dilangit

Dengan gerakan cepat, ia segera menghapus airmatanya dan berusaha melupakan masa satu tahun yang lalu agar ia tidak larut dalam kesedihan lagi mengingat masa masa itu

Vera segara berjalan menuju tangga, menaikinya dan menuju kamarnya yang pintunya bercatkan biru muda dengan tulisan 'Vera Angelia' didepannya

Disisi lain.....

Disebuah gudang yang tidak terpakai lagi, terdapat banyak sisa sisa botol minuman keras, dengan kulit kacang yang berserakan dimana mana

Disana terdapat bangku panjang yang mulai lusuh, dengan bangku bundar ditengahnya yang juga tidak layak pakai

Disini adalah tempat perkumpulan anak anak Geng Blood, yang terkenal dengan kebringasan mereka dalam memegang parang, celurit maupun pisau

Biasa mereka akan memalak siapa saja yang berani melewati kawasan mereka yang jauh dari keramain. Dan mereka yang berani lewat sini, biasa ingin mempercepat perjalanan mereka agar sampai tujuan dengan cepat atau biasa disebut memotong jalan

Suasana disana sekarang terlihat masih sepi dan hanya seorang cowok dengan seragam SMA acak acakannya berdiri disana sambil menghisap rokok dengan tenang dan sebelah tangannya mengangkat telepon dari sebrang sana

"Lo udah tau alamat rumahnya?"- tanya penelpon tersebut

"Lo tenang aja. Gue barusan nganterin dia kerumah dan semuanya berjalan dengan lancar"

Terderngar suara tawa dingin dari sebrang sana

"Semoga berhasil, Kenan"- Ucap sang penelpon






Nexttttt, vote and voment ya gaisss~
Tengkiuuuuu~😊😊😊😊😊

Kamu Adalah Alan Ku(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang