19

3.5K 285 13
                                    

Happy Reading







Sebelumnya.. 

"Baek, bagaimana kabarmu? " Chanyeol akhirnya menyapa Baekhyun yang duduk di sofa di depannya. 

" sudah Iebih baik " Baekhyun menjawab, tapi ia sudah bersiap untuk pergi juga dari sana. 

" Baek tunggu, maafkan aku " Chanyeol tak bisa menyusun kata-kata yang baik untuk ia ucapkan. 

" Aku bisa tidur dirumah ibu jika kau merasa terganggu " Chanyeol berdiri dan perlahan membelakangi Baekhyun. 

" Tidak, ini rumahmu. Kau punya hak untuk tinggal disini " Tanpa menunggu respon Chanyeol, Baekhyun berjalan tertatih menuju kamarnya. 

Chanyeol masih terdiam dibawah, duduk dengan Iesu di sofa di ruang tamu. la memandang pintu kamar yang telah tertutup diatas sana. kamar yang seharusnya mereka tempati berdua, dirinya dan juga Baekhyun, Ielaki mungilnya. 

.

.




Baekhyun memejamkan matanya, menahan desakan air yang hendak merembes keluar dari sana. 


Tapi ia gagal. 

Ia tau ia pasti gagal. 


Jadi Ielehan hangat itu ia biarkan begitu saja membasahi pipinya. Mengiringi satu demi satu anak tangga yang ia tapaki, membawanya pergi dari Ielakinya. 

Jarak pandang memang hanya seujung jari, tapi jarak hati mereka masih terlampau jauh tak tersentuh. 

'cklek' 

Lelaki mungil itu membuka sekat persegi panjang yang mampu menyembunyikan dirinya dari jangkauan pandang Ielaki yang masih setia menatapnya. 

Berperang dengan batinnya, haruskah ia menoleh sekali saja sekedar memastikan bahwa tegap tubuh itu masih ada disana menantinya. Atau justru semua ini hanya mimpi? 

Satu isakan yang ia tahan sejak tadi Iolos dari bibir tipisnya, bersamaan dengan gerak tubuh yang berlawanan dengan hati kecilnya. 

Pintu itu tertutup dan seseorang dibawah sana mendesah kecewa.

Tak terhitung berapa banyak air mata yang juga telah ia keluarkan.

Tak terbayang bagaimana kesakitan yang tengah mereka berdua rasakan.

Tidak bisakah mereka melupakan masa lalu? Bukankah hanya perlu memaafkan kesalahannya maka segalanya akan baik-baik saja?

Permintaan maaf yang tulus, tangan terbuka yang menyambutnya kembali.

Tidak.

Lelaki mungil itu telah menerima begitu banyak kesakitan. Menyimpan begitu banyak kepedihan.

Tahan sebentar untuk mengingatkan ia tentang bayi kecil yang mendamba dekap hangat ayahnya.

Tolong jangan salahkan Baekhyun yang ingin menjadi egois untuk sekali saja.

.

.

.

Mata sipit Baekhyun yang bahkan hampir bengkak, tiba-tiba membulat saat menyadari bahwa ruangan itu kosong. Tak ada ibu dan putranya yang biasanya akan tidur disana bersamanya.

Sepertinya ibunya sengaja pergi ke kamar Iain untuk membiarkan ia memiliki ruangnya sendiri.

Baekhyun termenung, memikirkan bagaimana hidup mengujinya sebegitu berat, benar-benar telah menguras habis seluruh tenaganya.

Gomawo Mianhae SaranghaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang