5 - "Kamu Seharusnya Mati"

136 19 0
                                    


Mark tertegun di depan pintu. Ia tampak ragu untuk masuk ke rumah.

"Mark, kamu pulang?" terdengar suara wanita tua memanggil Mark dari arah pagar. Mark berpaling dan melihat neneknya tengah berdiri dengan raut wajah gembira.

"Kamu baik-baik saja kan? Kamu sudah makan? Kamu pasti lapar, ayo masuk, nenek buatin makanan kesukaan kamu." Nenek menarik Mark masuk. Mark membuntuti neneknya seperti sorang cucu yang patuh.

"kamu mandi dulu ya, ganti baju, nenek buatin dulu makanannya biar nanti langsung makan." Nenek menepuk Mark dan berlalu menuju dapur dengan senyum mengembang di wajahnya.

Mark berjalan ke kamarnya. Langkahnya sedikit goyah. Air matanya jatuh tanpa ia sadari. Ia merasa sangat bersalah pada nenek yang begitu menyayanginya dan mengkhawatirkannya. Neneknya bahkan tidak pernah marah kepadanya setelah semua kekacauan yang ia lakukan selama ini.

***

Mark terduduk di ranjangnya. Ia melihat foto yang terpajang di meja belajarnya. Di foto itu terlihat Mark tersenyum begitu bahagia bersama Haechan dan nenek.

Kemudian pandangannya beralih pada foto di sebelahnya. Di foto ini terlihat Mark yang masih anak-anak bersama kedua orang tuanya.

Matanya kembali beralih pada secarik kertas di atas meja. Seperti sebuah kartu ucapan. Mark lalu mengambilnya. Sorot matanya berubah. Ia terlihat ketakutan.

"Ini semua salahmu. Kamu seharusnya mati." Kalimat itu tertulis di kertas yang dipegang Mark.

"Hyung, lo pulang? Kirain lo gak bakalan pulang." Tiba-tiba Haechan muncul di ambang pintu kamar Mark. Mark dengan cepat menyembunyikan kertas yang tadi ia pegang.

"Hyung, ayo makan. Nenek udah siapin makanan tuh." Ujar Haechan. Tapi Mark tidak menggubrisnya. Mark terlihat cemas dan ketakutan.

"Hyung, lo gak apa-apa kan?" tanya Haechan sambil menghampiri Mark.

"Gak apa-apa. Gue gak apa-apa." Balas Mark.

"Ya udah ayo buruan makan." Haechan menarik Mark menuju meja makan.

***

Mark duduk di ruang tengah sambil menyalakan TV.

"Hyung gue pengen tanya sama lo?" Haechan duduk di sebelah Mark.

"hhmm?" Mark menoleh ke arah Haechan.

"lo punya temen atau kenalan cowo, badannya tinggi terus suka pake setelan item gitu gak? Kalo diliat dari postur tubuhnya sih kayanya lebih tua dari lo, sekitar 20 tahuanan lah." Ujar Haechan. Mark mengerutkan dahinya.

"enggak, gue gak punya." Balas Mark.

"aaah, bener juga sih, gue bahkan gak yakin kalo lo punya temen. Hah, ya udah deh, mungkin gue salah liat." Ujar Haechan yang kemudian pergi menuju kamarnya.

Di kamar Haechan duduk termenung memikirkan siapa pria yang selama ini selalu mengawasi Mark. Ia merasa ada sesuatu yang janggal. Kehadiran sosok pria itu selalu bertepatan dengan Mark yang mencoba mengakhiri hidupnya.

"Gue yakin sekarang, pria itu pasti bukan manusia. Tapi kenapa dia selalu ada setiap Mark hyung sekarat? Atau jangan-jangan dia malaikat maut?" gumam Haechan.

"eh, tapi kalo dia malaikat maut pasti Mark hyung udah mati dari dulu di bawa sama dia. Kalo dia bukan malaikat maut, terus dia siapa dong? Hantu? Tapi ngapain dia deketin Mark hyung? Masa iya hantu bisa homo." Tambah Haechan.

"ngomong apaan sih gue. Haechan sadar Haechan, lo harus sadar. Gue harus cari tahu nih, kayanya ada yang gak beres." Gumam Haechan benar-benar bertekad.

***

Date Angel - Mark/MinaWhere stories live. Discover now