14 - Dia Kembali, Lagi

127 19 1
                                    

Mark tengah duduk di sebuah kursi di perpustakaan. Rupanya hari ini Mark sudah membuat janji dengan Koeun untuk bertemu. Mark meminta Koeun menjelaskan semuanya termasuk surat yang Koeun maksud. Mark terlihat gugup. Tangannya terus memainkan surat dari Koeun kemarin. Kakinya juga tidak mau diam. Mark bahkan beberapa kali merubah posisi duduknya.

Setelah cukup lama menunggu dengan segenap rasa penasaran yang penuh di dalam pikirannya, akhirnya mata Mark tertuju pada seorang anak perempuan yang setengah berlari menuju ke arahnya. Koeun, dia membawa sebuah kotak, tidak terlalu besar tapi tidak kecil juga.

"Sorry, tadi gue di panggil ke ruang guru dulu. Lo udah nunggu lama ya? Sorry Mark." Ujar Koeun sambil duduk di sebelah Mark.

Tanpa menunggu Mark menjawabnya, Koeun langsung menyodorkan kotak yang dibawanya ke hadapan Mark.

"Ini surat dari Mina yang gue bilang kemaren."

Mark menatap kotak itu sejenak lalu kemudian perlahan membukanya. Mata Mark sedikit bergetar, sepertinya ia cukup terkejut dengan tumpukan amplop berbagai warna dan motif tersimpan di dalam kotak itu.

"Gue belum buka satupun surat itu karena semuanya ditujukan buat lo. Mina juga beberapa kali ngirim surat buat gue, dan gue udah baca semuanya pas gue balik." Koeun berusaha memecah keheningan karena Mark tidak berkata sedikitpun.

"Mark, entah kenapa gue jadi merasa bersalah sama Mina. Apalagi setelah gue baca surat dari dia. Gue semakin merasa bersalah." Koeun memberi jeda. Ia seperti menahan air mata. Mark kemudian beralih menatap Koeun, berusaha mendengarkan dan mencerna semua yang dikatakan Koeun.

"Entah lo masih inget atau enggak, tapi gue bakal inget selamanya. Dulu kita itu dekeeet banget udah kaya saudara. Bahkan temen-temen banyak yang bilang kita itu kaya anak kembar tiga saking deketnya. Sampai akhirnya satu per satu masalah mulai muncul. Dan untuk pertama kalinya kita bener-bener jadi orang asing." Koeun kembali berhenti. Terlihat jelas bahwa ia berusaha keras untuk tidak menangis. Mark masih sibuk memutar kembali kenangan di memorinya. Ia berusaha mencari dimana kenangan dia bersama Koeun dan Mina disimpan.

"Mark, gue minta maaf." Suara Koeun bergetar. Air matanya mulai menetes membasahi pipinya yang memerah. Mark semakin bingung melihat Koeun menangis dihadapannya.

"Maaf karena gue gak bisa ngendaliin diri gue sampai harus menghancurkan pertemanan kita. Bahkan gue sampai harus membenci Mina. Maaf karena gue pernah suka sama lo." Tangis Koeun semakin menjadi. Mark tertegun sejenak. Ia merasakan sesuatu menghujam dadanya. Membuat Mark sulit berkata-kata. Perlahan Mark menepuk pundah Koeun, ia berusaha menenangkannya.

"Mina yang gue benci waktu itu bahkan berulang kali minta maaf ke gue lewat semua surat yang dia kirim. Gue nyesel, gue nyesel Mark." Koeun menangis tersedu. Mark lalu mengelus punggung Koeun.

"Koeun, meskipun gue gak sepenuhnya inget dengan apa yang terjadi di masa lalu, tapi gue udah maafin lo. Lo gak perlu kaya gini. Kita bisa temenan lagi kaya dulu." Mark berusaha menangkan Koeun. Koeun perlahan mengangkat kepalanya. Ia berusaha menatap Mark. Tangannya mengusap sisa-sisa air mata di wajahnya.

"Mark, di surat terakhir yang Mina kirim ke gue dia pernah bilang kalo dia kesepian dan merindukan kita. Dia juga bilang kalo dia tidak suka dengan kehidupannya. Dari kata-katanya, dia terlihat putus asa. Dia bahkan cerita kalau dia sudah tidak punya siapa-siapa." Koeun tercekat, ia berusaha mengendalikan emosinya agar tidak menangis lagi. Sedangkan Mark masih serius memperhatikan walaupun tidak begitu mengerti tentang apa yang Koeun bicarakan.

"Kakak Mina meninggal selang beberapa bulan setelah Mina pindah ke luar negeri bersama ayahnya. Dan tidak lama ibunya dan kakak tertua Mina juga meninggal di waktu yang berdekatan. Mina bilang kalau dia merasa terpukul kehilangan keluarganya. Disitu rasanya hati gue hancur banget Mark. Kalo gue tau Mina ada di mana waktu itu, gue pengen banget samperin dia, peluk dia." Mata Koeun mulai berkaca-kaca.

Date Angel - Mark/MinaWhere stories live. Discover now