Dua Ronde

29 5 0
                                    

Malam ini tubuh mulusku hanya berbalut dress malam yang cukup tipis, berbaring sampai hampir tertidur setelah mendapat kabar kalau suamiku ada meeting mendadak dan akan pulang terlambat.

Ngik! Pintu kamar terbuka.

"Loh, Mas Ardan. Gak jadi meeting?"

Mataku menyala, tak jadi tidur. Rupanya suami tampanku yang tampak kelelahan, wajahnya terlihat pucat. Entah kenapa dia malah pulang lebih awal.

Tak ada jawaban. Dia hanya tersenyum sambil menggeleng.

"Capek ya?"

Masih tak jawab. Malah asyik melepas kemejanya dan lantas mendekat, naik ke ranjang, ia tepat di atasku. Aku dapat melihat senyum tampannya.

Ah, dasar payah. Lelaki kalau sudah pengen pasti tak mau basa-basi. Ia malah langsung mencumbuiku, liar sekali.

Haya saja kupikir ia sedikit sakit, bibirnya terasa dingin di bibirku. Kasihan, lelaki-ku pasti butuh kehangatan.

Baiklah, akan kugantikan lelahnya dengan kenikmatan tiada tara. Aku memberikan pelayanan khusus malam itu. Spesial buat dia yang sudah rela banting tulang untuk istri tercinta.

Hingga beberapa menit, kami terpuaskan. Napasku masih tak beraturan dan keringat bercucuran, tapi semakin lama semakin mengantuk. Dapat kulirik dengan mata yang tedup, mas Ardan berbaring di sampingku.

Kupikir sebentar lagi dia pasti akan tertidur karena sudah menuangkan semua keperkasaanya, jadi aku memutuskan untuk tidur duluan. Pasti dia sangat lega malam ini.

Tak lama setelah aku tertidur, pintu kembali berdecit hingga kembali membuatku terbangun.

"Mas Ardan," kataku.

"Belum tidur, Yang?" Balasnya.

"Harusnya aku yang tanya gitu."

Ia tersenyum, lebih manis dari yang tadi.

"Dari mana?" Lanjutku.

"Abis madi."

"Ooh ...."

Tiba-tiba suamiku malah mendekat, kembali menaiki ranjang dan lagi-lagi berada di atasku. Dia ingin mencium bibirku, tapi aku benar-benar sangat mengantuk. Lelah dengan ronde pertama.

Jariku menahan bibirnya.

"Ayang mau apa?" Tanyaku dengan nada mengantuk.

"Lagi pengen, Yang," ucapnya berbisk.

"Hmmm ... Aku ngantuk, Yang."

"Bentar aja ya. Please!" Wajahnya memelas.

"Kan tadi udah satu putaran," kataku sambil tersenyum.

"Ish, Ayang. Orang baru pulang meeting, mandi. Pas ke kamar, kamu bangun. Satu putaran dari mana?"

"Kamu gak bercanda, Yang?"

"Ya enggak lah, Yang. Sumpah aku baru pulang dari meeting. Kan kamu udah aku kasih tau bakal pulang telat."

"Loh, terus yang tadi siapa?"

Seketika mataku melebar, kaget bukan main. Sekujur tubuhku merinding hebat.

Tamat

Payung HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang