[Story] No Game No Life, No Game No Love (2)

870 70 53
                                    

Diligence tertawa dan memberikannya kotak berukuran sedang dengan bungkus jingga dan pita ungu. "Ambillah cokelat ini. Dimakan, ya?"

"Kenapa?"

"Penuh gizi! Dan bisa membuatmu bersemangat untuk bekerja!"

Hentikan. Sloth akan selalu menjadi Kemalasan. Sama seperti Diligence akan selalu menjadi Ketekunan. Roh mungkin bisa berubah, namun karakter inti mereka tidak akan tergantikan. Sloth hanya terdiam sembari mengambil kotak itu dari tangan rivalnya.

"Jadi, kamu lagi sendirian di rumah?"

"Gluttony lagi keluar. ... Jadi aku jaga rumah."

"Oh, I see."

Sepertinya, Diligence ingin melakukan sesuatu dengannya. Tak apa. Ia bukan Lust.

"Ada apa?"

"Uh, you know..." Diligence menggaruk kepala. "Kan udah lama, nih. Mau mabar, gak? Aku lagi free sekarang."

Sloth mengernyit. Diligence selalu bekerja, dan ketika tidak sedang bekerja, ia selalu mencari sesuatu untuk dikerjakan. Kenapa mendadak ia ingin menghabiskan waktu dengan dirinya, sang kemalasan itu sendiri? "Kamu kok jadi aneh, sih?"

"Ah, ayolah! Cuma sekali setahun, lho!"

[Sekali setahun], ya. Dadanya sakit hanya dengan mendengar itu. Untungnya, Sloth sangat pandai dalam menjaga wajahnya tetap datar.

Diligence menyipitkan mata, membuat ekspresi wajah serius. "Gak ada jawaban, nih? Kalo gitu, aku pergi dulu-"

"Oke. ... Oke. ....... Ayo mabar."

Senyuman tersungging di wajah sang Ketekunan. Mengapa ia sungguh tampan? Maksudnya wujud manusianya! Kalau wujud manusia Diligence adalah gadis sebayanya, atau orang dewasa, atau tetua, apakah Sloth masih akan merasakan cepatnya debaran jantung ini? Pasti karena hormon. Ini bukan dari dirinya sendiri; ini pasti dari tubuh ini. Ia ingin meninggalkan wujud manusia ini sekarang juga.

Namun ia enggan melakukannya.

Apakah ada alasan untuk semua ini?

Mereka melangkah menuju ruang keluarga. Sloth membuka lemari TV dan mengambil konsol kesukaannya berasma dengan sekeping CD game yang ia pilih secara acak. CD itu adalah game hack and slash tentang para pejuang Jepang. Sementara, Diligence memandang CD lainnya dengan intens.

"Game-mu banyak banget, dah."

"Iya, terus?"

"Kamu gak pernah kerja, gitu?"

"Gak mungkin aku kerja."

Si pemuda menghela napas. "Mau aku bantu pasangin game-nya?"

"Ya." Sloth duduk di sofa depan TV dan menaruh Verhurn di sampingnya.

"Mana cokelatnya? Sekalian aku taroh kulkas. Lebih enak dimakan dingin."

Demikianlah; Diligence menyimpan kotak cokelat itu, memasang konsol, dan memulai game dengan Sloth. Si gadis memutuskan untuk bermain mode survival. Mereka memilih karakter, dan permainan dimulai.

"Ini co-op?"

"Iya."

"Beneran? Aku kira kita mau lawanan di sini."

Biasanya, mereka memainkan game yang mengharuskan mereka melawan pihak lain. Namun bukan sekarang. Sloth tidak mengerti mengapa ia melakukannya. Apa karena ini hari Valentine? Tapi kalau begitu, mengapa ia bertingkah seperti ini hanya di hari ini? Apa yang terjadi dengannya? Apa karena Diligence? Kenapa dia? Apa karena dia itu rivalnya? Musuh bebuyutannya? Tapi, musuh apa? Apakah hubungan mereka memenuhi syarat disebut demikian? Kalau tidak, maka mengapa-

Desime CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang