[Story] is this even a good idea to begin with?

987 49 84
                                        

"Kak Greed, ayolaaah~"

"GAK MAU!"

"Iiih, kenapa sih? Cuma ganti baju, kok!"

"BERAPA KALI HARUS AKU BILANG?! AKU GAK MAU!"

"Kak Greed gak seru nih~ Chas, bantuin dong!"

"Berisik ah, Lust! Aku lagi nelpon Kak Char--"

"JANGAN DITELPON, BRENGSEK!"

"JAGA BAHASAMU, WAHAI DOSA KESERAKAHAN!"

"BODO AMAT, ORANG AKU INI DOSA! TERSERAH AKU DONG!"

"Ehehe~ Surprise, motherf**ker!"

Tersenyum licik, Lust langsung menyelinap ke belakang Greed, menutupi kepala Greed dengan kain hitam, lalu melepas dan melempar mahkota kakaknya tersebut. "Chas, habis ini gimana nih? Segelnya udah mulai gak mempan buat nahan gerakannya!"

"Pake tali aja. Tali tambang, kalo ada. Mulutnya kasih lakban sekalian." Chastity kembali ke ponselnya. "Halo, Kak Charity? Iya, baik kok." Chastity menjauh ketika Greed mulai meraung-raung kesetanan. "Ah, bukan apa-apa, kok. Aku cuma lagi berantem sama Lust." Chastity dan Lust terkekeh diam-diam. "Nanti bisa dateng ke rumahku, gak? Aku mau kasih lihat sesuatu yang menarik." Chastity berusaha menahan tawa. "Iya, nanti sore ya. Jam empat. Oke, sampai nanti!" Chastity menutup telepon.

Sang Hawa Nafsu tertawa terpingkal-pingkal sambil mengikat tangan Greed dengan tali tambang. "Kalo dia dateng terus liat Kak Greed, kira-kira gimana ya reaksinya?"

"Gak tau." Chastity tersenyum jahil, "Tapi yang jelas dia bakal kagum melihat masterpiece buatanmu itu."

"Aaah, Chas, kamu yang terbaik, deh!" Selesai mengikat kaki sang Keserakahan, Lust memeluk sahabatnya.

Sang Kesucian tersenyum simpul dan menepuk-nepuk pundak Lust. "Serius, aku kaget waktu kamu ngasih tahu rencana ini. Aku kira kamu pikirannya kotor terus."

Lust menjulurkan lidah. "Hehe, tapi kan aku juga ada satu hobi lagi! Kamu tau lah apa~"

"Aku tau, tapi ide ini udah di luar nalarku." Chastity tertawa kecil. "Sudahlah, ayo mulai rencananya. Aku ambilkan barangnya."

"Okeee!" Sepeninggal Chastity, Lust menghela napas, lalu menatap kakaknya dengan sedikit prihatin.

Greed merintih. Mulutnya sudah diplester, jadi mau berbicara juga susah. Greed bisa saja berubah ke wujud kecil dan kabur dari sandera mereka, namun Chastity sudah memasang segel buatan Temperance yang mencegahnya melakukan hal tersebut.

"Kak Greed, maaf ya~ Tapi Kakak kalah taruhan, dan Kakak sudah janji sama Kak Pride bakal melakukan ini."

Samar-samar, si bungsu dapat merasakan tatapan Greed yang memelas padanya, meminta belas kasihan.

Chastity datang. Keduanya saling bertatap mata, lalu mengangguk bersamaan. Mereka harus melakukan ini sebelum dia datang.

"Aku buka bajunya, ya, Kak~"

.

.

.

Apa yang ingin diperlihatkan Chastity padanya?

Chastity meneleponnya ketika sedang bertengkar dengan Lust. Dari suaranya, sepertinya sang Hawa Nafsu menjadi pihak yang kalah. Apakah sang Kesucian ingin memperlihatkan proses penghukuman terhadap Lust? Di depan matanya? Namun, hukuman apa? Sepertinya Chastity bukan tipe yang suka menghukum orang. Kecuali rivalnya, mungkin, tapi biasanya pun pertengkaran mereka seperti kucing dan tikus.

Desime CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang