Atas permintaan dari Emo-san (emoreo), saya akan beri breakdown untuk puisi saya yang berjudul [Paradox Shift].
Sebetulnya, saya tidak keberatan kalau kalian punya interpretasi lain soal puisi saya, karena saya percaya puisi bisa punya banyak pemaknaan. Tapi, ada beberapa puisi yang memiliki arti tertentu, yang hanya bisa dimengerti kalau kita melakukan analisis terhadap puisi tersebut. Dan [Paradox Shift] adalah salah satu dari puisi yang seperti itu. So, let's break it down!
Biar 'ku dendangkan lantunan lagu seruan hatiku, kecil namun sendu
Sedikit saja 'kan 'ku sampaikan: harapan akan keadilan
Bait pertama cukup mudah. Intinya, penyanyi lagu ini (sebut saja X) menyanyi untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya mengenai dunia Roh. X bersedih dan berharap akan keadilan; artinya X ingin agar semua Roh di dunianya dapat memperlakukan satu sama lain dengan adil tanpa ada diskriminasi atau perlawanan dari pihak lain.
Sorak sorai dan tawa kejam sang kejahatan
Rintih retak dan tangis sedu sang kebaikan
Lapangan gersang hanyalah saksi bisu di dalam sebuah peperangan
Bait ini juga simpel. Di sini, X mengenang memori perang antara Roh Dosa dan Kebajikan. Perang itu dimenangkan oleh para Dosa, membuat para Kebajikan terpaksa untuk turun ke dunia Manusia. Pada akhirnya, sebagian dari tempat yang dulunya menjadi daerah kekuasaan Roh Kebajikan menjadi milik para Roh Dosa.
Jika saja aku bisa memutar balik waktu
Aku akan kembali ke masa lalu itu
Namun mengapa hatiku tak pernah merasakan setitik rindu
Jadi, X ingin kembali ke masa lalu untuk merasakan kembali kedamaian yang dulunya mengisi dunia Roh. Namun, sekarang X tidak bisa merasakan kerinduan atau nostalgia ketika mengingat masa-masa itu kembali. Mengapa? Karena perang menghancurkan semua visi kedamaian dan kasih di masa-masa dulu tersebut.
Dengar, lawan bukan berarti takdir menjadi musuh
Kar'na nanti jika mereka hilang kamu pasti 'kan runtuh
Baris pertama bait di atas punya dua makna. 1) X dan kawannya berada di pihak yang saling berlawanan bukan berarti mereka ditakdirkan untuk menjadi musuh; atau 2) berlawanan dengan sahabatmu sendiri bukan berarti takdir memusuhimu dengan menjadikan sahabatmu itu sebagai musuh. Di baris kedua, [mereka] merujuk pada [lawan], bukan [lawan dan takdir]. Bait ini mengedepankan konsep [keseimbangan] antara Dosa dan Kebajikan, di mana jika satu pihak hilang, satu pihak lainnya tidak akan bisa berdiri sempurna.
Lalu, lihat bahwa X sudah mulai menyebut [kamu]. Di sini, [kamu] merujuk pada sahabat X yang telah menjadi lawannya sendiri. Jadi, dalam lagu ini, X bernyanyi untuk rivalnya.
Apapun yang 'kan terjadi, apapun akhirnya nanti
'Ku tak peduli jika 'ku bisa bernyanyi
Dunia ini pasti akan selamat
Aku percaya itu di setiap saat
X terus menyampaikan harapannya dalam lagu yang ia nyanyikan, karena ia percaya bahwa dunia Roh pasti akan selamat dari perang dan penderitaan yang menyertai konflik-konflik di dunia itu.
'Ku ingin kau ingat saat kita masih lugu
Bermain bersama dan akrab dari dulu
Jika dunia hentikan diriku
Yang akan 'ku ingat adalah senyumanmu
Baris satu dan dua berisi tentang X yang mengenang masa-masa ketika dia dan rivalnya masih berteman baik, di mana mereka bermain bersama dan tidak mengenal perang atau perbedaan antar Roh. X ingin lawannya mengingat kembali waktu tersebut bersamanya, sebab X berpikir lawannya itu sudah lupa oleh karena suatu alasan.
Sementara itu, baris tiga dan empat merujuk pada isi hati X. Jika nantinya Manusia berpihak pada kubu lawan dan menyebabkan X untuk meregang nyawa, X tidak akan merasa dendam ataupun menyesal. Karena jika saat itu tiba, yang X ingat bukanlah kemenangan pihak lawan atau rasa frustrasi para sekutunya; melainkan senyuman polos rivalnya ketika mereka masih bersahabat dan tidak ada yang namanya [peperangan].
KAMU SEDANG MEMBACA
Desime Collection
FanfictionKumpulan fan-fiction untuk webtoon Deadly 7 Inside Me karya Deruu RioTa. Isinya apa saja: short story, drabble, atau bahkan teori-teori tidak jelas tentang dunia Desime. (And some rant.) Deadly 7 Inside Me (c) Deruu RioTa Cover art (c) See-Saw Knigh...
