KHAWATIR

578 14 5
                                    

Calistha terduduk lesu di sofa appart milik Alvero dengan tatapan kosong  menerawang kedepan, dia bahkan belum mengganti seragamnya yang basah akibat terkena hujan lebat tadi

Badannya menggigil kedinginan, wajahnya pucat bahkan bibirnya sudah berwarna ungu dan ini sudah jam 9 malam

Entahlah Calistha terlalu lemah dan takut untuk beranjak dari tempat duduknya pasalnya di luar masih hujan dengan petir yang menyertai

"astaga Calisthaaaa...." pekik Alvero kaget saat ia baru keluar dari kamar dan melihat Calistha sudah tergletak lemas di lantai dengan seragam basah dan muka yang sudah pucat pasih

ada rasa bersalah yang timbul di hati Alvero saat melihat Calistha tergeletak lemas dan tak berdaya seperti ini, tak ada yang bisa Alvero lakukan selain menelfon dokter dan meminta nya datang ke appart mereka

Alvero juga menelfon Leoni dan Reina dia terlalu bingung harus berbuat apa pasalnya sedari tadi mata Calistha tak berhenti mengeluarkan air mata dan terus meracau menyebut nama LALISTHA dan mamanya

''Mama, Lalistha thatha kangen... " ujar Calistha lirih dengan air mata yang terus keluar meski dengan mata tertutup

Alvero tak henti-hentinya mengusap air mata Calistha dengan tanganya sendiri dan berulang kali meremas tangan mungil Calitha, hingga Leoni dan Reina datang

"Astaga thathaa" pekik Reina saat melihat Calistha tergletak tak berdaya di atas kasur milik Alvero dan langsung berlari menghampiri Calistha

"Kenepa bisa gini? " tanya Leoni menyelidik ke arah Alvero

"Gw nggak tau... Tiba-tiba dia udah jatuh di lantai ruang tamu dengan sergam basah kuyup dan mukanya udah pucet bangett" jelas Alvero pada Leoni

"Trus udah lu udah panggil dokter" kini giliran Reina yang bertanya dengan mata yang tak terlepas dari Calistha

"Udah, kata dokter dia kecapean dan kedenginan tapi... Tadi dokter bilang dia terlalu banyak fikiran yang akhirnya bikin dirinya drop" papar Alvero dengan nada yang terdengar menyesal

"Kenapa? " tanya Reina tiba-tiba tanpa pandangan tak sedikit pun teralihkan dari Calistha

"Kenapa apanya" ujar Alvero kebingungan

"Kenapa tadi lu ninggal Calistha waktu pulang menangkup padahal tadi pagi kalian berangkat bareng dan lu lebih milih buat nganter Fani pulang?  Padahal Calistha jelas-jelas istri lu sedangkan Fani?" lanjut Reina dengan tatapan tidak suka pada Alvero

"Gw nganter Fani karna tadi dia pingsan, gw khawatir dia kenapa-napa" jelas Alvero

"Tapi karna lu lebih ngekhawatirin Fani sekarang Calistha yang kenapa-napa, lu seharusnya tau tanggung jawab sebagai suami bukan kayak gini" Reina sudah mulai tersulut emosi

"Na... Udah kasian Calistha nanti kebangun,  kita pulang aja yuk... Besok kita balik lagi kesini biarin Calistha istirahat dulu kan tadi kata dokter dia kecapean" Leoni dengan segera menengahi perdebatan antara Reina dan Alvero

Leoni tau betul sifat Reina jika sudah tersulut emosi, apalagi ini menyangkut tentang Calistha manusia kesayangan Reina

Alvero mencerna segala omongan yang di lontarkan oleh Reina tadi, Alvero sadar dia salah namun dia tidak akan mengira jika akan terjadi seperti ini saat ia meninggalkan Calistha di sekolah dan mengantar Fani pulang sekolah tadi

Toh Calistha biasanya pulang atau pergi sekolah di antar jemput pacar-pacarnya, tapi apa yang terjadi hari ini? Kemana semua para pemuja Calistha?

Alvero menatap Calistha dengan pandangan penuh penyesalan, dia kembali meremas tangan dan mengusap air mata Calistha yang tak kunjung berhenti

"Thaa... Maafin gw" ujar Alvero lirih sembari menaruh kepalanya di kasur bertumpu pada tangan mungil Calistha

"Ma... MAMA... MAMA JANGAN TINGGALIN THATHAAA...!!!" Calistha terbangun dengan nafas terengah-engah dan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya

"Tha lu kenapaa?" Alvero dengan sigap memeluk tubuh Calistha yang gemetaran dan perlahan Calistha menangis yang membuat tubuhnya semakin gemetar tak karuan

"Hey... Thaa kenapa?  Sini lihat mata gw... Kenapa?" Alvero menangkup muka Calistha dengan kedua tanganya dan menatap dalam mata Calistha mencoba memberi ketenangan untuk istri nakalnya

"Gg...gw takut rro" ujar Calistha terbata-bata dengan bibir yang bergetar

"Ada apa? Ada gw di sini, lu gk perlu takut" ucapan Alvero tak sedikit pun membuat Calistha tenang bahkan sekarang tangisnya kian menjadi saat suara petir terdengar jelas menggelegar di telinga

"Sshhh... Tha ada apa? Jangan nangis gini, ada yang sakit atau apa?" Alvero kembali menarik Calistha kedalam pelukannya dengan harapan dia akan segera tenang dan berhenti menangis

"Gw takut...Gw kangen mama, Gw kangan Lalistha Gw kangen bang alex Gw kangen papa" jelas Calistha di tengah-tengah tangisnya yang kian mereda di dalam pelukan Alvero

"Apa yang lu takutin? Ada gw di sini dan kalau lu kangen sama bang alex papa mama sama Lalistha kita bakal pulang kerumah lu besok, tapi please! Jangan nangis kayak gini gw Khawatir tha"

Calistha sudah berhenti menangis namun masih sesenggukan, perlahan dia menatap mata Alvero saat kedua tangan Alvero menangkup wajahnya dan mengecup bibirnya

Bukan ciuman panas yang sudah beberapa kali mereka lakukan itu hanya sebuah kecupan penenang yang Alvero lalukan untuk lebih menenangkan Calistha

"Sekarang tidur ya... Besok gk usah sekolah dan satu lagi gk ada yang perlu lagi lu takutin ada gw di sini di samping lu" Calistha hanya menangguk untuk mengiayakan kata-kata Alvero

Hingga Calistha tertidur dengan Alvero yang memeluk erat tubuh Calistha seolah ia ingin menunjukan rasa Khawatirnya pada Calistha dengan satu kecupan di kening Calistha Alvero menyusul Calistha ke alam mimpi

*
*
*
Sinar matahari perlahan masuk menerobos kamar appart Alvero melelalui celah-celahnya dan membuat pria itu terbangun dari tidurnya

Alvero tersenyum saat melihat muka Calistha di sampingnya dengan posisi yang masih sama seperti awal mereka tidur, Calistha meringkuk lemah di dalam dekapan Alvero dengan mukanya yang dia sembunyikan di dada bidang milik suaminya

Mulai dari mata, hidung hingga bibir dan setiap lekuk muka Calistha, Alvero menatapnya lekat-lekat dan dia mulai menyukai muka Calistha ketika sedang tertidur seperti ini

Hampir 20 menit lebih dia menatap muka Calistha tak ada bosanya
(Maklumin aja namanya juga pasutri gaje) Hingga Alvero tersadar dia harus membuat sarapan untuk Calistha dan berangkat sekolah

Dengan sangat hati-hati dia beranjak dari kasur lalu pergi keluar appart dan membeli bubur untuk Calistha

Alvero bersenandung ria dan senyuman yang tak kunjung luntur dari bibirnya saat mengingat momen ia bangun tidur dan melihat wajah bantal Calistha sungguh membuat mood bertingkat-tingkat sangat baik dari biasanya

"Mas...senyum-senyum aja dari tadi ati-ati kesambet lhoo" ujar tukang bubur dan memberikan pesanan milik Alvero

"Makasih mang" Alvero tak memperdulikan perkataan amang-amang tukang bubur dan lebih memilih kembali ke appart untuk memberikan bubur ini pada Calistha lalu pergi sekolah

Namun saat ia masuk appart tak ada tanda-tanda kehidupan

"Apa dia masih tidur ya? Dasar tukang molor" gumam Alvero dan berjalan ke arah dapur

PRRANGGG!!!

Alvero terkejut saat mendengar suara gelas pecah dari arah kamarnya

"CALISTHAAAA" fikiran Alvero kembali tak karuan saat melihat Calistha tergletak lemas di lantai dengan pecahan kaca gelas di mana

Please, Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang