[6]

132 13 0
                                    

Aroma berbagai jenis makanan membuat perut Seungkwan tidak bisa menahan nafsu makannya lagi. Dia segera menuju ke area makanan untuk mengambil beberapa jenis lauk dan juga minuman dengan ukuran yang sangat banyak.

Efek dia lupa belanja bulanan, akhirnya tadi pagi dia hanya makan seadanya berdua dengan eonni-nya. Untung saja Mia juga tidak menumpang makan tadi. Bisa - bisa jatahnya semakin terpotong.

Kedua tangan Seungkwan sudah memegang nampang dengan piring yang dipenuhi nasi, lauk dan juga segelas jus yang terlihat menyegarkan dari beberapa tetes air yang menuruni gelasnya.

Cepat - cepat Seungkwan mencari tempat duduk. Keadaan kantin sedikit renggang pagi ini. Sepertinya beberapa mahasiswa sedang ada jam belajar karena sekarang waktu yang paling diincar banyak mahasiswa.

Walau kursi terlihat renggang dengan orang - orang, Seungkwan memilih duduk dengan seseorang yang sudah ada di sana dengan earphone menggantung di telinganya.

Tidak pernah berubah. Batin Seungkwan. Dengan berat hati, Seungkwan mendudukan dirinya di depan Vernon.

Jelas terlihat Vernon terheran - heran melihat keberadaan Seungkwan yang mau duduk di depannya. Dia yang sedang asik mendengarkan rekaman - rekaman rekomendasi dari kakak sepupunya itu langsung menghentikan kegiatannya dan memberikan perhatian pada Seungkwan.

Sebelum Vernon sempat bicara, Seungkwan sudah berkata terlebih dahulu. "Ada yang ingin ku bicarakan denganmu."

"Sudah ku duga kau tidak mungkin mau bertemu denganku jika tidak ada yang ingin dibicarakan." Sahut Vernon.

Dia meletakkan ponsel dan juga earphone-nya di atas meja. Menunggu Seungkwan menghabiskan makanannya yang cukup banyak itu dengan sabar.

"Jangan pandangi aku begitu, nanti orang - orang salah paham pada kita." Kata Seungkwan. Risih dengan mata Vernon yang memperhatikan kegiatan makannya.

"Orang normal pada dasarnya tidak mungkin berpikir itu." Balas Vernon tetap santai.

Seungkwan menyeruput minumnya untuk mempercepat menelan beberapa makanan yang dia telan, lalu berkata, "Beberapa mahasiswa di sini itu murid - murid sekolah kita, kalau kau berulah seperti itu lagi, kita akan kembali terjebak." Ingatkan Seungkwan.

"I know that." Balas Vernon.

Setelah tenggorokannya benar - benar lega dari keseratan, Seungkwan langsung mengatakan tujuannya duduk bersama Vernon. "Kalau begitu kau pasti tau aku tidak ingin hal kemarin terjadi lagi."

Vernon membalasnya dengan anggukan.

"Aku harap kau tidak akan melakukan hal seperti kemarin lagi setelah ini. Itu sangat berdampak pada kehidupanku sekarang. Tidak hanya jadi bahan pembicaraan, aku juga jadi objek bully dan pengejekan." Kata Seungkwan. Emosi mulai menguasai dirinya, namun Vernon hanya diam saja karena mengakui jika semua ini memang kesalahannya.

"Aku tidak tau dengan kau. Tapi pikiran jahatku berkata kalau kau sama sekali tidak mendapatkan perlakuan itu karena semua orang mengarahkannya padaku. Mereka menganggap aku lah yang menjadi pokok utama masalah kemarin. Aku terbebani karena ulahmu." Bentak Seungkwan. Tidak memperdulikan bagaimana penjaga kantin melihat mereka.

Seungkwan mengambil nafasnya panjang - panjang, lalu menghembuskannya dengan kasar. Meminum kembali minumannya dan mengusap wajahnya setengah frustasi. Seungkwan diam sesaat untuk meredakan emosi yang masih ada di kepalanya.

Memberikan kesempatan Vernon yang bicara. Walau pria dihadapannya seperti tidak ingin mengatakan apa - apa.

Berselang beberapa menit, Vernon baru berkata, "Aku minta maaf atas sikap gegabahku kemarin. Aku sungguh tidak nyaman dengan keadaan saat itu. Karena aku tau sikap ramahmu, aku jadi tidak berpikir lagi untuk mengikutsertakanmu pada permainanku."

Seungkwan mencengkram kedua tangannya di bawah meja. Mendengar perkataan Vernon itu justru membuat api amarah Seungkwan lebih membesar. "Apa karena sikapku ini kau bisa berbuat semaunya. Kau bahkan tidak mengkonfirmasikan apapun padaku sebelumnya. Tiba - tiba aku hanya mendengar.."

Ucapan Seungkwan terhenti saat mendengar suara yang tak asing di telinganya. Cepat - cepat Seungkwan mengembalikan ekspresi wajahnya, walau masih tidak bisa sepenuhnya pulih. Dia menggunakan makanan yang masih ada di piringnya untuk meminimalisir emosi itu.

Mia datang menghampiri Seungkwan dengan tingkah hebohnya seperti biasa jika bertemu Seungkwan. Walau ada Vernon yang notabene gebetannya, Mia tetap menunjukkan sikap berisiknya itu.

Itulah yang membedakan Mia dengan gadis lainnya sampai Vernon tidak bermasalah menganggap Mia temannya. Itu juga karena dia adalah teman Seungkwan.

Mia menyapa Seungkwan dan Vernon secara bergantian, namun Mia merasakan kejanggalan pada kedua pria itu. Terutama Seungkwan.

Tentu saja Mia bisa merasakan perbedaan pada Seungkwan, mereka sudah saling mengenal sejak Seungkwan menjadi tetangganya. Perubahan pada pria itu sangat terasa walau hanya sedikit.

Dan kali ini, Mia merasa Seungkwan sedang menyembunyikan emosinya. Terlihat dari cara makannya. Seungkwan biasa tidak mungkin hanya makan saja tanpa bicara. Pasti ada saja ucapan sebuah kalimat untuk membuat keadaan tidak sunyi.

Mia sebenarnya sudah sangat penasaran dengan masalah Seungkwan dan Vernon sejak Seungkwan terus marah pada Vernon, walau Vernon hanya diam saja. Bahkan Vernon tidak pernah membantah dan protes dengan sikap Seungkwan itu.

Padahal yang Mia tau, Seungkwan tidak mungkin terus marah - marah begini. Jika bukan karena alasan tertentu.

Mia ingin menanyakannya, tapi sepertinya sekarang bukan saat yang tepat. Jadi dia lebih memilih untuk mencairkan suasana saja.

"Kenapa diam sekali ? Seungkwan-ah, kau makan banyak tapi minumanmu sedikit sekali. Kau juga tidak menawari Vernon ?" Kata Mia. Berusaha menjadi yang paling berisik di antara mereka.

"Tidak perlu. Aku sudah makan tadi." Kata Vernon. Tetap pada dirinya yang cool.

Dengusan kecil Seungkwan terdengar saat Vernon menjawab. Lalu mengalihkannya untuk bicara pada Mia. "Aku sedang lapar sekali, makanya tidak ada waktu bicara. Tadi aku juga sangat haus. Kenapa kau tidak belikan aku minum lagi?"

"Enak di kau. Uangmu dulu sini, baru aku belikan." Cercah Mia.

"Pemalakan."

"Sudah sering ku katakan bukan ? Sebelum bicara, berkacalah terlebih dahulu." Balas Mia.

Seungkwan dan Mia asik melakukan debat sehari - harinya. Mengabaikan Vernon sampai dia berdiri dan mengambil ponsel dengan earphone yang tadi dia geletakan. "Aku harus pergi karena ada kelas."

Vernon menepuk pundak Seungkwan dan berkata, "Sekali lagi aku minta maaf. Aku akan memperbaiki kesalahanku. Jadi ku harap kau tetap ingin berteman denganku."

Tidak perlu mendapat jawaban dari Seungkwan, Vernon langsung melangkahkan kakinya sambil menggandeng tasnya dengan satu bahu. Meninggalkan Mia pada kebingungan dan rasa penasaran yang luar biasa besar.

"Sebenarnya kalian ada masalah apa?" Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari bibir Mia.

Namun Seungkwan tiba - tiba terlihat terburu - buru. Tepatnya pura - pura terburu - buru. "Aigoo! Sudah jam segini. Aku juga ada kelas. Nanti saja ya jawabannya." Kata Seungkwan. Langsung pergi juga meninggalkan Mia.

"Apa - apaan itu ? Dia menghindari pertanyaanku." Protes Mia.

Dia bukan Boo Seungkwan.

°•♡•°

Next Chapter >>
       
      
        
"Aku tidak mau mengatakannya di sini."
         
       
     
"Kau terlalu berlebihan."
        
      
       
"Ku beri nilai 100 untuk kejujuranmu itu."

°•♡•°

Ada yang penasaran sama masalah Seungkwan dan Vernon ?

Bagi yang penasaran, comment dong.. Jangan lupa vote juga ^^

Annyeong~

Looking For Love [Seungkwan & Vernon Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang