[1]

336 22 10
                                    

Gedung besar dengan tinggi yang membuat semua orang harus mendongak untuk melihat ujungnya. Setiap kaki melangkah penuh keyakinan dan semangat yang menggebu-gebu. Tak kalah tentu saja ada yang merasa gugup karena masa ajaran baru dan juga merupakan tahun pertama menginjakkan kaki di jenjang yang lebih tinggi.

Kampus.

Mia tidak pernah membayangkan dirinya bisa sampai masuk ke kampus yang bergengsi seperti ini. Jantungnya berdebar-debar. Darahnya berdesir menggambarkan semangatnya. Senyuman yang terus terlukis sejak dia mulai berangkat dari rumahnya.

Dia masih tidak percaya bisa lulus dan masuk ke kampus yang memiliki kreditasi tinggi ini. Segala kerja keras dalam bidang akademi dan juga kerja paruh waktu yang dikerjakannya membuahkan hasil yang baik.

Mia merupakan salah satu anak yang mengikuti jalur beasiswa. Tentunya sangat beruntung dia bisa terpilih jadi salah satu orang yang menerimanya. Apalagi dengan jurusan yang dia inginkan.

Dan juga.. Mia sudah ada teman di sini.

"Aku merasa gugup." Kata Seungkwan.

Pagi ini mereka berangkat bersama. Tentu saja harus bersama. Tadi pagi mereka sudah sarapan bersama. Ya walaupun sarapan pagi itu tidak berlangsung tentram karena Seungkwan begitu berisik menyuruh Mia untuk segera memakan habis sarapannya.

Padahal sarapan dari Sojeong eonni sangatlah enak. Kan jarang-jarang dia bisa makan enak tapi gratis.

Sojeong eonni tentu tidak akan protes jika dia terus menumpang. Seungkwan juga biasa saja. Tapi Mia yang merasa tidak enak hati karena harus menyusahkan mereka.

Dia masih punya rasa malu, walau kadang rasa malu itu menghilang. Apalagi saat bersama Seungkwan. He is Mia partner in crime.

"Biasanya juga tidak pernah gugup. Kau ini kan Seungkwan. Si percaya diri." Kata Mia. "Dan si malu-maluin." Lanjut Mia. Sengaja berdecit kecil.

Tapi telinga Seungkwan lebih jeli dari dugaan Mia. "Berkacalah sebelum bicara. Kau ini lebih malu-maluin dari aku. Siapa orang yang berteriak-teriak di depan umum hanya karena.."

Mia langsung membekap mulut Seungkwan sebelum Seungkwan membocorkan aib memalukannya di depan orang-orang. Aib mengenai dirinya yang berteriak hanya karena Seungkwan tidak mau mengalah untuk memberikan jenis donat kesukaannya dan justru Seungkwan memakannya dengan setengah menggoda Mia yang tidak bisa memakannya.

"Itu kan salahmu juga tidak mau mengalah pada perempuan. Aku kan mau."

"Memangnya kau perempuan? Wow.. Aku terkejut." Sindir Seungkwan.

"Beraninya kau." Tersindir Mia. Walaupun dalam lubuk hatinya terdalam, dia juga mengakui jika dirinya tomboy. Lebih sering pakai celana daripada rok. Punya gaun dan dress hanya sepasang masing-masing. Dan dia juga tidak punya make up ataupun barang branded.

Itu juga karena dia tidak punya uang banyak untuk membeli semua itu.

Sejak appanya meninggal, dia harus bekerja membiayai hidupnya sendiri. Bekerja paruh waktu dibeberapa tempat untuk sekolahnya juga. Untunglah Seungkwan dan kakaknya mau membantu dia.

Itu alasan dia juga kenapa sangat beruntung bisa masuk ke kampus bergengsi dengan beasiswa.

"Awas saja! Aku sumpahi kau tidak akan mendapatkan pacar lagi tahun ini." Takut-takuti Mia. Karena dia tau Seungkwan paling takut soal ini.

"Ihh jangan dong.. Kau tidak kasihan aku selalu single. Kau juga pasti malu punya teman belum pernah merasakan pacaran kan ??" Kata Seungkwan. Setengah merayu.

Namun Mia sama sekali tidak terpengaruh. Lagipula itu bukan salahnya juga jika Seungkwan belum punya pacar. Ingat ekspresinya ketika bangun tidur saja, beberapa yeoja pasti kabur.

Looking For Love [Seungkwan & Vernon Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang