Pagi ini sebelum menuju kampus, Seungkwan berkunjung ke rumah teman lamanya.
Mungkin baru sekitaran satu setengah tahun, dia tidak mengunjungi rumah ini. Tapi karena masalah yang ada, dia merasa sudah menghindari rumah ini terlalu lama. Apalagi karena masalah mereka berdua juga hubungan pertemanan kakaknya dengan keluarga Chwe yang jadi canggung.
Jadi sebagai permulaan yang baru, Seungkwan berinisiatif untuk mengunjungi rumah ini sebagai tanda permintaan maaf mengenai sikap kekanak - kanakannya ini.
Sebagai orang yang semakin dewasa, meminta maaf bukan hanya ketika kita ada salah. Tapi juga ketika kita memiliki masalah dengan orang lain. Walau bukan kita penyebabnya, kita tidak boleh malu untuk meminta maaf duluan.
Seungkwan menekan bel yang terdapat di pinggir pintu kediaman Chwe. Rumahnya tidak berubah sedikit pun. Warnanya masih dominan putih dengan setengah berwarna cream. Mungkin sedikit di tambah tanaman hias yang lebih banyak sejak beberapa tahun lalu.
Sekali lagi Seungkwan menekan bel itu, suara seorang perempuan menyambutnya. Dengan gugup Seungkwan menunggu - nunggu pintu itu terbuka. Rasanya seperti ketika pertama kali dia mengunjungi rumah ini.
Gugup akan reaksi keluarganya. Apakah keluarganya baik dan apakah keluarganya bisa bersikap ramah padanya. Itu awal pemikiran Seungkwan. Dan kali ini Seungkwan juga berpikir yang tidak jauh berbeda.
Tapi tunggu..
"Seungkwan ?" Suara terkejut wanita yang ada di depannya tidak kalah mengejutkan Seungkwan dengan sosoknya.
"Yori ?"
Seungkwan mengecek kembali alamat rumah dan nomor rumah untuk memastikan apa dia salah rumah atau tidak. Tapi Seungkwan memang tidak salah alamat. Apa mungkin keluarga Chwe sudah pindahan ?
"Sepertinya aku salah rumah. Aku pergi dulu." Pamit Seungkwan dengan kaku.
Ketika dia berputar pun, Seungkwan seakan robot yang sedang menari. Namun seseorang bersuara rendah membalikkan keadaan. Seungkwan sekarang tau jika dia tidak salah rumah.
"Kau datang ke sini ?" Vernon sama terkejutnya dengan Seungkwan di sini. Entah siapa yang harus menjelaskannya terlebih dahulu. Keadaannya terlihat lebih rumit karena Seungkwan dan Vernon seperti menjadikan Yori tembok mereka.
Yori yang dasarnya masalah ini, memilih untuk undur diri sebelum semuanya menjadi lebih rumit. Dia pamit ke Vernon dengan berpelukan. Bagaimana dengan Seungkwan ? Tentu rasa kecewa mengalir didarah dan langsung ke otaknya.
"Aku harap kau tidak marah." Kata Yori pada Seungkwan. Tapi bagi Seungkwan itu tidak penting lagi karena memang kenyataannya tidak ada gunanya dia marah. Dia dan Yori memang tidak ada apa - apa.
Setelah Yori sudah pergi dari sana, atmosfer yang dibuat Seungkwan membuat Vernon menjadi canggung. "Aku akan jelaskan."
"Ne.. Sebaiknya jelaskan rencanamu kali ini."
Vernon dibuat semakin gugup karena Seungkwan terlihat begitu marah karena melihat Yori. Harusnya aku saja yang tadi ke rumah Yori. Batin Vernon. Memijat pelipisnya.
"Masuklah."
Dengan berat hati, kaki Seungkwan melangkah memasuki rumah itu. Padahal niatnya berbaikan, tapi sekarang dia justru memasang wajah marah.
Lagipula alasan Seungkwan marah juga bukan sembarangan. Siapa suruh Vernon dan Yori ternyata berkomplot? Pantas saja Yori mengetahui dirinya sakit, ternyata Vernon yang memberitahukannya.
Mia saja tidak kenal siapa Yori. Kenapa dia tidak menyadarinya dari awal ?? Pikirannya itu membuatnya semakin dikuasai amarah. Dia ingin Mia ada untuk menemaninya sekarang. Jika ada Mia, pasti akan ada yang menahan kemarahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking For Love [Seungkwan & Vernon Fanfiction]
Hayran KurguMau mencari sampai kapanpun, jika dia bukan cintamu, kau tidak mungkin mendapatkannya. Tidak mau menyerah ? Atau mau memaksa ?? Silahkan saja. Nanti kau sendiri yang akan tau akibatnya. Tapi tunggu ? Bukankah ada perasaan yang luluh jika terus dike...