[12]

83 16 0
                                    

"Seungkwan-ah, kenapa Vernon masih saja dingin ? Kalian kan sudah berbaikan." Tanya Mia.

"Mana ku tau." Jawab Seungkwan. Tidak peduli sama sekali.

"Ish.. Kau masih marah ya sama dia. Kalian itu harus berteman kembali. Tidak boleh jauh - jauhan terus." Mia menatap Seungkwan dengan intimidasi. Menggunakan nada perintah pada ucapannya agar pria itu mau mendengarkannya.

"Aku tidak akan memperdulikan masalah itu lagi. Lagipula dia juga sudah mengakui kesalahannya kan. Ya sudah anggap itu tidak ada lagi dan berharap citraku membaik dengan cepat."

"Terus kenapa kau masih tidak peduli pada Vernon ?" Tanya Mia tidak mengerti.

Seungkwan menghela nafasnya kembali. "Aku mengerti kenapa Vernon tidak mengiyakan permintaanmu untuk duduk di dekatku."

"Apa ?" Tanya Mia lagi. Masih tidak tau apa - apa.

"Lola." Gumam Seungkwan dengan suara super kecil sampai Mia tetap memasang wajah bingungnya tanda dia tidak mendengat gumaman itu.

"Vernon itu pasti tidak ingin gosip yang sebelumnya terjadi semakin membesar karena tiba - tiba kami kembali dekat." Wajah Mia masih memproses informasi itu. Untuk memudahkan Mia, Seungkwan pun menambahkannya kembali. "Coba bayangkan ! Bagaimana pandanganmu kalau kau jadi orang yang menggosipkan kami ? Pasti kau juga akan kembali berpikir macam - macam, seperti kami yang kembali baikan atau aku yang kembali kambuh dari penyakit yang sebenarnya tidak ada pada diriku."

Seungkwan sengaja mengucapkan kata 'Tidak ada pada diriku' dengan penuh semangat dan penekanan. Berharap ada seseorang yang mendengar dan menghilangkan kata 'homo' dari citra Seungkwan.

Tapi Seungkwan tau itu mustahil. Dulu ketika dia SMA, dia sudah pernah mencoba mengatakannya langsung secara lantang dan terang - terangan, tapi tidak ada yang mempercayainya. Bagaimana dengan ucapan yang tidak begitu terdengar itu ?

Namun bagi pria yang termasuk positif ini, tidak ada salahnya mencoba.

Beberapa lama Seungkwan bersabar dengan kediaman Mia, akhirnya Seungkwan tidak bisa menahan emosinya juga. "Hey ! Kau ini mengerti tidak dengan apa yang ku katakan ?!"

"Iya mengerti." Balas Mia santai.

"Terus kenapa diam ??" Tanya Seungkwan. Menggebu - gebu.

"Aku sudah menemukan cara untuk menghilangkan gosipmu itu." Senyum Mia.

Ketika Mia ingin melanjutkan kata - katanya, Seungkwan tiba - tiba berkata, "Aigoo ! Aku lupa ada janji dengan Sua dan Suji untuk ke taman bermain. Aku tinggal ya. Nanti saja bicaranya di apartemen. Ok ? Bye."

Tidak menunggu balasan dari Mia, bahkan tidak memperdulikannya, Seungkwan sudah berlari menuju bus yang tepat sedang menunggu di terminal. Mia mengerucutkan bibirnya.

Padahal tadi aku kan baru ingin mengatakan rencanaku. Batin Mia.

Jika Mia tidak bisa memberitahu Seungkwan, maka dia akan memberitahukannya pada Vernon terlebih dahulu. Tapi dimana namja itu sekarang? Karena terpisah kelas, Mia jadi tidak tau dimana Vernon berada.

Mia mengingat-ingat jadwal yang pernah ditunjukkan Vernon padanya. Tapi karena dia tidak punya brain photography, jadi dia gagal untuk sekedar membayangkan mata kuliahnya. Yang dia ingat hanya wajah Vernon.

Untunglah keberuntungan sedang memihak padanya. Mia melihat Vernon baru saja keluar kelas di lantai dua. Cepat-cepat dia berlari menuju tangga yang sudah dikerumuni banyak orang.

Mia menerobos semua kerumunan itu tanpa peduli dengan protes mereka yang sempat ditabrak Mia. Bahkan beberapa kali Mia menginjak kaki orang-orang yang membuatnya kabur lebih cepat.

Looking For Love [Seungkwan & Vernon Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang