[5]

116 14 2
                                    

Mia menggerakan pulpennya di atas kertas tanpa tujuan yang jelas.

Dosennya ini sungguh membosankan. Tidak ada catatan ataupun pelajaran yang bisa diambil. Hanya cerita dan cerita. Mentang-mentang masih pertemuan pertama jadinya hanya perkenalan. Mana kalau melawak garing.

Menyebalkan.

Kalau ada Seungkwan pasti dosen itu sudah kalah telak karena Seungkwan bisa lebih garing dari dia. Bercanda. Seungkwan bisa sangat lucu kalau melawak. Tapi tidak jarang dia juga garing.

Walau dosennya tidak jelas dan Seungkwan beda jam kelas dengan Mia. Setidaknya ada matahari di sini.

Mia tersenyum melirik ke arah pria yang sekarang sedang fokus melihat ke dosennya. Sesekali dia tersenyum miring dan menunjukkan ketampanannya.

Tidak sedetikpun Mia tidak memuji ukiran indah yang tercipta dimatanya itu. Vernon sama sekali tidak memiliki cela yang dapat ditembus. Semua detail diwajahnya sangat sempurna.

Bahkan bukan hanya Mia yang menyadari itu. Semua mahasiswi disini mengakuinya. Mereka semua yang berjenis kelamin perempuan terus saja memperhatikan gerak-gerik Vernon seakan Vernon itu adalah artisnya disini.

Para namja tentunya iri dengan tatapan gadis yang hanya fokus pada Vernon. Tapi siapa peduli? Vernon lebih indah dari mereka. Tidak bisa dipungkiri.

"Mungkin sampai disini saja perkenalan diri saya. Bagaimana kalau kali ini kalian yang memperkenalkan diri? Saya akan memilih beberapa orang dari kalian."

Mia seakan tersengat saat dosen menghentikan ceritanya. Dia memang mengharapkan itu, tapi dia tidak mengharapkan perkenalan diri. Semoga bukan dia salah satu yang terpilih.

Dosen yang awalnya melihat kumpulan daftar nama di bukunya langsung beralih menatap kami satu-satu. Itu menambah ketegangan di kelas.

Beberapa orang ada yang menunduk dan menghindari tatapan mata si dosen agar tidak dipanggil. Namun Mia bukan salah satunya. Mia bahkan dengan tegap mengikuti arah pandang si dosen. Menurutnya, orang yang takut-takut justru akan dipanggil.

Tapi, kali ini dosen justru membalas tatapan matanya. Jantung Mia langsung berpacu. Di dalam hatinya dia terus menyebut, 'Jangan aku.. Jangan aku!'

"Kau! Yang dari tadi jadi fokus utama para mahasiswi di kelas ini." Vernon yang awalnya bersikap biasa dengan malas melihat ke arah dosen. Ternyata dia mengakui jika dirinya menjadi pusat perhatian. Atau dia memang sudah terbiasa?

"Saya?" Yakinkan Vernon. Suara beratnya mampu membuat semua gadis terjerit-jerit. Tapi karena masih ada dosen, tidak ada yang berani menyuasakan teriakannya. Betapa tersiksanya aku. Batin Mia.

Setelah dosen memberikan jawab tegas, Vernon langsung berdiri dan menghadap semua orang yang akan menjadi temannya itu. "Annyeong haseyo. Chwe Vernon Hansol imnida. Bisa panggil Vernon, bisa juga Hansol. Asli Amerika, tapi tinggal di Korea sejak kecil. Lebih fokus pada rapping."

Vernon menghadap dosennya kembali untuk memastikan apa dia boleh kembali duduk. Tapi dosen sepertinya tertarik dengan Vernon. Apalagi tatapan mahasiswinya yang mengintimidasi agar tidak segera mengelesaikan perkenalan Vernon.

"Kau terlihat sangat yakin dengan pemfokusanmu. Apa kau sudah punya teman untuk masuk ke jurusan yang sama?"

"Ani."

"Jadi kau memang ingin mendalami ini sendirian."

"Ne. Karena suara saya tidak bagus untuk bernyanyi, walaupun saya ingin bisa bernyanyi." Jawab Vernon.

Dosen berseru panjang karena merasa akan menyukai Vernon. Sudah cukup saingan Mia dengan seluruh mahasiswi, jangan dosennya juga. Apalagi dosennya laki-laki.

Looking For Love [Seungkwan & Vernon Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang