Bagian 27💕

974 50 3
                                    

Happy reading 😘

"Biarin seperti ini sayang, aku mohon."

Entah kenapa Luna seperti mendengar sirat kesedihan dari nada permohonan R, membuat dia diam dan menerima pelukan R hingga dia mendengar deru napas R yang teratur.

Selelah itu kah kekasihnya?, seolah dia sedang melepaskan beban berat yang selama ini dipikulnya.

Luna merubah perlahan posisi berbaringnya menghadap R, mengelus kening R yang mengkerut seolah penuh dengan tekanan, Luna terus melakukan itu dengan pandangan mata begitu fokus hanya tertuju pada wajah R, hingga setengah jam kemudian mata R terbuka secara perlahan dan pandangan mata mereka kembali bertemu.

"Terimakasih," Ucap R terdengar lirih "Terimakasih sudah ada di samping aku sampai detik ini."

Entahlah, Luna mendengar nada penuh beban yang sangat kentara dari suara R.

Tapi kali ini dia tidak ingin berkomentar, Luna tau pasti R akan mengungkapkan sesuatu.

Maka kali ini dia hanya diam, menunggu setiap kalimat yang akan keluar dari mulut R sambil terus mengusap kening dan rambut R dengan penuh sayang.

R mengambil ponselnya yang ada di saku celana dan mengotak ngatiknya dengan satu tangan, hingga dia menemukan sesuatu yang akan dia perlihatkan kepada Luna sebagai awal pengakuannya.

Luna melihat sesuatu yang R tunjukkan dengan seksama, yang ternyata itu adalah sebuah foto, foto dua anak kecil laki-laki memiliki wajah yang begitu sama dalam gendongan ayah dan ibunya.

Luna menyerngit bingung, siapa mereka?

"Ini foto ayah dan ibu aku, anak laki-laki yang ada dalam gendongan mamah itu Rofi, Rofi Refando, saudara kembar aku."

'Deg'

Luna terkejut dan ingin bangun dari posisi berbaringnya, tapi R menahan tubuhnya.

"Aku mohon tetap kaya gini, jangan pernah tinggalin aku." Ucapan R membuat Luna kembali diam dan tidak protes saat R mendekapnya dengan lebih erat lagi, menempatkan Luna pada posisi ternyaman, di curuk lehernya.

"Dari kecil aku nggak pernah ngerasain gimana rasanya pelukan mamah, sampai aku membuat hari yang paling aku benci itu terjadi, hari dimana aku buat papahku meninggal dan mamah semakin membenci aku."

Secara tidak sadar air mata Luna meluruh tanpa izin dan Luna bahkan mendengar deru napas R yang begitu bergemuruh.

"Sejak hari itu mamah semakin benci aku, bahkan ngusir aku dari rumah karena mamah bilang kalau aku ini seorang pembunuh. Aku yang saat itu masih berusia 10 tahun, nggak tau harus ngelakuin apa selain nangis, sampai akhirnya nenek datang dan bawa aku pergi. Tapi karna aku tidak ingin merepotkan nenek akhirnya aku memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemen ini walaupun setiap harinya nenek selalu datang untuk membawakanku makanan."

R menarik napasnya yang terasa berat dan membawa Luna lebih dalam lagi ke pelukannya, dia tahu kalau gadisnya itu sedang menangis.

Luna mengerti satu hal disini, orang tuanya selalu menerima R dengan baik karena mereka mengira bahwa R itu adalah Rofi, wajah mereka sama tapi kenapa nasib mereka berbeda?.

"Mamah itu benci banget sama aku seolah aku ini bukan anak kandungnya, selalu membanding-bandingkan aku dengan Rofi-anak kesayangannya. Tapi aku nggak pernah benci Rofi, karna buat aku dia itu kakak lima menit aku yang paling konyol." R sedikit terkekeh saat mengingat setiap kekonyolan Rofi.

"Sampai hari itu tepat seminggu sebelum hari ulang tahun kamu yang ke tujuh belas Rofi ceritain semua soal rencana mamah yang mau jodohin dia dengan seorang perempuan bernama Luna, yang ternyata itu kamu. Rofi menolak perjodohan itu, bukan karna dia nggak tertarik sama kamu, tapi karna dia udah punya pilihannya sendiri. Sampai dia kasih foto kamu ke aku, dan minta tolong sama aku buat bikin kamu nolak perjodohan ini. Aku meng-iyah-kan sebagai bakti aku untuk dia karena udah jadi kaka lima menit aku yang best. Sampai saat pertama kali aku ketemu kamu di kampus, aku seneng usilin kamu dan aku kejebak sama rencana aku sendiri, aku beneran jatuh cinta sama kamu."

Luna mengangkat wajahnya dengan mata yang penuh akan genangan air mata untuk melihat kearah R "Jadi selama ini kamu cuma pura-pura cinta sama ak.... ?"

"Itu dulu," R memotong ucapan Luna

"Bukan pura-pura cinta, awalnya aku cuma mau ngusik kamu, tapi ternyata justru kamu yang berhasil ngusik hati aku dan bikin aku jatuh cinta yang paling terdalam sama kamu, kamu harus percaya ini, aku sayang banget sama kamu."

Bohong kalau Luna tidak percaya, dia bahkan mengusap dengan lembut air mata yang mengalir dari mata R saat mengucapkan kalimat sayangnya itu.

Seumur hidupnya, baru kali ini dia melihat laki-laki dewasa menangis.
Luna percaya pada R, sangat percaya.

Untuk itu dia kembali diam untuk mendengarkan lanjutan kisah R, bahkan dia sudah siap untuk mendengar kalimat apapun yang akan keluar dari mulut R saat ini, setidaknya ini akan mengurangi sedikit beban R, pikirnya.

Luna diam, sambil kembali ke posisi ternyamannya dan memeluk R erat.

"Maaf, maaf aku baru bisa jujur soal ini sekarang, aku cuma nggak mau kehilangan kamu, sampai kapanpun. Mamah aku orangnya selalu nekad, dan dia sedang merencanakan sesuatu yang jahat buat aku, kemarin Rofi datang untuk kasih tau info itu. Aku sengaja cerita soal ini ke kamu sekarang agar kalau suatu hari aku tiba-tiba menghilang dan tiba-tiba datang kembali, kamu bisa membedakan apakah yang datang itu beneran Mr R kamu atau bukan."

R semakin terisak, tidak peduli selemah apa dia dihadapan Luna saat ini, dia hanya sudah sangat lelah.

Luna terus menenangkan R dengan pelukan hangatnya, sekarang dia juga sangat memahami apa alasan nenek Mia yang memintanya untuk terus berada disamping R dan menjaganya, Luna sangat mengerti sekarang.

Dan satu hal, dia juga tidak ingin kehilangan Mr R nya, dia sangat mencintai R, Mr R nya yang ternyata sangat rapuh.

Bersambung...

Ooohhh jadi gitu...  😹.

Thank you buat yg udah baca dan vote cerita aku 😘.

See you 💕

Salam Cutes_pnks 😘

My Mr R is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang