<Bab 22>

1 0 0
                                    

KEANA menyibakkan selimutnya, ia masih teringat hal kemarin, yang menurutnya sangat menyenangkan.

Ia masih terus tersenyum, saat baru saja keluar dari kamar mandi, entah jenis setan apa yang merasukinya.

Memakai seragam pun begitu, masih  tersenyum, tersenyum, dan tersenyum.

Setelah memakai seragam nya, ia menatap pantulan dirinya di cermin.

Keana menatap pantulan wajahnya itu, sambil memegangi pipinya yang terasa panas, mungkin pipinya sebentar lagi akan semerah tomat.

"Apaan sih? Kok gue jadi nggak jelas gini?" ujar Keana sembari tertawa kecil, lalu tersenyum kembali.

Keana membuka pintu kamarnya, lalu ia keluar dan menuruni satu persatu anak tangga.

Setelah itu, Keana meletakkan tasnya di kursi meja makan, lalu Keana mengambil kursi lagi khusus untuk dirinya sendiri.

Keana melihat nasi goreng yang tampak menggiurkan yang sedang di sajikan oleh Bi Rin, serta segelas susu hangat untuk Keana.

"Non Keana kenapa senyam-senyum sendiri? Lagi seneng sama cowok, ya?" ujar Bi Rin sambil menggoda Keana, yang kini wajahnya bersemu merah.

"Ah, apaan sih, Bi? Enggak kok." ujar Keana malu-malu.

"Heheheheh... Bibi ngerti kalau ada yang suka sama cowok. Yaudah Bibi duluan, ya." ujar Bi Rin, lalu ia berlalu di hadapan Keana.

Keana menghela nafasnya, lalu tersenyum simpul kembali, ia pun menyantap nasi goreng itu dengan lahap.

Setelah suapan terakhir, Keana meminum susu hangatnya. Setelah itu, ia memakai tas nya dan menuju luar rumah.

*~•~*

Saat Keana berada di luar rumahnya, ia di kagetkan oleh suara bel motor yang sangat ia kenali.

Keana menoleh kebelakang lalu tampaklah seorang Givan dengan penampilan yang seperti biasanya. Sangat acak-acakan.

"Hey!" ujar Givan.

"Juga." jawab Keana sembari menampakkan senyuman simpul nya yang sangat indah.

"Hey Tayo! Hey tayo! Dia bis kecil ramah! Melaju melambat! Tayo selalu senang~" Givan menampakkan seringaian jahilnya, sementara Keana sudah bermuka merah, yang tandanya sebal sekali dengan sosok Givan.

"Gausah nge-prank gitu deh, Van! Gak jaman!"

"Jaman tuh, buktinya kemarin ada yang nge-prank, gue." Givan masih menampakkan seringaian jahilnya, yang membuat Keana bertambah kesal.

"Hahahah... aduh..." Givan memegangi perutnya yang sakit akibat ketawa yang kencang tingkat dewa.

Keana menatap Givan datar, lalu ia berlari menuju halte bus dengan perasaan kesal.

*~•~*

"Yah... tuan putri... jangan ngambek, dong..." ujar Givan sembari mengikuti Keana menggunakan motornya, saat berjalan di halte bus.

Keana duduk di kursi halte bus dan menghiraukan segala ucapan Givan yang... untuk merayu dirinya agar tidak mengambek lagi, tetapi tetap. Keana tetap ngambek.

"Jangan ngambek mulu, dong tuan putri... entar cepet tua loh!" ujar Givan.

"Yah... kalau ngambek terus, kapan kita berangkat kesekolah, nya?"

Keana || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang