<Bab 23> ¦Suasana Hujan #2¦

3 1 0
                                    

SUARA TOA yang berbunyi diseluruh penjuru sekolah, membuat para guru-guru bergegas untuk rapat, dan murid-murid yang berseru senang.

"Perhatian, di mohon untuk guru kelas 10, 11 dan 12, untuk rapat dan kehadiran nya di ruang rapat. Untuk murid-murid di pulangkan cepat, karena guru-guru sedang melaksanakan rapat. Sekian, terima kasih."

Suara TOA itulah yang membuat para murid berseru sangat senang, dan sekarang kelas mereka menjadi gaduh.

"Berdasarkan bunyi TOA tadi ya, anak-anak, kalian bisa merapikan alat tulis kalian, dan bersiap untuk pulang. Fina! Pimpin do'a!" ujar Bu Tina, guru Sosiologi di kelas Givan.

"Aduh, asyik ini mah... waktu gue buat main game nya bertambah!" seru Arsha.

"Pulang sekolah gue maen PS di rumah lo, yak, Sha!" ujar Rivan.

"Boleh, lah... sekalian kita tanding! Yang menang boleh lah tukar pacar..."

"Gila aja, lo Sha! Kita kan masih, jomblo!" ujar Rivan kesal.

"Kita? Lo aja kali..." ujar Arsha sembari tertawa ngakak.

"Terserah lo, lah! Yang penting kalo menang dapet traktiran, kalo kalah keliling lapangan sekolah pake daster emak, lo!" ujar Rivan.

"Oke, deal!"

"Van! Lo mau ikutan, kagak?" ujar Arsha sambil menepuk pundak Givan.
"Kagak, ah. Gue mau belajar." sahut Givan.

"Hah? Orang kayak lo, mau belajar? Hahahahahah..." ujar Rivan sembari menyemburkan tawanya.

"Apa? Seorang Givan Narendra Putra? Mau belajar? Dunia mau kiamat, kali!" seru Arsha lalu ia menyemburkan tawanya.

"Lebay lo, pada."

"Kita lebay gara-gara lo, Van! Masa iya lo mau belajar? Ye gak, Sha?" ujar Rivan.

"Yaiyalah. Palingan juga dia nggak belajar, jalan-jalan sama cewek lain, kalo nggak... ya Vale, atau Keana." sahut Arsha.

Givan memukul bahu Arsha dan Rivan secara keras, karena kesal.

"Sakit, dodol!"

"Ah elah, mukul-mukul aja, lo! Rusak bahu gue lama-lama!"

"Jangan, ingin tahu urusan orang lain! " ujar Givan.

"Baper, dah baper... siapa juga yang pingin tahu urusan, lo?" ujar Arsha.

"Udah, Sha jangan dipanas-panasin! Dia lagi PMS kali!" ujar Rivan, lalu ia menyemburkan tawa nya.

Berikan Givan kesabaran yang banyak untuk menghadapi teman yang ngeselin seperti Arsha dan Givan ini. Kalau saja mereka bukan temannya, Givan sudah menendang mereka ke Hutan Amazon, sekalian ke sungainya.

*~•~*

Keana melihat kearah sekitar parkiran, mencari keberadaan Givan, yang katanya mau ngajak Keana ke taman.

Baru saja Keana ingin masuk ke sekolah lagi untuk mencari keberadaan Givan, sosok itu sudah muncul dihadapan nya.

"Nyariin gue, ya tuan putri?" ujar Givan seraya tersenyum smirk.

Ditatap Givan dengan senyuman miringnya yang terasa indah itu, membat Keana salah tingkah. Ia berusaha mencari alasan yang tepat.

"Nggak. Siapa juga yang nyariin, lo? Gue nyariin Ditha kok." ujar Keana sambil berusaha me-netralisir perasaannya yang sungguh deg-degan ini saat ditatap oleh Givan seperti itu.

"Masa? Bukannya Ditha udah pulang duluan, ya?" ujar Givan, ia tersenyum smirk lagi, yang membuat Keana semakin salah tingkah.

"Ah, tauklah!" ujar Keana, baru saja selangkah ingin meninggalkan Givan, Givan menahan pergelangan tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keana || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang