<Bab 14> ¦Dia Menjauh...¦

38 7 0
                                    

KEANA mengumpulkan seluruh tenaganya, ia merentangkan kedua tangannya, lalu ia menatap dirinya di pantulan cermin, udah sebelas duabelas seperti 'Selena Gembel'.

Rambut yang berantakan dan mata yang udah kayak panda, serta baju piama yang sangat acak-acakan sekali. Itu semua karena drakor. Yaps, setelah menonton drakor Try To Busan, ia menonton kembali drakor yang temanya sedih.

"Ya ampun, kok gue gini banget ya? Udah kayak gembel gelandangan aja." ujarnya dengan suara yang agak sedikit lemas, mungkin karena ia terlalu lama menangis saat tadi malam  menonton drakor.

"Duh. Kalo kisah cinta gue sama sedihnya kayak yang di drakor tadi, apa hidup gue bakal melas yak?" ujarnya dengan tangan yang di topangkan ke dagu, seolah membayangkannya.

"Ah udahlah! Pagi-pagi gue udah ngelantur yang aneh-aneh!" ujar Keana lalu ia mengambil handuknya dan berjalan menuju kamar mandinya.

*~•~*

Di depan cermin yang ada di kamarnya, Keana sudah selesai memakai seragam khas SMA-nya ia pun berjalan menuju nakas yang berada di sebelah kasur nya, lalu ia mengambil handphone-nya.

Aplikasi yang pertama ia buka adalah whats app. Banyak sekali pesan-pesan yang masuk, terutama pesan yang berasal dari grup kelasnya.

Karena ia malas membuka chat grup kelasnya yang menurutnya itu tidak penting, akhirnya ia memutuskan untuk membuka roomchat nya dengan Givan.

Belum ada notif sama sekali dari Givan, terakhir kali mereka bertukar pesan adalah pada saat dua hari yang lalu.

Keana jadi rindu Givan, entah mengapa. Sehari tanpa dia, rasanya hidup Keana itu sepi. Dimana orang tuanya yang lebih mementingkan pekerjaannya, dan keadaan kakaknya yang makin hari, makin tidak terurus.

"Huft... Givan kemana ya? Kenapa gue harus kangen sih sama dia?" ujar Keana sambil berfikir, apa alasan yang membuat Givan tidak masuk sekolah.

Apa jangan-jangan Keana sudah memiliki perasaan lebih pada Givan yang tiba-tiba meminta menjadi sahabatnya tersebut?

"Ish! Gak mungkin! Gak mungkin gue suka sama sahabat gue sendiri! Jangan sampe!" ujar Keana sambil menepuk dahinya sendiri. Daripada makin ngelantur gak jelas, akhirnya Keana pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya.

*~•~*

Setelah Keana berjalan kaki keluar dari komplek perumahannya, akhirnya ia sampai juga di halte bus.

Keana menduduki kursi yang berada di halte bus sambil menggoyang-goyangkan kedua kakinya. Ia menunggu bus yang searah dengan sekolahnya.

Sudah hampir 20 menit ia menunggu, namun bus yang searah dengan sekolahnya masih belum juga lewat.

Keana menggigiti kuku jarinya cemas, sembari memandang jalanan yang ada di depan.

Keana pun menatap arloji nya yang menunjukkan pukul 06.50, yang artinya 10 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup.

Jika bus itu saja tidak datang dengan tepat waktu, maka mampus sajalah dirinya akan terkena hukuman oleh guru BK, maupun kakak kakak senior yang galak.

"Lama nunggunya ya, neng?" ujar suara misterius yang berada dibelakang tubuh Keana.

Keana merinding, bulu kuduknya berdiri, pikirannya mulai yang tidak-tidak, ia berfikir itu adalah orang yang ingin berbuat jahat dengannya.

Keana || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang