<Bab 9> ¦Suasana Hujan¦

42 13 0
                                    

SORE ini selepas Givan mengantarkannya pulang, Keana memasuki rumahnya.

Jadi, tadi saat membersihkan toilet sialan itu, Keana menunggu Givan kelar membersihkan toilet tersebut. Karena, Keana tak ingin memasuki lagi toilet tersebut, Kecoa lah penyebabnya.

Kriiek...

Keana membuka pintu rumahnya, dan disitu terlihat ada Shella dan Kayra yang menoleh kearahnya saat Keana membuka pintu.

"Keana, duduk disini. Mama ingin berbicara serius sama kamu," ujar Shella dengan tampang seriusnya. Yang terakhir kali Keana ingat adalah, tampang serius nya itu dimunculkan untuk memarahinya saat ia pulang malam itu. Keana hanya mengangguk patuh lalu ia duduk disebelah Kayra, sedangkan Shella duduk di hadapan mereka berdua.

"Belakangan ini, perusahaan Mama yang ada di Jerman mengalami penurunan, jadi... Mama memutuskan untuk ke Jerman selama 3 bulan." singkat, padat, dan jelas terdengar di telinga Keana.

Pada dasarnya, memang Shella dan Afri memiliki perusahaan yang berbeda dan sama-sama suksesnya. Bahkan, cabang perusahaannya hingga luar negeri, seperti perusahaan Shella.

"Mama serius?" itu adalah suara Kayra yang sedari tadi ia terlihat murung. Sebenarnya, Shella baru pertama kali ingin keluar negeri untuk meninggalkan anaknya, apalagi selama 3 bulan, bayangkan itu.

"Iya, Mama serius. Karena itu, Mama bakalan nyewa pembantu. Mungkin pembantu itu akan bekerja terus dirumah ini, dan Mama sudah menemukan pembantunya. Mulai besok jangan heran ya, kalau ada seorang perempuan yang datang ke rumah ini, karena itu adalah pembantu kalian, dan sampai seterusnya pembantu itu akan bekerja disini."

"Oh ya, Mama bakal take off, nanti malam. Tolong jaga diri kalian baik-baik ya." ujar Shella, lalu ia meninggalkan ruang keluarga.

"Kapan sih gue punya orang tua yang peduli sama gue? Palingan sampe gue mati juga, gak bakal ada yang peduli ama gue," gumam Kayra kesal. Lalu ia meninggalkan Keana yang termenung di ruang Keluarga.

"Kenapa gue jadi punya firasat gak enak ya?" batin Keana gelisah.

Mungkin itu adalah permulaannya berfirasat buruk dalam rumah ini, mungkin.

*~•~*

Keana sedang belajar untuk materi besok, didalam kamarnya tentunya.

Ting nong!

Keana menghela nafas lalu ia mengamb handphone nya yang ada di nakas kamarnya lalu ia membisu handphone nya.

Drrt... ddrrt...

Keana masih mengabaikan handphone nya bergetar, karena ia masih fokus memahami materi Fisika-nya itu.

Drrt... drrt... drrrttt...

Keana juga masih mengabaikannya, ia masih tetap fokus pada materi yang ada didepannya yang menurutnya sangat susah dipahami itu.

Drrt... drrt... drrrtt...

Ini sudah ketiga kalinya handphone Keana itu bergetar. Keana menghela nafas kasar, lalu ia mengambil handphone nya dan membuka isi notifikasi handphone tersebut.

08198*****
Hai Keana!
Sudah lama aku tidak mengirimkan pesan padamu.
Ternyata kau masih nekat yah? Hahaha...
Tunggu saja kejutan yang akan mendatang oke?
Aku jadi tak sabar, bagaimana melihat ekspresimu nanti.
Sudahlah, tunggu saja tanggal mainnya...

Keana || ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang