16. Cemburu?

1.6K 98 4
                                    

"Seperti rasa tidak suka yang berlebihan,
tapi aku belum memastikan rasaku padanya. Entah, disebut apa rasa ini?"

🥀

Seorang lelaki nampak serius berbincang-bincang dengan Kepala Sekolah SMA Wijaya.

"Kamu diterima di SMA Wijaya, karena nilai test kamu bagus kamu masuk ke kelas unggulan. Kelasnya ada di atas. Silahkan ke kelas."

"Baik, Pak. Terimakasih."

Lelaki itu kini telah berada di depan tangga. Ia segera menaiki satu persatu anak tangga itu. Hingga sampailah ia di kelas unggulan yang kini menjadi kelasnya.

"Hari ini ada murid baru." Ucap seorang guru yang menyadari kehadiran lelaki itu di depan kelas.

"Kamu! Silahkan masuk." Titah sang Guru.

Lelaki itu berpenampilan rapih, rambutnya pun juga sangat tertata. Mata hitam lekat itu menatap Fayra tatkala ia sampai kelas.

"Perkenalkan saya Adrian. Saya pindahan dari Bandung." Perkenalan singkat dengan suara bariton yang khas itu membuat gadis di kelas Fayra ramai. Tampannya, mungkin itu batin para gadis itu.

"Raa, kenapa diam aja? Ganteng ih.." Ujar Nasya membuyarkan tatapan Fayra pada Adrian. Sedari tadi mata Fayra tak lepas dari sosok Adrian. Ada apakah gerangan.

Setelah perkenalan singkat itu. Adrian mulai mengikuti pelajaran. Ia nampak fokus pada pelajaran itu. Tetapi, tidak dengan Fayra. Ia nampak masih belum percaya bahwa itu adalah Adrian. Sungguh perubahan yang amat sangat signifikan.

"Haha..anak culun belagu ikut Olimpiade. Emang lo pinter?" Remeh salah seorang peserta Olimpiade itu.

Sosok lelaki dengan kacamata yang bertengger di hidungnya dan dengan tatanan rambut sangat rapih seperti anak kecil. Celananya pun terkesan naik hingga pusarnya. Benar-benar lelaki culun. Lelaki culun itu hanya bisa diam dan berusaha konsentrasi mengerjakan soal Olimpiade tanpa menghiraukan orang yang mengejeknya.

Setelah Olimpiade itu selesai. Ia keluar dari ruangan itu. Namun, karena kelas yang digunakan untuk Olimpiade telah sepi. Dan hanya menyisakan beberapa lelaki dan 1 orang perempuan ia jadi was-was dan memiliki perasaan tidak enak.

Benar firasatnya. Belum sempat ia keluar kelas. 3 orang laki-laki tengah menghadangnya.

"Culun. Lo tuh gausah belagu!!"

"Udah culun belagu bangett!!"

"Lo bisu, ya? Diem aja lo!!"

Ucap 3 orang lelaki itu bergantian. Seorang gadis yang masih juga ada di dalam kelas itu mendengar semua bullyan para lelaki itu. Ia pun mendekat hendak membuyarkan mereka.

"Woii!! Ngapain sih bully dia? Kalian mau aku aduin ke panitia. Biar nama kalian dan nama sekolah kalian tercoreng." Ancam Fayra yang ternyata malah mendapat senyuman sinis dari mereka.

"Aku udah punya rekaman kalian waktu bully dia." Lanjut Fayra sambil memamerkan ponselnya. Sebenarnya ia tidak merekam apapun. Ia berharap cara ini berhasil untuk mengusir mereka.

Dan. Ternyata ampuh. Mereka pergi berlalu meninggalkan Fayra dengan seorang lelaki culun itu dalam sebuah kelas yang sepi.

"Kamu nggak apa-apa?" Fayra menepis hening diantara mereka.

Lelaki itu hanya mengangguk tanda 'IYA'.

"Namaku Fayra. Kamu panggil aja Ara." Fayra mengulurkan tangannya. Lama tangannya mengambang, kemudian ia mendapat balasan sebuah tangan nan dingin dan sedikit berkeringat. Mungkin dia ketakutan karena insiden tadi.

Painful [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang