7. Sengaja atau kebetulan?

1.5K 107 0
                                    

"Karena hanya ada 2 kemungkinan
di dunia ini. Sengaja atau kebetulan. Hanya dirimu yang tahu."

🥀

"Lo, sekolah disini juga?"

Seketika tawa Erlang meledak.

"Emang wajah gue, wajah-wajah anak SMA ya."

Ravin pun semakin bingung, siapakah 'Erlang'?

Ravin kini duduk di balkon kamarnya sambil menikmati dinginnya malam ini. Fikirannya masih terus mencari tahu siapakah 'Erlang'? Lelaki itu begitu misterius.

"Gue udah kuliah. Gue kesini jemput seseorang."

Ravin hanya mengangguk lalu ia bertukar nomor dengan Erlang. Tujuannya hanyalah ingin menjalin persahabatan dengan Erlang. Karena jika dilihat-lihat hobi mereka sama, sama-sama suka dengan motor sport.

Dengan mengesampingkan itu semua. Fikiran Ravin kembali pada gadisnya. Fayra. Sebenarnya, Ravin tidak merasa bersalah. Ia hanya iba pada gadis itu. Dan karena 'Satria'. Bagi Ravin, Satria merupakan mata-mata bagi hubungan taruhannya.

Kemarin ketika Ravin meninggalkan kantin, ia sempat berpapasan dengan Satria. Tatapan Satria sangat tidak mengenakkan saat itu.

"Gue peringatin ke lo sekali lagi. Lo sekarang lagi pacaran sama Fayra bukan sama Eva. Jadi, bersikaplah sewajarnya."

Begitulah, ucap Satria ketika berpapasan dengan Ravin. Tatapan mata Satria begitu tajam kala itu. Ravin hanya menatapnya dengan raut wajah datar dan acuh padanya.

Kini Ravin tengah berusah tidur dengan membaringkan dirinya di ranjangnya. Ia berusaha memejamkan mata untuk bergelut kembali dalam mimpinya.

05.30 WIB. Ravin terbangunkan oleh suara alarm yang tadi malam ia aktifkan. Ia pun mulai bergegas untuk bersiap-siap sekolah. Entahlah pagi-pagi buta ia terburu-buru untuk datang kesekolah.

Ravin kini tengah mengendarai motor sportnya dengan kecepatan tinggi membelah jalan ibu kota pagi ini yang masih terasa sepi. Ravin berniat memberi kejutan pada Fayra dengan menjemput Fayra ke rumahnya. Entah apa yang ada difikiran Ravin? Mengapa ia bisa terfikirkan untuk menjemput Fayra.

Dering ponsel yang berada dalam saku jaketnya bergetar menandakan sebuah telfon masuk. Ia pun menepikan motornya.

"Indra, maaf aku telfon kamu pagi-pagi." Belum ada jawaban dari orang yang diajaknya bicara.

"Ndra, kamu udah di jalan ya? Kok ada suara motor. Ndra,motorku rusak. Dirumah lagi gaada orang. Kamu bisa kesini benerin motorku yang rusak? Lagian ini masih pagi banget."

"Iya, Va. Aku kesana sekarang."

"Iya. Aku tunggu, Ndra."

***

Seorang lelaki yang kini berada di teras rumah dengan motor kesayangannya yang kini sedang ia bersihkan sambil sesekali bersiul riang. Erlang. Lelaki itu memulai aktivitasnya selalu santai seolah tak pernah memiliki beban.

"Bang! Nanti Ara ke sekolah bareng!"

"Ara? Hahahha"
"Tumben. Ini nih, kalo lagi ada maunya manisss banget."

"Ya, Bang?" Tanya Fayra sambil bergelayut di lengan kakaknya.

"Ya." Singkat padat dan jelas. Ingin sekali Fayra memukulnya saat ini. Tapi ia urungkan karena ia sedang ingin berbaikan dengan kakaknya.

Beberapa menit kemudian. Erlang keluar dari pintu rumahnya dengan pakaian santai namun tetap memperlihatkan sisi coolnya sambil membawa tas punggungnya.

Painful [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang