21. Tersadar?

1.7K 96 0
                                    

"Jangan khawatirkan dia yang pergi dan menghilang. Siapa tahu besok akan ada yang baru, menyapa ketika datang.."

🥀

"Coklatnya gak bisa buat moodku berubah!!" Gadis itu membuang coklat yang tinggal setengah itu.

"Semua cowok sama aja-"

"Kalimat mutiara yang selalu cewek ucap ketika disakitin cowok." Suara bariton itu membuat Eva menoleh.

"Dasar lemah." Imbuhnya dengan tatapan tajam nan dingin.

"Lo siapa?"

"...." Dia tak menjawab dan hanya berlalu begitu saja.

'Siapa, sih? Kenal juga enggak!'

"DORRR!!" Resty datang dari belakang membuat Eva sedikit berjingkat kaget.

"Jangan bikin gue tambah unmood deh, Res!"

"Iya tuh, si Resty." Ucap Felly masih tetap fokus pada game-nya.

"Wah..waa... dikit lagi.. satu lagii.. yeyyy!!!! Savage." Felly tertawa terbahak-bahak. Kemudian, ia merubah ekspresinya karena mendapat tatapan tajam dan menusuk dari dua sahabatnya.

"Ehe.. sorry." Felly menyengir tanpa dosa.

"Gue saranin. Kalau misalnya lo masih mau sahabatan sama si Indra. Lo perbaiki hubungan lo sama dia. Tapi..." Resty memberikan tatapan seriusnya.

"Lo buang semua pikiran picik lo. Gue gak mau lo semakin buruk dimata Indra. Cukup sekali aja lo rusak kepercayaan dia." Eva hanya mengangguk mengerti dengan tutur Resty. Tumben sekali gadis itu bijak.

***

"Ihhh, Ad! Balikin." Fayra menatap sebal pada Adrian yang berlari dengan buku Rumus Matematika di tangannya.

Brukk!

Buku itu jatuh ke tanah.

"Sorry."

"Nih."

"Eh..iya."

Sementara itu, Fayra mematung di kejauhan. Ia tak ingin mendekat. Rasanya udara kian menipis. Sehingga membuatnya sesak napas.

"Nih, bukunya." Adrian memukul pelan kepala Fayra dengan buku itu.

Disisi lain. Seorang lelaki menatap interaksi mereka berdua dengan senyum yang ia paksakan. Senyum kecutnya.

'Ternyata, kamu masih simpan buku itu.' Batin Ravin.

Setidaknya Ravin memiliki sedikit semangat untuk tetap memperjuangkan cintanya pada Fayra.

"Nggak ada kata telat di kamus gue." Ravin tersenyum sinis dan berlalu.

"Jadi, gimana bro? Masih mau berjuang? Apa kibarin aja bendera putih. Hhh.." Ucap Aldo ketika Ravin sampai di kelas.

"Hhh..nggak ada kata 'nyerah' di kamus gue." Ravin balik menatap Aldo dengan tatapan tajamnya.

"Rav, ditunggu Eva, tuh! Di depan kelas." Tegur Ines, teman sekelasnya.

Painful [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang