29. Bahagiaku karena siapa?

1.4K 74 0
                                    

"Karena siapa? Atau karena apa? Kau harus tahu. Sebab, kau perlu berterimakasih padanya karena telah memberikan kebahagiaan padamu."

🥀

"Fay!" Teriak Ravin menghampiri gadisnya itu.

"..." Fayra melihat Ravin dengan raut wajah datar.

"Ayo pulang!" Ravin menggandeng tangan Fayra. Hendak menuju mobilnya.

"Ad..aku duluan ya. Makasih." Fayra menoleh pada Ad yang hanya diam. Adrian tak ada hak untuk mencegah Ravin. Ia tidak ingin mencari masalah. Lagian, Eva telah menunggu di depan mobilnya.

"Kenapa kamu bareng sama, Adrian?" Tanya Ravin to the point saat ia mulai melajukan mobilnya.

"..." Fayra masih bertahan dengan kebungkamannya.

"Fay! Kamu kenapa, sih?"

"..." Fayra mengambil ponsel di sakunya, yang telah tertancap oleh earphone putih. Ia lebih memilih mendengarkan musik dari pada mendengarkan Ravin.

Ravin yang kesal karena tak di anggap, menarik earphone di telinga Fayra sampai terlepas dan merebut ponsel Fayra.

"Ih..kenapa sih?"

"Kamu yang kenapa?"

"..." Fayra semakin kesal.

Ravin pun menghentikan laju mobilnya. Dan berhenti di pinggir jalan.

"Kamu kenapa, Fay?" Ravin menatap Fayra yang enggan menatapnya balik.

"Gak apa-apa."

"Kalo kamu nggak ngomong...darimana aku tahu." Ravin berusaha menurunkan egonya. Ia sadar akan wajah Fayra yang kesal. Tetapi, ia tak tahu. Dimana letak kesalahannya?

"Kenapa berduaan di Kantin sama Rania? Seneng kan kamu? Berduaan sama dia."

"..." Ravin menatap Fayra yang pandangannya masih lurus ke depan.

"Ngajarin dia apa? Fokus banget. Sampai nggak tahu aku ada di sekitar kamu."

"Nyebelin banget. Seharian nggak ketemu. Kayaknya kamu juga nggak ada niatan buat nemuin aku. Kamu lebih suka berdua-"

Dengan gerakan cepat, Ravin menangkup kedua pipi Fayra. Hingga membuat gadis itu menatapnya.

"...." Fayra bungkam seketika.

"Dengerin penjelasanku dulu, Fay. Jangan hanya melihat! Kamu juga perlu mendengar."

Sementara itu, di tempat lain. Adrian tersenyum tatkala menangkap sosok gadis cantik yang menunggunya di depan mobil silvernya.

"Va?" Ad menyapa gadisnya lalu mengusap puncak kepala Eva.

"Loh..mana Fayra? Katanya bareng kita."

"Nggak jadi. Ravin bawa dia tadi." Eva hanya melengkungkan bibirnya, mengerti maksud Adrian.

***

"Ihh..aku malu banget. Ngapain coba aku marah-marah ke Ravin?" Fayra merutuki kesalahannya.

"Ara? Bisa antar Mama ke Toko Roti?" Mama Fayra muncul dari balik pintu tatkala ia berjalan mondar-mandir seperti setrika.

Painful [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang