23. Sisi lain

1.5K 94 0
                                    

"Hal yang tak pernah ditunjukkan seseorang pada orang lain. Namun, pada suatu ketika hal itu dimunculkan, maka seseorang akan menganggap itu adalah sisi lain."

🥀

Terik matahari tak menjadi halangan jam olahraga siang ini. Lapangan basket yang luas. Kegiatan lempar-melempar bola sudah mulai sejak setengah jam yang lalu. Tapi, seorang gadis tampak mengendap-endap berjalan menuju kelas. Namun, kelasnya berada di atas. Dan jalan menuju tangga harus melewati lapangan basket itu.

Ia tampak berfikir keras. Bagaimana ia bisa menuju tangga tanpa diketahui guru olahraga serta teman-temannya.

"Ngapain, Fay?" Fayra menolehkan kepalanya ke belakang. Matanya membulat sempurna, tatkala melihat wajah sosok lelaki begitu dekat dengannya.

"Aku tanya..ngapain kamu disini?"

"Eh...nggak ngapa-ngapain. Mau ke kelas."

"Itu yang lagi olahraga bukannya kelasmu? Ada Nasya juga, tuh." Ravin. Lelaki itu memberi tatapan menyelidik pada Fayra.

"Kamu bolos, Fay?"

"Bukan urusanmu."

"Ehhh..mau kemana?" Tanya Fayra tatkala Ravin menggenggam erat tangan Fayra dan menyeretnya.

"...."

"Ngapain kamu ngajak aku kesini?" Sinis Fayra ketika ia sampai di sebuah ruangan ekstra musik.

"Duduk."

"Nggak mau." Ravin mendekat dan mendorong pundak Fayra hingga ia terduduk.

"Eh.."

"Duduk! Dan jangan berfikir untuk kabur." Ravin memperingatkan Fayra ketika gadis itu menatap pintu ruang musik. Ravin pun menutup pintu itu karena khawatir Fayra akan lari.

Fayra menghembuskan nafasnya. Sesekali mendecak sebal memunggungi Ravin. Entah, apa yang akan Ravin lakukan di ruang musik ini.

Ku hanya diam...🎶

Menggenggam, menahan segala kerinduan🎶

Memanggil namamu🎶

Disetiap malam, ingin engkau hadir..🎶

(Kutipan : Virzha-Tentang Rindu)

Fayra membalikkan badannya. Ia terkejut, mendengar suara merdu itu yang tak lain adalah suara Ravin. Ravin bernyanyi dengan iringan piano. Ia nampak menikmati lagu yang sedang ia bawakan. Dan seakan-akan menjelaskan tentang apa yang ia rasakan. Fayra pun menikmatinya. Dan sesekali ia bersenandung mengikuti alunan musik itu.

"Ehmm.." Deheman Fayra saat musik itu berhenti.

"Kamu bisa nyanyi sama main piano?"

"Seperti yang kamu lihat." Ravin tersenyum dan mendekat pada Fayra yang jantungnya berdebar-debar. Siapa yang dengar debaran jantung itu jika bukan Fayra sendiri.

'Aduh. Apaan sih? Please! Jangan gini dong, Jantung!!!!' Bantinnya.

"Kok aku baru tahu?"

"Karena kamu tidak mencoba untuk mencari tahu."

"Oh." Fayra bangkit dari duduknya hendak pergi.

"Cuma itu aja, Fay?"

"Apalagi, Rav?"

"Yaa..apa, kek?" Ravin mulai menampakkan kekesalannya.

"...."

"Gak peka banget sih, Fay!" Ravin meninggalkan Fayra di ruang musik begitu saja.

Painful [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang