25. Kisah lain

1.4K 81 0
                                    

"Mengingat kisah lain yang belum bahagia. Akankah berakhir seperti yang diinginkan?"

🥀

"Gue suka sama lo. Tapi, jangan jadiin gue pelampiasan lo. Walaupun lo nggak beneran cinta ke dia. Gue harap lo bisa hilangin rasa obsesi lo ke dia dan lo bisa ikhlas."

Kata-kata Adrian terus menghantui Eva setiap harinya. Membuat Eva gelisah saat dia tidak bertemu dengan lelaki itu.

"Kalau suka, kenapa ngilang!"

"Dasar cowok!"

"Semua cowok sam-"

"Hmmbbbbbb." Sebuah tangan besar membungkam bibir mungil Eva.

Eva menatap sosok lelaki pemilik tangan itu dengan melotot. Adrian. Dari mana asalnya? Datang tak diundang, tiba-tiba ngilang!

"Kangen gue?"

"...." Eva masih bungkam.

"Kalau kangen, samperin gue! Jangan ngedumel.."

"Emang kalau lo ngedumel gue bakal dateng, gitu?" Lanjut Adrian.

"Lah ini." Eva menjawab lantang.

"Kebetulan, sayang."

Plak!

"Kenapa pipi lo merah?" Adrian menunjuk wajah Eva.

Eva yang kesal pun berlalu meninggalkan Adrian. Samar-samar Eva mendengar Adrian tertawa cekikikan.

'Apa yang lucu?' Batin Eva sambil menangkup kedua pipinya.

***

Cafe.

"Emang pada nggak setia kawan! Nyebelin banget." Eva berkali-kali mendecak sebal.

Malam ini, Eva berada di sebuah Cafe seorang diri. Garis bawahi, seorang diri. Tanpa Resty ataupun Felly. Mereka berdua kompak berjama'ah sibuk mengerjakan tugas.

Sedangkan, Eva?

Pikirannya kalut, sehingga ia tak mood untuk mengerjakan tugas. Biasanya saat-saat seperti ini Ravinlah yang akan menemaninya. Tapi, kini t'lah berbeda. Eva, gadis itu tak ingin lagi mengusik Indra. Apalagi ketika Eva mengetahui bahwa Indra tengah berjuang untuk mendapatkan hati Fayra kembali.

Sesekali Eva menghela napasnya. Kesepian. Itulah temannya kini. Walau alunan musik merdu terngiang ditelinganya. Namun, rasanya hampa. Bagaimana rasa hampa itu menerpa saat ia berada di tempat umum?

"Ehmm..sendirian aja." Deheman itu membuyarkan Eva. Begitu cepat. Lelaki itu mengambil duduk di sampingnya, meraih sebelah earphone putihnya.

Eva mematung. Ia beberapa kali mengerjapkan matanya. Menyesuaikan pandangannya dengan lelaki itu, begitu dekat. Mereka mendengarkan alunan musik yang sama, mengabaikan suara musik yang mengalun di Cafe.

Kau genggam tanganku🎶

Saat diriku lemah dan terjatuh🎶

Kau bisikkan kata dan hapus semua sesalkuu🎶

Janganlah kau tinggalkan dirikuu🎶

"Sempurna, Va. Seperti rasa sayangku ke kamu." Adrian. Lelaki itu menatap kedua mata Eva dalam.

Cekrek. Sayangnya suara potret dalam mode senyap. Hanya Adrian yang sadar.

***

SMA Wijaya ramai pagi ini. Semua berceritakan tentang kabar jadian Eva dan Adrian. Adrian hanya biasa saja menanggapinya. Berbeda dengan Eva yang tampak bingung. Mengapa berita jadian itu tertiup sangat kencang?

Painful [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang