2. Salahkah sikap 'baikku'?

2.7K 135 0
                                    

"Terlalu bersikap baik itu
seperti meminjamkan sepatu pada orang
lain, padahal kita sendiri tahu bahwasannya berjalan di kerikil tajam itu menyakitkan
pula melukai."

🥀

Fayra & Nasya kini duduk di Kantin. Mereka berdua kompak memesan bakso Pak Mamang. Tentunya membuat perut Nasya seolah tak berhenti memberontak ketika mencium aromanya saja.

"Buruan makan! Aku dah laperrr. Selamat makan!!"

"Dasar tukang tidur-makan."

"Serahh.."

Tanpa disadari mereka berdua. Dari meja yang berbeda ada sosok yang diam-diam mengawasi Fayra dengan mata tajam. 'Satria' selalu mengawasi setiap gerak-gerik Fayra.

Maka dari itu Satria menemukan kelemahan Fayra yaitu 'Ravin', sadar atau tidak sikap yang selama ini Fayra lakukan adalah diam-diam mengamati Ravin dari kejauhan. Bukankah sebuah kebetulan yang tepat, ketika Satria mengetahui sosok yang selama ini diamati oleh Fayra adalah Ravin, rivalnya dalam segala hal. Itulah yang menjadi alasan terciptanya 'Taruhan' itu.

Tapi Satria tak pernah tau apa yang Fayra & Nasya lakukan di balkon sekolah. Terlalu malas berjalan melewati tangga-tangga.

"Oh iya, Ra. Gimana hubunganmu sama Ravin? Apa Ravin tau tentang sifat liciknya Satria ke kamu? Kalau dia tahu SMA Wijaya bakalah hebohh karena kamu tau sendiri kan mereka itu 'Rival'."

"Ravin nggak tau masalah ini, Sya. Aku nggak berniat ngasih tau dia." Jawab bohong Fayra.

"Yaudah kalau itu maumu. Aku bisa apa."

'Ravin terlibat dalam masalah ini, Sya'

'Ravin dan Satria, mereka berdua sama-sama liciknya. Tapi, aku menyadari perasaanku dengan Ravin. Aku gak mau kamu nantinya benci sama Ravin dan nggak dukung aku. Karena aku suka sama Ravin.' Batin Fayra.

Memang Nasya hanya sekedar mengetahui bahwa Satria merupakan sosok yang licik. Namun, Nasya tidak tau mengenai keterkaitan cerita tersebut terhadap Ravin.

***

Jam pelajaran Biologi merupakan waktu paling keramat bagi Fayra. Catat! Fayra. Begitu pula dengan Nasya. Dimana Fayra harus berhadapan dengan Bu Nency yang ehmm bisa dibilang garang. Rambutnya yang selalu di urai namun rapi, kacamata coklatnya, mata tajamnya yang seakan menusuk. Membuat Fayra enggan menyukai mata pelajaran tersebut.

Bukan hanya itu, sikap Bu Nency yang terkadang seenaknya memberi berlembar-lembar tugas yang harus di selesaikan di jam pelajarannya tanpa harus ada PR. Sungguh membuat sakit kepala Fayra, namun bukan berarti Fayra tak pandai dalam mata pelajaran Biologi. Tetapi, hanya sedikit problem yang membuatnya badmood.

"Sya, aku ke toilet dulu ya."

Niat Fayra sudah bulat. Fayrapun absen ke toilet karena alasan sakit perut.

Tak disangka dan tak ada niatan untuk menemui Ravin. Tetapi, mereka dipertemukan. Fayra dan Ravin berpapasan. Fayra melempar senyum manisnya pada Ravin yang masih tetap berwajah datar.

"Ravin?" Tegur Fayra

"Hm."

"Kamu ngapain diluar kelas?"

"Ravin, wajah kamu pucat."

Ravin tak membalas perkataan Fayra. Ravin justru mengerjapkan mata dan berusaha tetap sadar. Pusing kepalanya sungguh tak dapat ia rasakan lagi. Wajahnya yang pucat, ditambah kantung matanya yang besar. Membuat Fayra sadar bahwa Ravin sedang kurang sehat.

Painful [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang