10. Tidak tahukah kau?

1.5K 106 2
                                    

"Kebaikan yang sesungguhnya adalah
kebaikan yang tersembunyi. Walaupun
kita tidak tahu sampai kapan seseorang
tetap melihat kita sebelah mata."

🥀

"Dok, pasien kehilangan banyak darah. Sedangkan, stok darah di rumah sakit sedang tidak ada." Cemas salah seorang perawat.

"Hubungi keluarganya, Sus." Titah sang dokter.

"Pasien sedari tadi memanggil-manggil nama 'Fayra', Dok. Saya akan coba menghubungi Fayra dengan ponsel pasien." Jelas perawat itu.

Setelah perawat berhasil menghubungi Fayra. Fayra pun menjawab dan malam itu ia langsung datang menemui Ravin. Fayra tak kuasa menahan tangisnya, mengetahui Ravin terbaring lemah di brankar rumah sakit. Wajahnya yang pucat, wajah dinginnya yang baru saja menemui Fayra hilang lenyap seketika.

"Ambil darah saya saja, Sus. Golongan darah saya O, saya bisa mendonorkan darah saya untuk Ravin." Ucapnya pada perawat itu sambil sesenggukan.

"Mari ikut saya. Saya priksa dulu kondisi anda."

Fayra pun ikut dengan perawat itu menuju suatu ruangan.

"Maaf, anda tidak bisa mendonorkan darah anda. Karena kondi-"

"Donorkan darah saya untuk Ravin. Dia sedang sekarat. Saya mohon." Ucap Fayra dengan tangan memohon berurai air mata deras.

Sang perawat pun akhirnya tetap mengambil donor darah tersebut karena Fayra juga memohon untuk segera mengambil darahnya untuk Ravin yang sedang sekarat.

Satu kantong darah pun berhasil diambil dan kini berada di tangan sang perawat.

"Saya mohon, selamatkan Ravin." Ucap Fayra setelah meminum beberapa butir obat karena kondisinya lemas setelah mendonorkan darahnya untuk Ravin. Sang perawat yang hendak keluar itu pun menoleh dan memberikan senyum kepastian pada Fayra.

***

Ravin terbangun, ia merasa bingung. Dimana ia berada. Ruangan serba putih. Apakah ia telah tiada? Ia menimang-nimang perasaanya. Ia melihat Fayra duduk di ujung kursi yang sangat jauh dengannya. Ketika Ravin ingin mendekat, Fayra justru semakin jauh hingga akhirnya Fayra lenyap.

"Fayraa!!!" Teriak Ravin. Tak terasa air mata menetes. Menangisi kepergian Fayra.

Entah kemana hilangnya Fayra?

Kemudian, Ravin melihat cahaya yang begitu terang. Ia mendekat ke cahaya tersebut. Entah bisikan dari mana? Ravin seolah mengejar Fayra dengan melewati cahaya terang itu.

"Indra!! Kamu udah sadar."

"Dokterr!!" Seru Eva antusias memanggil sang dokter untuk memeriksa keadaan Ravin.

Dokter pun datang dan langsung memeriksa kondisi Ravin yang sempat mengalami koma seusai menjalani operasi.

Eva menunggu Indra di sampingnya. Sesekali Eva meraih tangan Indra dan tersenyum bahagia karena Indra telah sadar dan kembali.

"Aku seneng, Ndra. Kamu akhirnya bangun. Setelah koma 1 minggu." Ucap Eva sambil mencium punggung tangan Indra.

"Hm." Indra hanya tersenyum.

Dalam fikirannya, ia mencari sosok yang selama ini berada dalam mimpinya ketika koma. Fayra. Kemana gadis itu?

"Eva, Fayra nggak kesini?" Tanya Indra pelan agar tak menyinggung perasaan Eva.

'Ngapain Indra nanyain Fayra? Apa dia suka sama Fayra.'

'Nggak mungkin!!'

'Indra cuman suka sama aku. Eva.'

Painful [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang