14. Apa kau adalah Ragaku?

1.4K 96 0
                                    

"Jika aku adalah sebagian dari ragamu. Mengapa kau memilih dia untuk melengkapi hidupmu? Jangan katakan, kau mencintainya tetapi takut kehilanganku."

🥀

"Raa, aku butuh penjelasanmu!" Ucap Nasya ketika bel pulang berbunyi nyaring. Nasya buru-buru menutup dan memasukkan semua buku-bukunya ke dalam tasnya.

"Kenapa kamu bisa seakrab itu sama Satria? Hati-hati loh, Raa! Mungkin dia ada rencana baru buat modusin kamu. Terus nanti kalo kamu udah bener-bener baper, kamu dibuat nggak konsen belajar, dan dia ambil posisimu. Terus kamu ditinggalin. Dan terus-" Fayra meletakkan telunjuknya di bibir Nasya. Nasya diam.

Walau sebenarnya ia ingin mengungkapkan segala sesuatu yang mengganjal sedari tadi. Namun, Fayra sudah cukup jengah dan geli mendengarnya. Karena Nasya terlalu mendramatisir keadaan.

Nasya melongo mendengar celetuk singkat yang keluar dari bibir Satria. Lalu, Nasya menatap Fayra seolah menuntut penjelasan. Fayra hanya tersenyum kikuk menyadari perubahan raut wajah Nasya.

"Oh iya, Sat. Ini topinya, udah aku cuci kok kemarin." Ucap Fayra seraya melepas topinya dan hendak memberikan topi itu pada sang pemiliknya.

"Buat kamu, Fay. Masa aku pake topi, yang ada nama kamu. Dikira cowok kamu ntar." Satria cengengesan menatap raut wajah Fayra yang tampak bingung. Kemudian Fayra membuktikan apa yang dikatakan oleh Satria.

Damn!

Dan benar saja. Di pinggir topi hitam itu terdapat nama dengan bordir berwarna putih yang bertuliskan 'Fayra'.

'Jadi, Satria sengaja kasih topi ini buat aku.' Batin Fayra. Entah mengapa rasanya ia ingin bersorak gembira kini.

Nasya yang menyadari perubahan raut wajah Fayra yang sepertinya memerah pun segera mengusaikan perbicaraan yang menurutnya tidak jelas ini.

"Makasih ya, Sat. Yaudah kalo gitu aku sama Fayra ke kantin dulu ya. Laper nih." Pamit Nasya yang secara paksa menarik tangan Fayra yang sedang membenahi topi di kepalanya itu.

Ya. Fayra mengenakan topi itu lagi. Karena baginya nyaman. Dan yang paling spesial adalah terdapat bordiran dengan namanya menandakan bahwa benda itu, miliknya kini.

"Hari ini adalah hari terakhir Satria sekolah disini, Sya. Besok dia akan berangkat ke Amerika." Jelas Fayra dengan raut wajah serius pada Nasya.

"Hah!! Serius?" Nasya tampak terkejut dengan penjelasan singkat dari sahabatnya itu.

"Kemarin dia udah minta maaf sama aku soal taruhan itu. Dan dia pamit juga sama aku. Terus minjemin topi ini pas kemarin aku pulang, soalnya masih gerimis. Aku nggak sadar pas kemarin nyuci topi ini. Ternyata ada namaku." Ucap Fayra panjang lebar dengan senyumnya yang nampak bahagia.

Bibir Nasya membentuk huruf O. Namun, sedetik kemudian Nasya teringat akan suatu hal.

"Terus hubunganmu dengan Ravin gimana, Raa? Apa kalian akan tetap menjalin hubungan taruhan itu? Kalo kamu terus lanjut pun nggak ada gunanya, yang ada malah nyakitin hatimu. Lagian Satria 'kan udah pindah, jadi taruhan itu udah nggak berlaku lagi." Nasihat Nasya menyadarkan Fayra.

"Aku nggak tahu, Sya. Aku sayang banget sama Ravin. Tapi aku sadar Ravin sangat menyayangi Eva. Dan kamu tahu 'kan? Kalo mereka udah jadian." Fayra menampakkan raut wajahnya yang sedih. Nasya yang tak tega langsung saja mengajak Fayra untuk ke Cafe. Seperti biasa, mencari mood dengan minum coklat atau cappucino.

Sementara itu di tempat lain. Dua orang lelaki sedang terlibat pembicaraan yang serius. Ravin dan Satria. Mereka berdua kini sedang berada di sebuah Rooftop Mall. Tak perduli dengan dinginnya angin malam, mereka sama-sama mengenakan jaket jeans. Yang satu army dan yang satunya biru dongker.

"Besok gue udah nggak sekolah lagi di SMA Wijaya. Gue pindah ke Amerika. Jadi gue harap lo putusin hubungan lo sama Fayra." Ravin membulatkan matanya tak percaya dengan ala yang barusan Satria katakan.

"Gue udah minta maaf ke Fayra. Gue harap lo lepasin dia. Apalagi sekarang lo udah jadian sama Eva." Imbuh Satria lalu pergi meninggalkan Ravin yang masih mematung di tempatnya.

Entah mengapa Ravin merasa. Raganya akan hilang.

***

Pagi ini semangat baru bagi Fayra. Satria dengan kelicikannya telah pergi. Fayra bersyukur Satria berubah menjadi lebih baik. Bahkan, tadi malam Fayra sempat menerima panggilan video call dari Satria. Aneh bukan. Entahlah apa yang ada fikirannya kala itu yang langsung mengangkat panggilan Satria.

Namun, disamping kebahagiaan itu ada kesedihan yang terpedam begitu dalam. Fayra harus mengakhiri hubungannya dengan Ravin. Fayra tak percaya lagi bahwa cinta pertama itu indah. Baginya cinta pertamanya adalah sebuah luka yang kian lama kian menerpa. Fayra telah membulatkan tekadnya untuk menemui Ravin.

Deg.

Fayra melihat Ravin dan Eva sedang bercanda gurau di taman kecil depan kelas. Sungguh pemandangan yang menyesakkan bagi Fayra. Fayra menarik napasnya berusaha menetralkan ekspresinya. Ia pun menghampiri keduanya.

"Ravin." Panggil Fayra pada lelaki itu. Kini lenyap sudah senyum yang sedari tadi Ravin tunjukkan ketika sedang bercanda bersama gadisnya, Eva. Eva menatap sinis akan kehadiran Fayra diantara mereka. Fayra pun mengabaikan Eva.

"Nanti pulang sekolah temui aku di Rooftop sekolah. Bisa 'kan?" Tanya Fayra, Ravin masih diam sepertinya ia kaget dengan kehadiran Fayra diantara mereka.

"Hm." Ravin hanya berguman dan menganggukkan kepala tanda setuju.

"Indra, kamu mau ngapain sama dia? Ihh..." Samar-samar suara Eva mendecak sebal terdengar ketika Fayra meninggalkan mereka berdua.

Fayra yang akan kembali ke kelasnya berpapasan dengan Aldo. Ia hanya bertukar senyum. Namun, sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya.

"Fay!"

"Iya. Kenapa, Do?" Tanya Fayra pada Aldo. Fayra bingung mengartikan tatapan Aldo yang sulit diartikan itu.

"Bisa bicara sebentar? Sekarang!" Aldo menatap Fayra dengan tatapan serius. Kali ini Fayra bergidik ngeri dengan tatapan Aldo, karena Aldo yang biasanya sering bercanda dan tidak bisa seserius ini. Fayra pun memberikan isyarat mata pertanda setuju.

Mereka berdua kini berada di belakang sekolah, tepatnya di sebuah pohon besar yang katanya angker itu.

"Fay! Sampai kapan aku harus diam dengan kebohongan Eva?" Ujar Aldo to the point. Fayra terkesiap dengan pertanyaan Aldo itu.

🥀

Nah, apaan tuh?😲
Next?
Jangan lupa vote & komen ^_^
Terimakasih

Nah, apaan tuh?😲 Next? Jangan lupa vote & komen ^_^ Terimakasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Painful [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang