15. Hatiku kenapa?

1.4K 97 0
                                    

"Tidak. Aku tidak mempunyai
rasa apapun padanya. Aku hanya menepati janjiku."

🥀

"Do, maaf aku hubungin kamu. Aku nggak tahu nomor orangtua Ravin."

"Gimana keadaan Ravin?" Jawab Aldo dengan raut cemas, bahkan ia menitikkan air matanya mendengar kabar bahwa sahabatnya mengalami kecelakaan.

"Dia udah di tanganin. Kamu tenang aja. Oh ya, kamu bisa hubungi orangtua Ravin?"

"Ok." Aldo pun berlalu pergi, mencari tempat yang sedikit tenang untuk menelpon orangtua Ravin.

"Mereka akan kesini sebentar lagi." Ucap Aldo membuyarkan lamunan Fayra.

"Fay, lo pucat banget. Lo sebaiknya pulang aja deh! Biar gue yang jaga Ravin disini." Titah Aldo.

"Hmm. Gak apa-apa, Do." Jawab Fayra dengan senyum yang ia paksakan.

Aldo memicingkan matanya. Ia melihat salah satu tangan Fayra, yang disitu terdapat kapas kecil. Seperti bekas suntikan. Jangan-jangan Fayra lemah karena habis..

"Fay? Lo abis donorin darah lo buat Ravin?"

Deg. Pertanyaan Aldo sukses membuat Fayra tak berkutik. Ia semakin merasa pening di kepalanya.

"Fay! Gue anter pulang ya? Lo harus istirahat."

Kemudian, Aldo menuntun Fayra dan mengantarkan Fayra pulang.

"Do, aku mohon. Jangan kasih tahu apa-apa ke Ravin." Pesan Fayra ketika Aldo berpamitan padanya untuk kembali ke rumah sakit.

Aldo hanya mengangguk.

Sesampainya di rumah sakit. Aldo masih belum melihat kedua orangtua Ravin. Aldo berfikir bahwa kedua orangtua Ravin belum sampai. Aldo membalikkan badannya ketika bahunya ditepuk oleh seseorang.

"Dengan keluarga pasien atas nama Ravin?"

"Ya, Sus. Saya kerabatnya."

"Kondisi Ravin mulai stabil karena telah mendapatkan donor darah. Apakah si pendonor sudah pulang?"

"Bahkan, ada 1 obat yang tertinggal. Saya belum memberikan obat ini. Melihat kondisi pendonor yang lemah dan sepertinya tidak bisa mendonorkan darah. Namun, ia tetap memaksa. Jadi, terpaksa saya mengambil darahnya." Jelas Suster itu sambil memberikan obat itu pada Aldo.

Terungkap sudah. Aldo merasa lega karena Fayra telah berusaha menyelamatkan nyawa Ravin. Dan ia berencana memberikan obat itu kepada Fayra keesokkan harinya.

"Entahlah, Do. Aku nggak tahu. Nanti pulang sekolah aku mau ketemu sama Ravin di Rooftop. Aku pengen tanya dia soal kejelasan hubungan ini."

"Mungkin dia udah tahu soal Satria yang pindah ke Amerika. Aku pengen lihat gimana ekspresi Ravin. Aku berharap dia pertahanin hubungan taruhan ini. Kalau pun memang dia bener-bener biasa aja. Yaudah. Aku harus mundur. Aku nggak mau berjuang sendirian. Capek, Do. Lagian Satria juga udah nggak disini kan." Ucap Fayra yang sontak membuat Aldo membelalakkan matanya.

"Lo serius, Fay. Gue ngerti lo sayang banget sama Indra. Tapi apa lo nggak bisa pertahanin hubungan lo. Yaa.. dengan alasan apa kek?" Aldo semakin membuat Fayra bingung.

Namun, tekad Fayra sudah bulat. Ia harus segera menanyakan tentang kejelasan hubungannya dengan Ravin. Jika ia tidak menanyakan kejelasan hubungan mereka. Fayra takut, dikira memanfaatkan keadaan agar tetap berstatus sebagai pacar Ravin. Ia tidak ingin Ravin mengetahui perasaan bodohnya itu.

Painful [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang