PART 7: Avacadabra

6.5K 1K 150
                                    


“Coba kamu telpon Bobby,” ujar Christian membuyarkan mata Jisoo yang hampir terpejam. Mereka masih di gubuk tua terjebak oleh hujan.

“Pak Chris nggak bawa hape?”

“Kalau saya bawa, saya enggak perlu nyuruh kamu!”

Jisoo meringis sambil merogoh tas bagian depan. Kenapa dia tak kepikiran hal itu sejak tadi? Astaga, gara-gara posisi ambigu isi kepalanya langsung ke mana-mana.

Sesuai perintah si bos, ia menghubungi Bobby. Tersambung namun tak ada jawaban, Christian menyuruhnya lagi, Jisoo mencoba menelepon kedua kali tetap saja tak ada respon. Tumben sekali Bobby slow respon, biasanya juga fast respon.

“Telpon nomer saya!” perintahnya.

“Lah, ngapain?”

“Ponsel saya ada di Exy.”

“Oh ....” Baru tahu dia kalau ponsel bos dibawa Exy. Info baru untuk dijadikan bahan gosip para kru minus Exy. Jarang-jarang banget Jisoo memulai sebuah obrolan gosip di group para kacung.

Sementara itu, Christian susah payah melihat melalui sela leher Jisoo. Rambut panjangnya yang tergerai agak menganggunya, ia menyisihkan serta ke samping dan menahan supaya tidak menganggu pandangannya.

“Titisan Hades?” dektenya membaca kontak nama yang tertulis. Ia mengernyit sedikit bingung sambil mendengarkan kelincahan Jisoo berbicara sama Exy. Begitu selesai, Jisoo senyum-senyum, karena tak lama lagi akan ada penyelamat menjemput mereka. Exy bilang semua kru mengkhawatirkan mereka karena hilang dari rombongan. “Titisan Hades itu saya?”

“Oh, iya. Nama Bapak di kontak hape sa ... ya.” Suaranya mendadak hilang teringat orang yang ia bicarakan ada di sini—tepatnya di belakangnya!

Astaga!!!

“Saya titisan Hades?”

“Eum, maksud saya ....”

“Jadi saya Hades. Bukan begitu Jisoo?”

“Hahaha, saya itu fans berat Hades, Pak! I-iya gitu!!!” Tawanya terpaksa.Bisa gawa kalau Christian sampai marah bisa kena amukan dia. “Saya fans Bapak juga, haha, iya, gitu! Makanya nama kontak Pak Chris saya kasih ‘Titisan Hades’,” kilahnya membela diri.

“Saya bukan Bapak kamu!” tegurnya mendiamkan tawanya.

“Pa-pak Chris, kan, boss saya,” cicitnya.

“Kemarikan hape kamu!”

Jisoo menahan ponsel. “Pak Chris nggak punya niatan remukin hape saya, ‘kan?”

“Saya minta hape kamu bukan ocehan kamu!”

“Pak, ini hape saya satu—”

Jisoo!” Nada suara dalam dan berat. Ia terpaksa memberikan ponsel. Gara-gara titisan hades dia akan kena amukan. Huh! Harusnya tadi dia mengganti kontak nama si boss sebelum sembrono.

“Hape kamu saya kembalikan lagi,” ucapnya menarik telapak tangan Jisoo dan meletakan ponsel itu di sana.

“Bentaran amat Pak,” lirihnya sambil memerika ponsel masih aman tidak ada lecet sedikpun yang berubah hanya kontak nama yang semula ‘Titisan Hades’ kini ‘Ian’.

“Kok Ian?”

“Itu nama saya.”

“Setahu saya nama bapak Christian Yu sama Barom—”

“Nama panggilan kecil saya,” sahutnya sambil mendengus di belakang.

“Oh,” responnya pendek sebelum mengamankan ponsel ke dalam tas lagi.

“Kamu itu selain pelupa, ceroboh, hobi memotong ucapan, membantah—”

“Banyak banget sih Pak keluhannya.” Ia menyela dengan bibir menggerucut lucu.

“—kamu cerewet!”

“Pak Chris itu galak, diktator, suka seenaknya ubah jam kerja, tukang perintah, hobi mengomel, lidah cabe kalau ngomel pedes!” serangnya balik. “Mendingan mana, saya atau Bapak?”

“Saya bukan Bapak kamu!”

“Memang bukan,” sahutnya. “Yang bilang Pak Chris bapak saya siapa?”

“Kamu.”

“Barusan iya! Maksud saya sebelum saya bi-ca-ra!” tegasnya mendekte kata terakhir.

“Kenapa kamu cerewet?”

“Sama Pak Chris juga, kenapa cerewet?”

Mereka berdua enggan mengalah, ego keduanya sama-sama kuat. Christian yang keras kepala, begitupun Jisoo super keras kepala.

“Jisoo,” lirihnya. “Lihat ke saya.”

“Pak Chris masih mau berdebat lagi? Udah deh Pak, saya capek, lapar juga.”

“Saya mau cium kamu,” ucapnya tiba-tiba. Membuat Jisoo berbalik ke arahnya. “Nah, kan, isi kepala Bapak teracuni sama setan. Saya sudah bilang pojokan itu banyak penyamun. Pak Chris juga, jangan ambil kesempatan dalam kesempitan!” omelnya.

“Kamu cerewet,” balasnya, “saya serius!”

“Saya cerewet juga gara-gara Bapak!” tegasnya. “Kalau Pak Chris nggak nyuruh saya ikut, saya nggak bakalan tuh terjebak di sini berjam-jam sama Bapak. Harusnya Pak Chris ajak yang lainnya, jangan saya—”

Ocehannya terbungkam oleh sentuhan dingin bibirnya. Ia belum sadar bahwa sedari tadi mata Christian terus memandangi mulutnya yang berbicara. Bibir mereka bersentuhan, diam seperkian detiak, kini bibir yang semula diam saling bersentuhan mengantarkan rasa dingin akibat cuaca mulai bergerak pelan melumatnya. Terasa dingin, kenyal, dan bergerak sangat lembut.

Jisoo mencoba berpikiran jernih, tapi rasa dingin, kenyal, dan bergerak-gerak menghipnotisnya. Rasanya begitu nikmat, plus bibir cipok-able milik Christian begitu penuh di bibirnya.

 Rasanya begitu nikmat, plus bibir cipok-able milik Christian begitu penuh di bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kan sudah kubilang mulai part 6-dst bakal manis2 eaaaak hahaha

Lapak terniat aing nih, udah kuselesaikan sampai 30 part. Update setiap hari kalo tidak ada halangan hahahaha 🙃

[1] Scenario | jisoo ft. christianyu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang