01. Jadi ini gini

639 62 31
                                    

Langit yang semula cerah kini meredup menjadi gelap, rintik hujan turun membasahi bumi yang kering, aroma tanah menyeruak ke dalam indra penciuman gadis yang duduk di halte menunggu hujan reda.

Dia Putri Ajeng Lestari, gadis dengan tinggi 163 dan rambut panjang yang dikucir kuda. Duduk manis dengan mengayunkan kakinya sambil menunggu angkutan umum yang bisa mengantar dirinya sampai rumah.

Tari adalah siswi kelas X (Sepuluh) di SMA Melati Brawijaya masuk jurusan IPS yang memang sangat ia sukai. Dia masih baru dan dia belum menemukan teman baru yang benar-benar teman untuk dia.

Tari menghela nafas panjang, angkutan umum tak kunjung datang, hujan sudah turun deras, langit sudah gelap waktu semakin larut menjelang malam.

Akhirnya, Tari mengeluarkan payung lipat dari tas nya, "Bismillahirahmanirahhim." Tari mulai berjalan menyusuri jalanan aspal yang sudah basah terguyur air.

Tinn.. Tinn

Mendengar suara klakson motor, Tari menoleh ke arah belakang dan mengembangkan senyumannya. "Bapak!" panggilnya dan menghampiri bapaknya yang sudah membuka kaca helm. Tari menyalami tangan bapaknya dan naik ke atas motor.

"Siap Putri bapak?" tanya bapaknya dengan sedikit berteriak.

"Siap pak!" jawab Tari dengan berteriak mengalahkan guyuran air hujan.

Kini motor matic itu berjalan membelah ibu kota yang terguyur air hujan. Tari melentangkan tangannya membiarkan angin dan air hujan mengenai tubuhnya, tertawa bersama dengan bapaknya, memeluk pinggang bapaknya. Seolah dunia milik berdua.

Setelah beberapa menit menikmati air hujan yang menguyur ibu kota, kini ayah dan anak itu sampai di depan rumah bernuansa hijau dengan tanaman sang ibu yang menghias rumah itu. Indra memasukan motornya ke dalam garasi rumahnya.

"Hadeh, bapak sama anak teh sama aja," ucap Ayu ibu Tari dan istri tercinta Indra.

"Hahaha, cemburu eta teh nya bu? " ledek Indra membuat Tari tertawa.

"Hahaha, enggak lah aki-aki goreng patut inih," ucap Ayu membuat Tari tambah tertawa.

"Aki-aki goreng patut, " ledek Tari dan ngacir masuk ke dalam. Ayu tertawa melihat tingkah anaknya, dan tambah tertawa saat melihat wajah suntuk suaminya.

"Yaudah pak, masuk ganti baju. Jangan cemberut gitu udah tua, hahaha."

Indra pun masuk dengan tertawa kecil ditambah ucapan syukur dalam hatinya karena sudah dikarunia keluarga kecil yang sangat membuatnya bahagia. "Hatur nuhun gusti."

oOOo

Sekarang Tari sedang bergulat dengan tugas dari gurunya. Mencari jawaban dari angka-angka yang sangat membingungkan. Kesulitan sangat terasa disini sampai akhirnya satu nomor selesai dan ia memutuskan untuk istirahat sebentar.

Dia menggulingkan tubuhnya menjadi telentang dan menatap langit-langit kamar. Pikirannya tertuju pada ekstrakurikuler apa yang akan dia ambil? Emang dia punya bakat? Dengan berpikir lama akhirnya dia memutuskan untuk mengambil buku bimbingan MOS yang diberikan dari sekolah.

Tari membaca satu persatu ekstrakurikuler disana.

Kali ini dia mengembangkan senyuman nya dengan menunjuk tulisan yang tertera yaitu, Osis dan Teater. "Sip, aku masuk Osis sama Teater!" ucapnya Final.

NOTHING IS PERFECT [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang