Part 2

38.1K 1.9K 87
                                    

Amara, dengan tampang cueknya berjalan santai di koridor sekolah yang mulai ramai. Ada beberapa anak yang Amara kenal, tapi dengan cueknya Amara hanya berjalan melewati mereka, tanpa ingin menyapa. Jika ada yang menyapa Amara, ia hanya mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya dan menjawab sekenanya saja.

Sesampainya ia di kelas, ia melihat suasana kelas yang sudah ramai. Beberapa anak membuat gerumbulan sendiri sendiri dan membahas berbagai macam topik. Tanpa memperdulikan mereka, Amara berjalan ke meja paling pojok kanan, yang sekarang di duduki oleh sepasang remaja yang sedang kasmaran.

Tempat duduk Amara sangat strategis karena berada di pojok belakang. Dari sudut itu Amara bisa memperhatikan aktivitas semua murid yang ada di kelas tanpa kesulitan. Di sebrang bangku Amara adalah bangku Devan dan Mario, di depan bangku mereka ada Reyhan dan Gavin. Jadi, cukup mudah bagi Amara untuk memperhatikan Devan.

"Minggir Vin, gue mau duduk." Tanpa basa basi Amara langsung mengusir cowok yang duduk di sana.

"Ganggu suanana aja sih Ra, gue lagi mesra-mesraan nih sama pacar gue." protes cowok itu yang hanya ditanggapi dengan wajah datar Amara. "Iya iya, gue pindah." ucap cowok itu seraya berdiri. "Puas lo."

"Puas banget. Udah sono." Amara mendorong pelan bahu Gavin dan segera duduk di bangkunya. Sedangkan Salsa yang melihat itu hanya geleng-geleng saja.

Sayup-sayup Amara bisa mendengar obrolan Gavin yang sekarang menghampiri teman temannya yang bergerumbul di meja Reyhan.

"Udah balik aja lo." itu suara Reyhan

"Biasalah, diusir sama penjaganya," balas Gavin

"Udah dateng dia? kayak gitu sih harusnya lo usir balik, orang kok bisanya gangguin orang lain aja." Mendengar dari nada bicaranya saja Amara tau jika yang sedang berbicara adalah Devan, cowok paling sialan di hidupnya dan sialnya lagi dia cowok yang harus ia lindungi.

"Gimana jalan-jalannya, seru?" tanya Amara. Dia memang cuek orangnya, tapi pengecualian untuk sahabatnya ini, ia masih bisa sedikit tidak cuek.

"Awalnya sih seru, tapi endingnya enggak," jawab Salsa yang kemudian menghela nafas.

"Kenapa?"

"Awalnya sih kita seru-seruan. Nonton bareng, makan bareng, tapi waktu mau pulang tiba-tiba aja ada cowok yang deketin Devan dari belakang, cowok itu mau ngambil dompet Devan, untung aja si Devan sadar dan dia noleh ke belakang. Hasilnya, si cowok itu gk jadi ngambil dompetnya Devan."

"Bagus dong, tapi kenapa wajah lo lecek gitu"

"Iya, awalnya gue lega Devan gk jadi kecopetan, tapi tiba-tiba aja si cowok itu mau nusuk tangan Devan, untung Devan sempet ngelak, jadi lukanya gak terlalu dalam. Tapi walau gitu tangannya ngeluarin darah banyak." Mendengar itu, Amara menoleh ke arah Devan, dan benar saja, tangan devan dibebat oleh perban.

"Lo tau wajahnya copet itu kayak apa?"

"Gue gak tau. Kejadiannya aja gue gk tau, itu tadi berdasarkan cerita Devan. Gue taunya si Devan nepis tangan cowok, trus tangannya Devan kena pisau, udah gitu doang." jawab Salsa. "Eh gue sebernya liat dari samping sih, tapi tetep aja gue gk bisa liat mukanya, dia pake topi sih."

"Wajar sih kalau copet pake topi, biar gk ada yang tau identitas nya. Tapi, harusnya kalau ketauan kan si copet langsung kabur, ini kok nusuk tangan segala." pikir Amara. "Atau mungkin ini disengaja? Ancaman rekan kerja bokapnya Devan bener-bener terbukti dong, dia gak main main."

"Woi Ra, kenapa diem?" kata Salsa.

"Gakpapa." Salsa ingin bertanya lebih lanjut, tapi guru mata pelajaran datang, sehingga Salsa memilih untuk diam dan memperhatikan depan.

Secret Agent Fall In Love (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang