Amara terlentang diatas kasurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 11.25 tapi Amara masih tidak tidur. Setelah mengerjakan PR nya yang menumpuk tadi, ia mendapat telfon dari Pimpinan, beliau bertanya perkembangan misinya karena katanya bapak Zaky ingin tau kondisi anaknya saat ini.
"kayaknya ancamannya makin parah. Buktinya, tadi si Devan dapet telfon dari orang gak dikenal. Dan papanya tiba-tiba aja nanyain soal keadaan anaknya," guman Amara dalam hati. "kalau kayak gini gue gak bisa ninggalin Devan sedetik pun dong."
Amara berguling ke kanan, ia memeluk gulingnya. "Gue harus pasang penyadap di hp Devan, biar gue tau kalau orang itu nelfon lagi dan bisa gue lacak."
"Apa gue juga perlu mata-matain rumahnya? Gk usah lah ya palingan udah ada yang jagain." Amara bersiap untuk tidur, ia sudah memejamkan matanya. Tapi dengan tiba tiba Amara membuka matanya.
"Gue gak tau dia tinggal di rumah apa apartemen. Kalau di rumah gue bisa sedikit tenang, tapi kalau di apartemen? Wah gue harus nyari tau nih," gumamnya. "Shit, nambah banyak aja kerjaan gue. Udahlah gue mau tidur."
★★★★
"Sial, daritadi gk ada kesempatan buat nyadap hpnya Devan. Gimana nih. Mana bentar lagi bel pulang," batin Amara gelisah.
"Amara, lo paham yang diterangin Bu Devi nggak?" tanya Salsa berbisik pelan, karena pasalnya Bu Devi-guru matematika sedang menerangkan di depan.
"Kenapa emang?"
"Gue kurang paham sih, hehe." Salsa menunjukkan cengirannya saat Amara meliriknya. "Lo kalau paham ajarin gue ya."
"Kalau lo ajak ngomong terus gimana gue bisa paham." Mendengar gumaman judes Amara, Salsa hanya menyengir dan kembali fokus ke depan.
"Sst, sst, Sa," panggilan pelan berasal dari bangku disebelah Salsa. Salsa menoleh dan bertanya tanpa suara. "Tolong charger-in HP gue ya, batrainya nipis nih," kata Devan yang menyodorkan HP nya dan Salsa segera mengambil HP itu.
"Ra, tolong dong." Salsa menyodorkan HP Devan kepada Amara. Dan dengan senang hati Amara menerimanya.
"Ada untungnya juga duduk di samping stopkontak," batin Amara. Dia mengeluarkan charger dari laci meja. "Kesempatan gue nih buat nyadap HP dia."
Amara menaruh HP devan di laci meja, dengan tangan kanan memegang hp dan tangan kiri berada di atas meja serta pandangan lurus ke depan sesekali melirik ke bawah. Beberapa saat setelah menunggu, Amara berhasil menanam penyadap di hp devan, kini hp devan sudah terhubung dengan laptop Amara.
Dan pulang sekolah nanti Amara bertekat akan langsung membongkar isi hp Devan, siapa tahu ada yang ia lewatkan.
"Amara, nanti pulang telat ya, ajarin gue rumus yang tadi," kata Salsa setelah jam pelajaran matematika minat selesai.
"Gue ada rencana nanti."
"Ayolah Amaraa, ajarin gue ya,pliiss. Lo gak denger apa kata Bu Devi tadi? Minggu depan kita ulangan, kalau gue masih gak bisa gimana sama nilai gue."
"Hhm iya gue ajarin," jawab Amara dengan tampang malas. Memang, disemua mata pelajaran Amara paling unggul di pelajaran matematika. Makanya, Salsa ngotot sekali ingin diajari oleh Amara.
★★★★
"Sa, kamu hari ini pulang sama aku aja ya," kata Gavin yang saat ini berdiri di samping Salsa.
"Aduh yang, maaf ya hari ini aku mau pulang telat."
"Pulang telat? Kenapa?"
"Aku minta Amara ajarin rumus yang tadi, soalnya aku kurang paham sih," jawab Salsa seadanya. Sedangkan Gavin membulatkan bibirnya membentuk huruf O. "Kamu udah paham? Gak mau ikut belajar juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Fall In Love (TERBIT)
Ficção Adolescente[MAAF, BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS] [SEGERA OPEN PO KE-2] Amara Felicia Alexandria. Perempuan. Kelas XII. Sebenarnya Amara sama seperti perempuan seusianya yang lain. Kecuali sifat cuek dan fakta jika dia adalah seorang agen rahasia. Walau masih dud...