Sesampainya di rumah, Amara langsung membersihkan dirinya. Beberapa saat kemudian ia sudah berada di depan laptop nya.
"Nama lengkap Galang siapa sih? Kok gue lupa ya," gumam Amara. "Hm gue cari dimana ya."
Cukup lama Amara berfikir, kemudian ia memutuskan untuk meminta daftar nama kepada sekretaris kelas. Dan, Amara harus membuat alasan yang logis, untungnya si sekretaris mempercayai alasan Amara.
Amara masuk ke dalam sebuah web, disana Amara bisa mengetahui profil pribadi seseorang. Jangan berfikir kalau ini perbuatan ilegal. Ini salah satu hak yang diberikan negara kepada organisasi tempat Amara bekerja. Amara mengetikkan nama lengkap Galang di sana, dan sedetik kemudian data diri Galang terpampang jelas di laptop Amara.
"Nama lengkap, Galang Fahrazi, tempat tanggal lahir—" Amara membaca dengan teliti data diri Galang. "Catatan sekolah, hhm, gak ada yang mencurigakan."
"Amara." Saking fokusnya, Amara tidak tahu jika adiknya berada di sebelahnya. "Lagi ngapain sih lo, gue masuk gak tau."
"Biasalah, misi," jawab Amara dengan malas. "Lo ngapain ke sini?"
Adik Amara duduk di atas kasur Amara. "Gapapa, gue cuma mau bilang kalau mulai minggu depan gue sekolah di tempat lo."
Amara yang tadinya fokus ke laptop, mengubah posisinya menjadi fokus ke adiknya. "Kenapa tiba-tiba lo pindah?"
"Gue dapet misi baru," jawab adik Amara. "Lo masih inget tentang bandar narkoba yang melarikan diri itu?" Amara menganggukkan kepalanya. "Menurut informasi yang di dapat, orang itu pindah ke sekolah lo, dan gue yang ditugasi nanganin bandar narkoba ini. Jadi, ya, gue pindah ke sekolah lo."
"Owh." Amara mengubah posisinya menjadi menghadap laptop kembali.
"Ra? Gue cerita panjang lebar dan jawaban lo cuma 'owh' doang?"
"Ya."
"Yaampun, salah apa gue punya kakak kayak gini."
"Kalau udah gak ada kepentingan sama gue, lo boleh keluar," kata Amara dengan cueknya, bahkan ia tidak susah-susah menatap adiknya. Dan itu membuat adik Amara menggerutu sebal. "Jadii, maksud dan tujuan lo dateng ke kamar gue itu apaa?" tanya Amara dengan malas, kali ini ia menatap adiknya.
"Gimana kalau kita berangkat bareng? Gue kan gak tau jalan ke sekolah lo."
"Ada GPS," kata Amara. "Alah bilang aja lo mau nebeng kan."
"Hehe, tau aja lo Ra," balas adik Amara. "Kan lumayan Ra, gue gak perlu beli bensin, bisa buat jajan."
"Berangkat sendiri sana, mandiri dong jadi orang." Sebelum adik Amara sempat membalas, Amara sudah mengalihkan perhatiannya ke laptop lagi, "Udah kan? Lo bisa pergi sekarang, gue sibuk."
"Ck, gak seru lo." Kemudian adik Amara meninggalkan Amara yang masih sibuk menatap laptopnya.
★★★★
"Baik anak-anak, saya akan memberikan kalian tugas kelompok. Tugasnya adalah membuat presentasi tentang makanan. Tapi kalian harus melakukan wawancara terlebih dahulu kepada penjual makanan, kemudian baru dibikin presentasinya," kata guru prakarya kelas XII IPA 1.
"Wawancaranya tentang apa bu?"
"Tentang bahan serta proses pembuatan makanan yang narasumber kalian jual. Jadi saat presentasi, kalian harus menjelaskan bagaimana makanan itu di buat."
"Itu wawancaranya di video bu? Atau tidak?"
"Iya, nanti disertakan dalam presentasi juga, sebagai bukti kalau kalian emang bener-bener melakukan wawancara." Semua murid meng-iya-kan. "Baik, saya akan membagi kelompok nya." Dengan berbekal jurnal absen, guru itu membagi murid kelas XII IPA 1 menjadi beberapa kelompok. Kelompok itu hanya terdiri dari dua orang. Berbagai ekspresi ditunjukkan oleh murid yang namanya disebut, ada yang senang karena bisa satu kelompok dengan teman akrabnya, ada yang kesal, dan ada yang biasa-biasa saja. Bertepatan dengan guru itu menyelesaikan pembagian kelompok, bel istirahat berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Fall In Love (TERBIT)
Teen Fiction[MAAF, BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS] [SEGERA OPEN PO KE-2] Amara Felicia Alexandria. Perempuan. Kelas XII. Sebenarnya Amara sama seperti perempuan seusianya yang lain. Kecuali sifat cuek dan fakta jika dia adalah seorang agen rahasia. Walau masih dud...