Amara duduk sendirian di bangku taman sekolahnya. Taman yang dimiliki sekolah Amara cukup indah, ada kolam dengan air mancur yang diisi dengan ikan-ikan lucu. Banyak pohon rindah disana, bunga bunga juga tumbuh subur. Sayangnya, sama halnya seperti perpustakaan, taman ini tidak banyak yang mengunjungi. Paling-paling cuma satu dua yang ada di sini, itu pun adalah orang pacaran.
Beberapa saat kemudian ada seorang cowok yang duduk di sebelah Amara tanpa mengucap apapun. Tanpa menoleh ke cowok itu Amara berkata, "lama banget."
"Sorry, gue masih nyari alasan dulu tadi." kata cowok itu yang dibalas deheman singkat oleh Amara. "Ada apa nyuruh gue kesini?"
"Ceritain soal kronologi kemarin."
"Hm? Kronologi apa maksud lo?" tanya cowok itu tidak mengerti.
Amara memang cowok itu malas, "Devan."
"Oh Devan, bilang dong." katanya setelah mengerti apa yang dimaksud oleh Amara. "Gue gak tau pasti sih, kemarin gue lagi ngobrol seru sama Mario, trus gue lihat Devan nepis tangan seorang cowok, tiba-tiba aja gue lihat darah mengucur dari tangan Devan, dan cowok itu lari. Situasi mulai gak terkendali, yang lain panik, gue gak tau gimana kondisi Devan selanjutnya karena gue hanya lihat sekilas, Devan langsung digandeng sama Mario. Gue ngejar cowok itu, tapi sayangnya gue kehilangan jejak. Dan gue gak tau kemana cowok itu pergi."
"Lo lihat wajahnya gak Rey?" tanya Amara dengan serius
"Dia pake topi jadi gue gak bisa lihat wajahnya."
"Ciri-cirinya lo masih inget?"
"hm, kurang lebih dia setinggi gue, pake kaos lengan pendek biasa, celana jeans panjang, sepatunya terlihat lusuh." terang Reyhan. Amara membayangkan cowok itu didalam pikirannya, tapi semuanya abu abu karena ia tak mengetahui ciri ciri wajahnya. "Btw, lo kenapa nanyain soal ini?"
"Gakpapa, gue cuman penasaran." balas Amara cuek.
Reyhan memandang Amara dengan curiga, sedangkan Amara hanya memandang cuek. "Sering-sering deh lo kayak gini, jangan cuek mulu jadi orang." dan Reyhan hanya mendengar dengusan dari Amara.
"Lo ke kelas duluan aja Rey."
"Loh, lo manggil gue cuma mau nanya itu?" tanya Reyhan heran. Amara hanya menganggukkan kepalanya. "Gue kira ada apaan Ra, ada yang penting mungkin."
"Gue cuma mau nanya itu doang kok." sebelum Reyhan menjawab, Amara cepat-cepat menambahkan "ke kelas duluan aja lo."
"Kenapa gak barengan aja?" tanya Reyhan yang bingung
"Gue mau ke toilet dulu."
"Oh gitu. Yaudah gue duluan ya." setelah Amara mengangguk, Reyhan berdiri dan meninggalkan Amara sendiri.
Setelah beberapa saat Reyhan pergi, Amara tetap tidak beranjak dari tempatnya. Yang dikatakannya tentang pergi ke toilet itu kebohongan belaka, nyatanya ia hanya butuh waktu sendiri untuk memikirkan kemungkinan kemungkinan di kepala cantiknya itu.
"Gue gak tau ciri-ciri wajahnya, percuma aja, gue tetep gak bisa cari siapa dia." pikir Amara. "apa mungkin cowok itu terekam di CCTV Mall ya? gue harus cek nih."
Amara bangkit dari duduknya karena menyadari beberapa menit setelah ini bel masuk akan berbunyi.
Sesampainya di kelas, Amara melihat Salsa yang mengobrol dengan teman-teman perempuannya yang lain. Setelah mengetahui Amara kembali ke kelas, Salsa meninggalkan obrolan itu dan menghampiri Amara yang duduk di bangkunya.
"Kayaknya lo ke kelas duluan deh, tapi kok baru masuk kelas sekarang, dari mana lo?"
"Dari toilet." balasnya malas. Salsa tau, jika sahabatnya ini berkata dengan nada malas, tandanya ia tidak usah bertanya macam-macam lagi, karena hasilnya akan ia sesali sendiri nanti. Beruntung bel masuk berbunyi dan tak lama setelah itu guru mata pelajaran masuk kelas dan memulai pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Fall In Love (TERBIT)
Fiksi Remaja[MAAF, BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS] [SEGERA OPEN PO KE-2] Amara Felicia Alexandria. Perempuan. Kelas XII. Sebenarnya Amara sama seperti perempuan seusianya yang lain. Kecuali sifat cuek dan fakta jika dia adalah seorang agen rahasia. Walau masih dud...