Sejak Devan menemukan surat di lokernya, Amara selalu mengintai loker Devan. Siapa tahu dia bisa menemukan siapa orang yang menaruh surat itu disana. Beberapa menit Amara mengintai di sana, tapi tidak ada orang yang terlihat mencurigakan, jadi Amara memutuskan kembali ke kelas.
Tapi saat berjalan menuju arah kelasnya, ia berpapasan dengan Devan yang terlihat memegangi telapak tangannya.
"Mau ke mana Dev?" tanya Amara saat mereka berpapasan.
"UKS," jawab Devan singkat tanpa menghentikan langkahnya. Amara yang penasaran pun mengikuti langkah Devan. "Ngapain lo?"
"Jalan."
"Ck. Ngapain lo ngikutin gue ha?"
"Gapapa, pengen aja."
Devan mendecak, ia tidak mengajak Amara berbicara kembali. Sedangkan Amara, matanya tak lepas memandang tangan Devan yang di genggam erat.
"Eh lo bisa obatin tangan gue gak," kata Devan setelah cowok itu masuk ke UKS. Disana ada seorang gadis kelas XI yang mungkin waktunya piket menjaga UKS.
"Aduh, gimana ya kak, gue dipanggil guru." Cewek itu berkata dengan gelisah. "Parah nggak kak lukanya?"
Devan menjulurkan lengannya, "Nggak terlalu sih."
"Lo pergi aja kalau emang udah ditunggu guru, biar Devan gue yang tanganin," kata Amara yang melihat bagaimana adik kelasnya itu gelisah.
"Gapapa kak?" Amara hanya mengangguk.
"Eh apaan, gamau gue, yang ada nanti luka gue makin parah." Tanpa basa-basi Devan langsung menolaknya.
"Udah deh lo duduk aja." Amara mendorong Devan agar duduk di atas kasur. "Lo siapin aja obatnya, habis itu lo bisa pergi." Tanpa diperintah dua kali, gadis itu cekatan mengambil obat yang diperlukan.
Kini tinggal Amara dan Devan saja di ruang UKS ini.
"Lo seriusan bisa?" tanya Devan nada tak yakin.
"Jangan gerak dan liat aja deh." Amara yang duduk di sebelah Devan, menarik lengan Devan kearahnya. "Tangan lo kok bisa sampe kayak gini sih, lo apain coba."
"Bukan gue, tadi gak sengaja kena cutter yang dipegang Galang." Amara yang sudah mulai membersihkan luka Devan pun mendongak menatap cowok itu.
"Kok bisa?"
"Biasa kan anak cowok ngumpul gitu, terus si Galang bawa cutter dan kuker gitu dimainin, gak sengaja deh kena tangan gue," jelas Devan. "Au, pelan-pelan dong."
"Udah pelan ini," kata Amara yang sibuk mengobati luka Devan.
"Kasar banget lo jadi cewek." Sebal mendengar perkataan Devan, ia menekan luka Devan dengan kuat, sehingga cowok itu menjerit tertahan. "Wah parah, sengaja ya lo?!"
"Gabisa diem sih lo."
Beberapa saat kemudin luka Devan sudah tertutup dengan rapi. Mereka berdua pun kembali ke kelas bersama-sama. Suasana kelas ricuh sekali, karena saat ini tidak ada pelajaran dikarenakan guru-guru sedang rapat.
"Dev gimana luka lo? Sorry ya gue tadi gak sengaja," kata Galang
"Gue gapapa, santai aja lah," jawab Devan.
"Udah diobati Dev?" tanya Reyhan. "Eh kok lo bisa bareng sama Amara?"
"Ketemu di jalan. Kenapa?" Bukan Devan yang menjawab, melainkan Amara.
"Gapapa sih, nanya doang."
"Amara, lo ke toilet lama banget sih," kata Salsa.
"Ada tugas gak?" Bukannya menjawab pertanyaan Salsa, Amara malah balik bertanya. Dan tanpa menunggu jawaban dari Salsa, Amara duduk di bangkunya. Salsa menghela nafas dan mengikuti Amara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Fall In Love (TERBIT)
Fiksi Remaja[MAAF, BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS] [SEGERA OPEN PO KE-2] Amara Felicia Alexandria. Perempuan. Kelas XII. Sebenarnya Amara sama seperti perempuan seusianya yang lain. Kecuali sifat cuek dan fakta jika dia adalah seorang agen rahasia. Walau masih dud...