"Galang belum dateng?" tanya Amara seraya duduk di bangkunya.
"Hm? Kenapa dateng-dateng nanyain galang?" tanya Salsa.
"Cuma pengen tahu."
Salsa menatap Amara beberapa detik. "Udah. Tapi kayaknya di rooftop."
"Kalau Devan?"
"Belum dateng. Mungkin bentar la—" perkataan Salsa terpotong karena kericuhan yang dibuat anak-anak di kelas. Mereka heboh karena melihat Devan yang datang dengan tangan yang terlihat tidak baik. "Itu dia orangnya."
"Hm." Mata Amara menatap Devan yang terlihat sudah baik-baik saja walau dengan tangan yang di gips. Pandangan mata Amara teralih ke ponselnya yang berdering. Amara beranjak dari duduknya dan berjalan ke luar kelas.
"Halo. Ra, dia udah dateng?" tanya suara dari sebrang sana.
"Udah."
"Ada di kelas?"
"Gak. Kayaknya di rooftop."
"…"
"Kenapa?"
"Gapapa, gue cuma nanya."
"Gimana rencana lo?"
"Gue mau merhatiin dia dulu sih. Walaupun gue punya kesaksian dari pembeli dia, gue masih pengen nemuin bukti yang kuat. Gak mau asal nyeret dia aja."
"Hm. Lo kasih gue aba-aba aja."
"Oke, siap."
"Ra, di dalam belom ada guru ya?" Amara seketika menoleh kearah orang yang mengajaknya berbicara. Ternyata itu Galang, orang yang sedari tadi ia dan Dion bicarakan.
"Belom," kata Amara. "Dari mana lo?"
"Rooftop. Biasalah, tidur," katanya dengan cengiran lebar. "Yaudah gue masuk ya, gue gak mau ganggu."
"Dia?" tanya Dion saat ia rasa Galang sudah menjauh.
"Iya."
"Oke. Tolong awasi dia."
"Hm." Kemudian Amara memutus sambungan telepon dan masuk ke dalam kelas.
★★★★
Bel istirahat berbunyi, setelah guru keluar kelas, para murid berbondong-bondong pergi ke kantin.
"Ayo Ra," ajak Salsa.
Amara tak menjawab, tangannya dengan lincah mengetik serangkaian kata.
To : Dion
Dia keluar kelas"Ra?"
"Iya," Jawab Amara setelah menekan tombol send.
Amara, Salsa, Gavin, Devan, Reyhan, dan Mario berjalan bersama menuju kantin.
"Tangan lo gimana Dev? Masih sakit?" tanya Salsa.
"Masih, apalagi kalau kesenggol. Makanya gue harus jauh-jauh dari Mario."
"Lah, kenapa gue?" tanya Mario yang tertuduh.
"Karena lo gak bisa diem."
"Emang dari sananya gue kayak gini," kata Mario. "Lo juga, gak bisa ya gak terlibat masalah? Perasaan ada aja kejadian yang bikin lo celaka."
"Ini sih udah takdir, mau gimana lagi."
"Ya ya ya, terserah lo aja."
"Guys, duluan aja, gue mau ke toilet," kata Amara menghentikan langkahnya, otomatis mereka semua mengikuti Amara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Fall In Love (TERBIT)
Fiksi Remaja[MAAF, BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS] [SEGERA OPEN PO KE-2] Amara Felicia Alexandria. Perempuan. Kelas XII. Sebenarnya Amara sama seperti perempuan seusianya yang lain. Kecuali sifat cuek dan fakta jika dia adalah seorang agen rahasia. Walau masih dud...