"Amara ayo bangun, udah pagi nih, nanti kita telat!" seru Salsa yang keluar dari kamar mandi. Dan teriakannya tadi percuma, Amara tidak bergerak seincipun dari posisinya. "Amara buruan deh, gue gak mau telat ya!" Salsa menggoyang goyangkan bahu Amara.
"Ugh apa sih Sa," gumam Amara dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Lihat tuh udah jam berapa. Cepetan bangun deh." Amara memicingkan matanya melihat jam dinding. Jarum panjang menunjuk angka dua, sedangkan jarum pendek berada di angka enam.
"Lima menit lagi deh, gue masih ngantuk banget." Amara memeluk guling dan bersiap tidur lagi, tapi Salsa langsung menarik lengan Amara, ia menyeretnya kedepan pintu kamar mandi.
"Cepetan mandinya, sepuluh menit lagi gue tunggu di bawah." Amara dengan nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya pun masuk ke kamar mandi. Sedangkan Salsa yang sudah memakai seragamnya pun pergi ke dapur.
Beberapa saat kemudian Amara terlihat menuruni tangga, ia sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Sedangkan Salsa sudah duduk manis di meja makan berhadapan dengan mamanya.
"Ayo sini Amara, sarapan dulu," kata Mama Salsa.
"Iya tan." Amara duduk di sebelah Salsa dan memakan sarapan yang disiapkan Mama Salsa.
"Maaf ya, tante cuma bikin roti selai, soalnya ternyata bahan makanan udah habis," kata Mama Salsa. "Salsa sih tau bahan makanan habis tapi gak mau belanja."
"Loh ma, kok aku yang disalahin? Kan aku gak pernah cek bahan dapur. Biasanya kan ada Bi Surti."
"Ini kan Bi Surti lagi cuti, dan yang sering ada di rumah kan kamu, jadi kamu harus rajin-rajin cek bahan makanan dong. Nanti kalau tengah malem kamu laper tapi gak ada makanan gimana? Siapa yang susah?"
"Iya ma, maaf deh," kata Salsa. "Udah ya ma, Salsa berangkat dulu, keburu telat." Salsa berdiri dan mencium tangan mamanya, diikuti oleh Amara.
★★★★
"Amara pelan-pelan dong!" teriak Salsa yang bersaing dengan kencangnya suara angin.
"Kalo gak ngebut nanti telat Sa." Amara balas teriak.
"Tapi jangan ngebut banget dong, gue takut tau."
"Udah lo diem aja." Dan, beberapa menit perjalanan ke sekolah Salsa tidak berani membuka matanya, ia memejamkan mata dan terus merapalkan doa dalam hati agar ia dan sahabat nya itu bisa diberikan keselamatan dan sampai di tujuan dengan selama.
Ciiit. Suara ban motor Amara yang berdecit.
"Huh, sumpah Ra lo gila banget, nanti kalo ada apa-apa gimana," omel Salsa saat mereka sudah sampai di Sekolahan.
"Nyatanya kita baik-baik aja kan," kata Amara dengan santainya. Ia melepas helm nya dan berjalan menuju kelasnya — meninggalkan Salsa.
"Tungguin dong," kata Salsa yang berusaha menyamakan langkah dengan Amara. "Lagian ini gara-gara lo juga kan kita jadi kayak gini."
"Gue? Ya lo lah. Kemarin siapa yang curhat ke gue sampai tembus pagi ha?" kata Amara menyindir Salsa, sedangkan yang di sindir menunjukkan cengirannya.
Yah, sebenarnya ini salah mereka berdua sih. Salah Salsa karena tadi malam ia curhat sampai jam satu pagi. Salah Amara karena ia merasa lelah dan tidak bangun pagi.
"Sa, tumben banget kamu jam segini baru masuk kelas. Chat aku juga gak kamu bales." Baru saja mereka melewati pintu kelas dan ingin duduk di kursi mereka, tapi sudah di hadang oleh pertanyaan Gavin. Dengan tampang cueknya Amara tidak memperdulikan Gavin, ia langsung menuju bangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Fall In Love (TERBIT)
Teen Fiction[MAAF, BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS] [SEGERA OPEN PO KE-2] Amara Felicia Alexandria. Perempuan. Kelas XII. Sebenarnya Amara sama seperti perempuan seusianya yang lain. Kecuali sifat cuek dan fakta jika dia adalah seorang agen rahasia. Walau masih dud...