Hari terus berlalu, Amara dan Devan beberapa kali kelompok dan akhirnya mereka berhasil menyelesaikan tugas.
Saat presentasi di depan kelas, Amara dan Devan menjelaskan dengan sangat baik. Amara membuat materi dengan simple dan mudah di cerna. Di akhir presentasi, mereka mendapat tepuk tangan dari teman-temannya.
"Akhirnya selesai juga Ra." Devan dan Amara berjalan ke tempat duduk mereka. Devan mengarahkan telapak tangannya ke Amara.
"Apaan?"
"Tos lah, kita kan udah berhasil nyelesaiin tugas dengan baik," kata Devan masih mengarahkan telapak tangannya. Amara menyambut ajakan Devan dan kemudian ia duduk di bangkunya.
"Lo lancar banget tadi Ra presentasinya," kata Salsa. "Emang the best deh lo." Amara tersenyum tipis menanggapi perkataan Salsa.
"Aduh, gue deg deg an banget nih. Lihat nih, tangan gue sampe keringetan gini." Salsa mengarahkan tangannya ke arah Amara.
"Santai aja, gausah tegang." Kini, giliran kelompok Salsa yang presentasi. Salsa menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya dengan perlahan. "Fighting," kata Amara.
Salsa menyelesaikan presentasinya dengan baik, walaupun di tengah presentasi ia seperti kehilangan kata-kata, untungnya partner Salsa bisa menutupi celah itu.
Jam terus bergulir, kelompok yang lain satu persatu maju ke depan kelas untuk presentasi.
"Baiklah anak-anak, terimakasih atas kerja keras kalian. Presentasi kalian semua bagus," kata guru prakarya. "Berhubung bel istirahat sudah berbunyi, pelajaran saya sampai di sini saja, kalian boleh istirahat." Setelah guru itu keluar kelas, murid-murid yang lain berbondong pergi ke kantin.
"Kantin Ra?" tanya Salsa, Amara mengangguk. Mereka berdua pun pergi ke kantin, melewati koridor sekolah yang penuh dengan siswa siswi yang melakukan aktifitas masing-masing. "Satu kelompok sama Devan gimana rasanya Ra?"
"Kenapa?"
"Ya gapapa. Kan lo sama Devan gak pernah akur, nah sekarang malah satu kelompok, gimana rasanya?"
"Kadang bikin kesel," jawab Amara.
"Gue saranin ya Ra, lo damai deh sama Devan," kata Salsa. "Lagian, lo cocok tahu kalau disandingin sama Devan."
"Maksud lo?" Amara memandang Salsa dengan bingung.
"Ya lo sama dia jadian gitu," kata Salsa dengan menunjukkan senyum lebar miliknya.
"Sembarangan aja."
Mereka berdua sudah sampai di kantin, dan kantin penuh sesak, hampir tidak ada bangku yang kosong. Untung saja Salsa melihat Gavin, ia pun mengajak Amara pesan makanan kemudian bergabung dengan Gavin.
"Hei yang, maaf tadi aku tinggal," kata Gavin sat melihat Salsa duduk di sebelahnya. "Laper banget aku tadi."
"Iya gapapa."
"Kalian udah pesen makan?" tanya Devan.
"Udah kok," jawab Salsa.
"Guys, jalan-jalan yuk, bosen gue di rumah terus," ajak Mario.
"Bilang aja lo kesepian Yo, haha," kata Gavin.
"Makanya cari pacar dong Yo, biar ada yang diajak jalan," kata Reyhan.
"Woi, sadar diri dong, lo juga gak ada pacar tau," kata Devan.
"Udah deh kalian berdua, sama sama gak punya pacar gak usah ribut. Kalian tuh senasib," cibir Gavin yang mendapat lirikan tajam dari Devan, Mario, dan Reyhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Fall In Love (TERBIT)
Fiksi Remaja[MAAF, BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS] [SEGERA OPEN PO KE-2] Amara Felicia Alexandria. Perempuan. Kelas XII. Sebenarnya Amara sama seperti perempuan seusianya yang lain. Kecuali sifat cuek dan fakta jika dia adalah seorang agen rahasia. Walau masih dud...