Bel istirahat pertama berbunyi, semua murid bersorak gembira didalam hatinya. Mereka menunggu guru pengajar kelur kelas dulu sebelum mereka berhamburan ke kantin.
Devan dan teman-temannya tadi sempat bertegur sapa dengan Galang. Hanya mengenalkan diri saja, dan sekarang mereka berada di kantin.
"Si anak baru kayaknya baik deh," kata Salsa yang membuka pembicaraan tentang Galang. Galang, yang sedang dibicarakan berada di meja sebrang, berkumpul dengan anak laki-laki lain.
"Lo baru liat pertama kali Sa, jangan asal nyimpulin dulu," kata Reyhan.
"Tapi bener deh apa yang dibilang Salsa. Di lihat dari tampilannya sih dia lumayan rapi, ciri-ciri anak baik," kata Mario yang mendukung Salsa.
"Setuju gue," kata Gavin asal-asalan, dia sedang sibuk memakan mie ayamnya.
"Ngapain sih ngomongin si anak baru, mending nih ya bicarain yang lebih bermanfaat gitu," kata Devan.
"Contohnya?"
"Ulangan matematika gitu," jawab Devan.
"Lah, ngapain ngomongin matematika sih, bikin panas otak aja," saut Gavin.
"Itu sih karena lo emang goblok Vin, hahaha," cibir Mario
"Enak aja, gue gak goblok ya."
"Cuman?"
"Cuman gak ngerti aja."
"Sama aja goblok!" seru Devan, Mario, dan Reyhan bersamaan, kemudian mereka tertawa bersama.
"Beda tau," kata Gavin. "Lagian gue gak suka mikirin matematika, gue kan sukanya mikirin Salsa." Gavin mengerling kearah Salsa.
"Apaan sih Vin," kata Salsa dengan malu-malu.
"Ciee merah tuuh pipinya," ledek Mario
"Apa sih. Amara, belain gue dong." Salsa merajuk ke Amara
"Apaan," kata Amara dengan cueknya, yang semakin membuat Salsa mencebikkan bibirnya. "Daripada ngomongin yang gak jelas, pikirin ulangan matematika lo deh."
"Bener tuh kata Amara." Wajah Salsa kembali cerah karena merasa dibela oleh sahabatnya itu.
"Alah jangan ngalihin pembicaraan deh."
"Awas lo Yo, gak gue kasih contekan loh nanti," ancam Salsa.
"Hayoloh, mampus lo gak bisa ngerjain," cibir Devan.
"Nanti kalau lo dapat nilai jelek kan gue tinggal ngetawain," kata Gavin yang tertawa mengejek.
"Kayak lo pinter pinter aja Vin," cibir Amara.
"Ah tenang, ada kakak Reyhan yang siap sedia membantu gue," balasnya dengan melirik Reyhan.
"Enak banget lo ngomong. Emang gue mau bantuin lo?"
"Harus mau lah. Katanya kan keluarga,” balasnya dengan kata manis.
"Kalau kayak gitu aja bilangnya keluarga, tapi kalo temennya dihukum bukannya bantuin malah diketawain."
"Lah, ya harus dong itu! Hahaha."
Selagi mereka asik bersenda gurau, Amara menatap sekeliling, dan matanya tak sengaja mendapati Galang melirik lirik ke meja mereka sedari tadi. Entah apa maksud cowok itu, yang pasti, Amara tidak suka dengan kehadiran Galang.
****
Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Anak-anak kelas Amara berbondong-bondong keluar kelas, mereka ingin cepat-cepat keluar dari neraka yang dinamakan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Agent Fall In Love (TERBIT)
Fiksi Remaja[MAAF, BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS] [SEGERA OPEN PO KE-2] Amara Felicia Alexandria. Perempuan. Kelas XII. Sebenarnya Amara sama seperti perempuan seusianya yang lain. Kecuali sifat cuek dan fakta jika dia adalah seorang agen rahasia. Walau masih dud...