DS Sepuluh

4.3K 263 25
                                    

ALWAYS














Klik tanda bintang sebelum baca...














Happy Reading.













* Sorry for typo.

🍋🍋🍋

Nadine terus berusaha menghubungi beberapa kenalannya untuk meminta bantuan tapi nihil. Hingga sekarang sudah lewat setengah hari ia belum juga mendapat pinjaman. Terlebih ia bertambah pusing memikirkan bagaimana membayar uang semesternya.

Mona terus berjaga disamping Lily. Ia sedikitpun tak beranjak dari tubuh lemah yang terbaring diruangan serba putih itu.

Nadine sesekali melihat keadaan didalam ruangan Lily lalu ia kembali keluar untuk mencari siapa yang bisa membantunya.

Dikantor James, pria itu masih saja uring-uringan menunggu kabar dari orang suruhannya. Menunggu kabar tentang istri keduanya.

Ponselnya berbunyi nyaring dan tidak perlu menunggu James langsung mengangkatnya. Mendengar laporan sang pesuruh, James menghempaskan tubuhnya lemas ke kursi. Ia telah salah menilai sang istri. Ia bahkan tidak mendengar apapun terlebih dahulu dan langsung menghakimi istrinya. Krisis kepercayaan, itulah yang James rasakan sekarang. Bagaiamana mungkin ia tidak percaya dengan kesetiaan sang istri keduanya.

Di saat istrinya itu ternyata sedang dalam masalah ia malah menuduh bahwa istrinya tersebut sedang selingkuh. Menyesal dan kecewa. Dua rasa itu bercampur aduk didadanya sekarang. Ia ingin meminta maaf dan menemui Nadine tapi tentu saja James tahu betul batasannya. Ia tidak bisa membiarkan siapapun mengetahui statusnya bersama Nadine.

James mempunyai alasan kuat kenapa ia tidak mau hubungannya bersama Nadine terungkap ke khalayak umum.

Akhirnya James memutuskan menyuruh seseorang lagi untuk pergi kerumah sakit.
.
.
.

Nadine duduk termenung didepan ruangan Lily. Otaknya sudah buntu untuk berfikir saat ini. Isi kepalanya serasa ingin meledak sekarang. Dirumah ia memiliki masalah dengan suaminya. Dikampus ia dituntut untuk segera membayar uang semester dan sekarang dirumah sakit ia juga dituntut untuk segera melunasi biaya operasi sepupunya. Jangankan berfikir makan untuk minum saja sekarang Nadine seperti melupakannya.

Nadine frustasi saat ini memikirkan hidupnya yang kini sedang banyak masalah. Bukan lagi silih berganti datangnya tapi masalah itu datang sekaligus dalam hidupnya.

Jika saja Nadine boleh berandai-andai maka ia pasti akan berangan bahwa saat ini ia ingin sekali James ada bersamanya. Ia ingin suaminya itu ada di sisinya. Lalu Nadine tersenyum sinis ketika ingat pertengakarannya tadi malam bersama suaminya itu.

Ada rasa kecewa dalam hatinya karena ternyata James sungguh tidak mempercayai kesetiaannya padahal selama ini ia sudah rela dijadikan istri kedua oleh suaminya itu. Cinta? Entahlah, Nadine tidak ingin memikirkan itu sekarang. Tubuh dan pikirannya sedang lelah.

"Nad..." Mona menepuk pundak Nadine yang saat ini sedang tertunduk menatap kosong ubin lantai rumah sakit. "Pulanglah, ini sudah hampir malam, kau pasti dicari majikanmu,"

Nadine mendongak menatap wajah sang bibi. Ia melihat jam ditangannya. Benar. Sudah pukul enam sore. Memang ia sudah ijin pada Tyra tapi tetap saja Nadine tidak ingin mendapat kemarahan lebih besar lagi dari suaminya jika ia pulang malam lagi hari ini.

"Tapi bi..."

"Sudahlah, bibi mengerti kau takut jika majikanmu marah jadi lebih baik sekarang kau cepat pulang." Mona bukan ingin mengusir Nadine tapi ia juga mengerti kondisi keponakannya itu yang memang bekerja sebagai pelayan dirumah James.

Dia SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang