DS Empat Belas

4.6K 264 71
                                    

ALWAYS















Klik tanda bintang sebelum baca dan karena cerita ini votednya dikit makanya aku up lama maafkeun ya...













Happy Reading.


"Mencintaimu membuatku terbuai walau aku sadar kita dalam kumbangan dosa tapi sungguh aku mencintaimu baik kaupun membalas cintaku maupun tidak. Aku akan tetap bertahan hingga waktu yang memutuskan kapan saatnya aku pergi"


* Sorry for typo

🐣🐣🐣

Aneh. Tyra masih merasa aneh. Ia tidak tau apa gambaran dari perasaannya pada James saat ini. Cinta? Entahlah ia juga tidak tau.

Tyra memandang lekat sebuah foto besar yang terpajang di dinding kamarnya. Foto sebuah keluarga bahagia, ada ibu, ayah dan anak yang sedang bahagia. Tyra meneteskan airmata untuk kesekian kali setiap kali memandang foto tersebut. Rindu. Ia sangat merindukan moment serta orang yang ada dalam foto tersebut. Apalagi foto anak kecil yang tampan tersebut membuatnya meraba bagian dada yang terasa selalu perih mengingat pangeran tampan tersebut. "Mami kangen nak?" gumamnya disela isakan lirihnya.

Kematian pangeran tampannya-lah yang membuatnya selama ini diharuskan mengkonsumsi berbagai obat-obatan untuk mengatasi depresinya. Ia akan bersikap diluar batas jika depresinya itu sudah kambuh. Tyta bahkan sempat dirawat dirumah sakit selama tiga bulan saat mendengar kepergian putranya.

Hari ini entah kenapa ia begitu merindukan ayah dan anak yang terlihat dalam foto bahagia tersebut.

Nadine hari ini meminta ijin untuk menjenguk bibi serta keponakannya yang sudah keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu. Ia hanya kekampus sebentar untuk mencari bahan tugas diperpustakaan sebelum menuju rumah sang bibi.

Yassi ikut menjengguk keponakan Nadine karena ketika dirumah sakit ia memang belum sempat menenggok.

"Nad... kapan bibimu akan membuka warungnya lagi, apa menunggu Lily sembuh total dulu?" Yassi bertanya disela perjalanan mereka menuju rumah bibi Nadine.

"Mungkin, lagipula kasihan Lyli kan baru keluar dari rumah sakit pasti masih perlu banyak perhatian," jawab Nadine mengingat bahwa bibinya sekarang hanya tinggal berdua dengan keponakannya.

"Lalu bagaimana kau bisa melunasi biaya rumah sakit kemarin?" rasa penasaran Yassi masih sangat tinggi mengingat bagaimana sahabatnya itu sempat stres saat mengungkapkan biaya kuliah dan biaya operasi secara bersamaan.

"Ada malaikat turun bagi-bagi duit," jawab Nadine asal seperti kemarin saat Yassi bertanya hal yang sama.

"Sialan lo, gue nanya serius," jutek Yassi kesal.

Obrolan mereka terhenti saat sopir taxi menginformasikan bahwa mereka telah sampai.

"Hai Lyli," sapa Yassi melihat keponakan sahabatnya itu tengah duduk diatas kasur sambil bermain boneka.

"Kak Yassi!" Seru Lyli senang melihat siapa yang menyapanya.

"Gimana? Masih sakit gak?" Yassi duduk disebelah Lyli dan mulai mengobrol.

Sementara Nadine tengah duduk diruang tamu bersama sang bibi.

"Nad, bagaimana caranya kita melunasi biaya rumah sakit pada majikanmu?" tanya Sandra cemas karena ia masih memikirkan banyaknya utang mereka pada majikan Nadine.

Dia SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang