Chapter - 36: Pulang

5K 906 154
                                    

Hai, long time no see, ya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, long time no see, ya?

Begitulah. Tadinya malah mau saya unggah kalau sudah 100K reads. Tapi kasihan kalian juga yang nunggu katanya sampai lumutan.

Awas kalau udah saya unggah tapi malah sepi. Kalau sepi Bab 37 bakal bulan depan nih rilisnya. 😈

Selamat membaca.
Jangan ragu untuk berkomentar.
Dan jangan lupa kasih bintang. Biar saya semangat unggah laginya.

Belum saya sisir typonya. Jadi mohon maaf kalau masih ada beberapa yang salah ketik. Maklum aja. Jangan rese.

 Jangan rese

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

💡Rea💡

***

It's on my mind!

Sepanjang perjalanan pikiranku terbagi antara Jullian dan Nafis. Gila banget tahu nggak. Semua berkemelut jadi satu. Aku yang harusnya bisa manfaatin waktu tidur malah melek terus nggak ketulungan.

Bagaimana nggak kayak gini? Udah setelah itu Pian nggak bales Nafis kenapa, pas transit aku telepon Pian juga nggak diangkat, dikirim pesan juga nggak nyahut sama sekali. Seolah sepanjang perjalanan pesawat terjadi turbulensi terus menerus meski mulus-mulus saja kenyataannya.

Aku malah menghubung-hubungkan tragedi pesawat dengan Nafis. Pasalnya kecelakaan itu terjadi di hari yang sama Nafis pergi dariku. Tapi apa mungkin? Nggak, ah. Sejak tahu ada kejadian itu pula yang membuatku semakin kalut waktu itu. Dan nggak ada keinginan sama sekali untuk mencari tahu tentang kecelakaan itu. Setiap ada kecelakaan apapun, aku paling traumatis kalau harus melihat gambar, video, atau bahkan nyari infonya.

"Kamu apaan banget sih, Yan? Aku sms, telepon juga, nggak ada yang direspon sama sekali," kataku begitu ketemu Pian di Soetta. Jujur jengkel banget ya.

Tapi Pian malah diem aja. Nggak memberi penyambutan yang bikin cerah. Nggak kayak dia yang dulu aku kenal.

"Barang bawaanmu segini aja?" dia malah nanya apa.

THE CRITICAL MELODY [Sudah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang