Chapter - 26: The Fundamental Of Loving

5.6K 1K 104
                                    

*Kalian curang sih, vote nya cepet banget sampe 150 saya jadi buru-buru ngeditnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Kalian curang sih, vote nya cepet banget sampe 150 saya jadi buru-buru ngeditnya. 😬 Yaudah, chapter 27 akan saya unggah kalau udah sampai 200 votes. Tapi kayaknya kalian bakal lebih ngegas setelah baca chapter ini. Dimohon untuk mempersiapkan apa saja yang bisa digunakan untuk mengelap pipi.

***

💡Rea💡

***

Note #447
Mood: Ew!

Aku tidak percaya, hari ini untuk pertama kalinya aku  pergi ke salon. Ew! Kau tak perlu mencibirku, Lucas! Karena kau tak pernah membantu sama sekali. Kau hanya pendengar berbentuk lembaran kertas yang cukup berbaik hati mau menerima goresan pulpenku. But I’m grateful for belonging you as my 20th diary. Thanks, Lucas.

Aku tidak pernah berpikir bahwa SMA baik untukku. Aku bisa berangkat ke Liverpool hari ini juga kalau Mami tidak mendaftarkanku di SMA itu. Lucas, kau tahu, kan. Aku sudah menceritakannya padamu berlembar-lembar. Aku membayangkan hari-hariku di Liverpool; aku akan menemui sepupuku Josephine dan Liam, memakan es krim vanila sambil begadang semalaman dengan Netflix, sepertinya ide yang bagus kalau aku membawakan mereka satu ember es krim durian. Kau tahu di sana tak ada durian. And maybe I’ll find new romance there. Imagine! A calm boy who has a cute lip, a talented person, smart. I wish someone with lionheart in his teddy face will come close to me. LOL. Juga, Papi sudah merestuiku untuk memperjuangkan Julliard. Hmm, okay okay, I know, Lucas. Aku baru beberapa bulan ini bergabung dengan sanggar. Dan aku tahu itu hanya terapi. Tapi aku seolah tersadarkan. I found my trully days at least.

Seseorang di Quora mengatakan agar aku merubah gaya rambut, body lenguage, kontrol bicara, dan ... hmm. Lucas, apa kau pikir aku terlalu menyedihkan sampai harus melakukan itu? Tapi aku sudah terlanjur mengikuti tes masuknya. Aku ingin melupakan semua yang terjadi di SMP.

#Note450
Mood: Grateful

Coba tebak, aku mendapat peringkat pertama di sekolah itu. Nilaiku yang terbaik, seperti kata Mami, doanya selalu seperti itu.

Lucas, sekolah itu sangat keren. Mereka punya fasilitas yang lengkap. Sesuai dengan biaya yang harus dikeluarkan. Sistemnya kurasa sangat menakjubkan.

Ada satu yang perlu kau tahu, Lucas. Aku satu kelas dengan Louisa. Seseorang yang tak bisa kuhindari. Salah satu yang ingin kudekati, tapi rasanya akan semakin keliru kalau aku mendekatinya. Aku tak bisa, tapi aku ingin.

Satu lagi, aku duduk sebangku dengan seorang cowok, dan hanya kami yang duduk berpasangan beda gender. Tapi aku tidak khawatir padanya, sebab kupikir seseorang yang bernama Nafis itu sangat kompeten. Dia punya attitude yang baik. Dari sepuluh besar peraih nilai terbaik, dia satu-satunya laki-laki di deretan nama-nama itu. Mungkin, bisa dikatakan laki-laki terbaik dari angkatan kami secara akadaemik, kurasa.

THE CRITICAL MELODY [Sudah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang