Chapter - 15: Kalau Boleh Jujur

5.7K 940 51
                                    

"Cause baby you look happier, you do

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cause baby you look happier, you do.
My friends told me one day I'll feel it too. And until then I'll smile to hide the truth. But I know I was happier with you."

-:- Ed Sheeran - Happier -:-


***

🎻Louisa🎻

***

Semakin hari, semakin baik saja aku beradaptasi dengan sekolah ini. Aku juga mulai terbiasa dan tidak terlalu membatasi ketika Alex bahkan mulai berani memboncengkanku dari parkiran. Awalnya aku memang tidak mau, tapi semenjak aku lihat Alex memboncengkan Kak Lotus mentorku yang juga pemain biola, ada perasaan yang membuatku ingin menghalangi Alex membonceng siapapun, kecuali aku.

Apakah ini egois?

Kau pernah tidak, berada di posisi seperti ini? ketika ada seseorang yang menyukaimu bahkan melakukan banyak cara agar bisa menarik perhatianmu, namun kamu bersikap belum siap untuk menjadikannya sebagai hubungan yang lebih jauh, tapi kau merasa saaaangat cemburu ketika ada orang lain yang kelihatannya seperti dekat dengan dia, padahal di situasi ini aku tahu Kak Lotus sudah punya pacar anak kuliahan.

Bahkan ketika Alex berkata, "Kamu kenapa?" saat aku sedikit ingin banyak diam padanya.

"Aku pengin dibonceng dari parkiran. Kamu juga udah boleh ngajak aku bicara di mana saja kamu mau."

"Kalau itu maumu."

Jelas dia akan mengiyakan dengan mudah. Tiga minggu di sini memang aku amati dia tidak banyak teman cewek. Yang sering aku lihat entah itu kebetulan atau memang ketika ada kumpulan klub, Alex memang terlihat seru kalau sedang ngobrol sama anak cowok. Maklum dia ketua klub. Dan ini tahun terakhirnya di SMA ini.

Lalu ketika aku sedang duduk di halte, pikiran itu muncul, tentang apakah aku tidak terlalu jahat pada Alex? Sejenak aku memosisikan diri menjadi dia, rasanya aku akan jadi orang pertama yang menyerah pada perasaan ini. Aku sudah menyukai Alex, mungkin jika saat ini dia menyusul ke halte setelah rapatnya dengan anak klub dan mengatakannya lagi ... maksudku mengatakan bahwa dia ingin aku jadi pacarnya, aku akan menjawab "Iya."

Dan saat aku memikirkan ini, seseorang duduk di bangku halte. "Iya kenapa?"

"Eh?" aku menoleh pada sosok itu. "Kamu, Fis. Nggak apa-apa."

"Lagi melamun ya?"

Aku tersenyum saja.

Oh iya, aku sudah makin akrab dengan anak kelas. Sempat salaman juga sama Rea waktu ada sesi kenalan anak sekelas. Meski hanya salaman, dan berbalas senyum, entah itu asli atau tidak, aku tetap bahagia. Sekarang, tidak apa-apa kalau situasinya memang harus seperti ini antara aku sama Rea. Karena meski begini, aku mengamati dengan baik kalau dia lebih menyenangkan untuk dilihat dari pada ketika SMP. Mungkin karena SMA ada lebih banyak orang baru dan memang Rea yang mudah menarik perhatian bayak orang tanpa dia berusaha. Dia cantik, pintar, kaya, bertalenta, dan tidak pamer sama sekali. Setidaknya aku pernah sangat akrab dengannya.

THE CRITICAL MELODY [Sudah Dibukukan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang