Permulaan

312 23 0
                                    


Seperti angin yang datang berhembus sebentar.

Nasib berubah dalam rentang waktu yang disebut detik.


 "Kasian yah!"

"Miss Quen yang bernasib buruk"

"Kalok gue jadi dia mungkin udah gila ya."

"Mati aja, Jalang! Sombong sih."

Dan masih banyak lagi segala macam umpatan, kata-kata kasihan, dan pandangan yang seakan menguliti kepergian Karen. Tidak ada tegur sapa seperti biasanya. Bahkan teman-teman yang Karen banggakan bersikap sok tidak kenal dengan mengatakan "Siapa ya, sorry gak kenal sampah." Hidup Karen berubah drastis hanya karena satu malam yang hina. Kebiadaban yang berhasil membuat kakak satu-satunya hampir membusuk dipenjara.

Karen mendatangi Olin dan Tania yang merupakan mantan teman setianya. Ia tersenyum kepada Tania dan Olin. Untuk kali ini saja, ia ingin bertegur sapa dengan mereka setelah seminggu menatap mereka dari kejauhan. Tania memalingkan wajahnya sedangkan Olin memandangnya nanar. Ah! Betapa menyesalnya dia telah menelantarkan mereka ketika masih berstatus menjadi temannya.

"Kalian sehat-sehat ya."

Runtuhlah sudah pertahanan Olin. Ia menangis memeluk Karen. Menangis tersedu karena takdir yang dengan jahatnya menyakiti teman cerianya. Takdir yang sungguh egois merenggut kepercayaan diri salah satu temannya. Takdir yang kejam karena telah menjadikan kehidupan temannya seperti sebuah permainan. Karen mengelus sayang punggung sahabatnya. Tania yang tak kuat melihat keduanya akhirnya memilih pergi dengan meredam kesedihannya.

"Olin, bilang sama Tania kalok aku sayang kalian ya." Ucap Karen.

Tangisan Olin bertambah kencang. Ia tidak sanggup kehilangan Karen. Sikap Karen yang menyebalkan bukan apa-apa jika dibandingkan ketulusan hatinya. Kebaikan yang melekat pada diri malaikat. Sungguh. Mulut-mulut nyinyir itu ingin sekali ia basmi dengan racun serangga atau pestisida milik pamannya.

"Aku tau kalian sayang sama aku. Aku tau banget kalian kecewa sama aku. Aku tau banget kalian berharap aku sedikit terbuka. Aku tau banget kalian hanya nggak tega dengan..."

Karen tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia semakin mengeratkan pelukannya kepada Olin. Dadanya bergemuruh hebat. Napasnya naik turun. Karen terisak dengan pilunya. Mengilukan setiap persendian yang mendengar kesakitannya. Karen kembali mengurai air mata untuk yang kesejuta kalinya.

***

Hy guys... Makasih udah mau mampir diceritaku. Ternyata sekian lama menghilang rindu juga nulis cerita. Hoho. sekali lagi makasih dan jangan lupa Vote dan komentarnya kutunggu.

KareninaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang