Sekali lagi aku terpuruk.
Lepas landas dengan kandas.
Hatiku redam seakan bara membakar sempurna.
Adel mengerjap-ngerjapkan matanya. Kepalanya masih terasa sangat pening. Ia menatap tempat yang rupanya tak asing. Adel mengernyit. Rumah? Bukankah ini kamarnya. Tentu saja ia sangat kenal dengan interior kamarnya sendiri. Adel menatap sekeliling. Seseorang membuka pintu membuat perhatiannya beralih sepenuhnya. Adel mengernyit sekali lagi.
"Kakak dengan siapa?"
Angga menatap Adel kesal. Ia masih sebal dengan keputusan adiknya yang berujung kemalangan. Ia bersyukur insting kakaknya masih berfungsi mencegah. Jantungnya berdetak seakan sesuatu melucuti tempatnya. Itu sekedar nostalgia perasaan yang menimpanya setelah beberapa menit kepergian adik manjanya. Karen yang manja dengan abangnya. "Dengan siapa lagi memangnya."
"Usir kak."
Angga menatap Adel tak percaya. Mulut yang selalu menyunggingkan senyum. Mulut yang ramah dan selalu berkata anggun. Sungguh. Ia kecewa dengan ucapan adik bungsunya. Angga menatap Leon yang mematung. Menghela napas lelah. Ia meninggalkan Adel dan Leon berdua.
Karen menatap Leon penuh permusuhan. Bahkan Abangnya menghianatinya? Amazing. Bravo. Bravo.
"Pergi kamu!"
Leon masih diam. Adel menatap Leon sengit.
"Pergi." Bentak Adel.
Leon mendekati Adel yang napasnya mulai tak beraturan. Adel memasang wajah waspada. Ia bingung sekaligus takut dengan pandangan mata hitam Leon. Mata hitam yang seolah dikenalnya. Adel melemparkan semua barang yang bisa ia raih pada Leon. Leon meringis. Boneka Shaun the sheep itu mengenai lukanya.
"Karen ini Aku." Ucap Leon seraya mendekap Karen yang meronta. Karen mengangkat wajahnya. Menatap mata hitam Leon.
Seketika itu Karen menangis. Sarat akan kerinduan dan sesal yang tiada akhir. "Kak Eon. Karen sakit." Ucapnya lalu tangisan tak dapat terbendung lagi.
***
Holla gengs... makasih udah baca ceritaku...😆😆😆
jangan lupa tinggalkan jejak Vote dan Komennya ya...☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Karenina
Literatura FemininaPercaya butuh kekuatan ekstra. Kamu tidak akan pernah tau dimana titik kepastian yang fakta atau mungkin kau tak pernah mengerti bahwa yang pasti takkan muncul sama sekali. "JANGAN SENTUH SAYA." Dan bahkan kamu tidak akan pernah membayangkan bagaima...
