5 - Seminggu

21.6K 747 7
                                    

Setelah beberapa hari yang lalu dirinya sempat bertatapan dengan raiga, kini kejadian itu sudah seminggu berlalu, hingga kini kehidupan mira masih seperti biasa, tak ada ganguan dari apapun.

Cuma saja, tania masih duduk disampingnya. Kayanya perseteruan antara ia dan qila masih belum selesai.

" mir, lu beneran mau ikut olahraga. Muka lu pucet banget soalnya " tania khawatir dengan mira, karena gadis itu tampak sedang sakit.

" gakpapa, kok ni " balas mira.

Mereka berdua berjalan menuju lapangan, mira mengambil posisi baris dibelakang tania.

" Selamat pagi Anak - anak, pagi ini bapak akan melakukan pengambilan nilai lari, jadi absen satu sampai lima siap - siap dilapangan " ucap pak jaka.

Mira berjalan kepinggir lapangan, sebenarnya mira merasakan badannya tak enak, namun hari ini pengambilan nilai, mau bagaimana pun. Dirinya harus tetap bisa.

Setelah menunggu, kini giliran mira. Dirinya bersiap - siap dalam posisi start.

Pritt  ....

Mira lari sekuat tenaganya, akhirnya ia bisa sampai juga ke garis finish. Namun setelah itu  keadaan semakin gelap membuat pengelihatan mira mulai mengabur, dan terakhir yang mira dengar suara teriakan dari tania yang memanggil namanya.

                        •••••

Mira merejapkan matanya, kepalanya masih terasa pusing.

" mir, masih pusing ? " tanya tania, yang sedari tadi menunggunya.

Tadi semuanya panik, melihat mira yang pingsan, lalu digotong ke uks, dan guru piket mengizinkan tania untuk menjaganya. " kamu nungguin aku? " tanya mira balik.

" iya, lu masih pusing mir ? " tanya tania.

Mira menggeleng lemah, " enggak, mekasih ya tania " ucapnya tulus.

" ya ampun mir. Kaya ama siapa aja, nanti lu pulang bareng sama gue aja, gue bawa motor "

" eh gak usah ni, aku naik bus aja nanti "

Tania menyerahkan air teh yang sudah dibikin oleh guru piket kepada mira, " gak ada tapi - tapian, nih minum dulu tehnya "

Mira mengambil tehnya, baru beberapa kali tengkuk, perutnya bergejolak ingin memuntahkanya, buru - buru mira ke washtafel, memuntahkanya.

" jangan mendekat ni, aku mau muntah " ucap mira sebelum dirinya memuntahkan lagi sarapan yang tadi pagi ia makan.

" apaan si mir, gue gak jijian orangnya "

Tania mengurutkan belakang leher mira, sampai mira tidak akan muntah lagi. Mira membuka kran, membasuh mulutnya. Matanya melihat pantulan dirinya di kaca, muka sangat pucat.

" lo tunggu disini dulu ya, gue ngambil tas dulu ke kelas. Jangan kemana - mana mir " kata tania.

Mira menunduk sedih, baru pertama kali dirinya sakit sampai bisa pingsan seperti tadi, entahlah. Beberapa hari ini memang nafsu makanannya berkurang, dan kadang - kadang di pagi hari ia sering muntah - muntah.

Deg ...

Jantung mira, berdegub kencang, gak mungkin yang selama ini ia takutkan akan terjadi, mira sungguh takut. Dirinya mencoba berfikir positif untuk tidak langsung mengarah ke arah situ, walaupun tidak menutup kemungkinan ia sangat khawatir.

                      •••••

Setelah mengantarkan ibu dan bapaknya ke stasiun, mira kembali pulang kerumahnya.

Hari ini ibu dan ayahnya akan menginap selama beberapa hari untuk merawat neneknya atau ibu dari ibunya yang sakit parah, mira tidak mau ikut karena ia masih sekolah.

Sedari tadi mira gelisah dan gundah, ingin mencoba sesuatu yang berada didalam tasnya, namun dirinya takut. Bagaimana jika nanti hasilnya positif.

Setelah memberanikan diri, mira mengabil test pack  dari tempat pensilnya, lalu berjalan ke kamar mandi dengan perasaan luar biasa takut.

Setelah menunggu beberapa menit, mira membuka matanya melihat hasilnya.

Seketika waktu berhenti sesaat, dirinya langsung terduduk, matanya mengularkan air mata, disana hasilnya positif.

Berati di dalam perutnya ada seseorang yang meninggalinya, perasaan mira kacau.

Mira berteriak keras, untung kini sudah malam. Air matanya mengalir sangat deras.

Bagaimana dengan orang tua nya yang akan tahu hal ini, bagaimana dengan masa depannya, bagaimana dengan semuanya.

Perutnya semakin lama akan besar, dan tidak menutup kemungkinan semua orang tau.

Bagaiamana dengan raiga, apakah cowo itu akan bertanggung jawab, apakah cowo itu mau mengakui anaknya, mira yakin enggak.

Mira kembali nangis, sambil memegang perutnya. Dia bukan wanita iblis yang akan membunuh anaknya sendiri, mau bagaimana pun mira akan berusaha menjaga anaknya.

Walaupun ayah dari anaknya tidak mau bertanggung jawab sekalipun.

Bagaiman mana nih part ini ?
Doain mira ya semuanya.

Vote and comment

Young Merried Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang