7 - kekecewaan

22K 763 11
                                    

Raiga terduduk lemas, saat mengetahui ternyata mira hamil. Dokter yang memeriksanya mengatakan bahwa mira positif hamil.  Itu juga berati bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah.

" Engghh ... " Suara erangan dari mulut Mira.

Raiga berdiri dari duduknya dan mengambil tempat duduk disamping mira, tangannya menyodorkan sebotol air minum yang sudah dibuka, dan langsung diminum oleh Mira.

Setelah minum, Mira mengembuskan nafasnya pelan. Ia tahu bahwa raiga kini tahu mengenai kehamilannya

" Apa masih sakit ? " Tanya raiga, memecah keheningan diantara mereka.

Mira menggeleng tanpa menatap ke arah raiga

" Aku akan bertanggung jawab " ucap raiga tegas.

Mendengar ucapan raiga, Mira menoleh, lalu menatap mata coklat raiga. Namun tidak ada kata yang keluar dari mulutnya.

" Aku akan bilang ke orang tua kamu, dan orang tua aku juga untuk menjelaskan semuanya dan menikahi kamu "

Deg

Menikah ? Mira tidak mau secepat itu, namun ini bukan tentang dirinya, melainkan anaknya yang memang butuh seorang ayah. Ia juga tak mungkin menjadi seorang ibu yang egois tanpa memikirkan masa depan anaknya.

" Jangan sekarang " ucap mira pelan.

Raiga yang tadinya menunduk kini menegakan kepalanya, " kenapa ? "

" Aku belum siap melihat kekecewaan orang tua ku " kata Mira.

Raiga tidak membalas, dirinya malah menundukkan kepala, dirinya pun sama tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya juga.

Namun disisi lain, dia juga harus bertanggung jawab, seperti yang dikatakan papa dan mamanya, bahwa segala sesuatu harus dipertanggung jawabkan.

" kita lewatin sama - sama " ucap raiga.

                      •••••

Dengan terpaksa Mira pulang bareng raiga naik mobil, padahal sebelumnya mira sudah menolaknya dengan berbagai alasan. Apalagi ini sudah mau maqrib, ya walaupun ibu dan ayahnya belum pulang dari pulang kampung, Mira tetap risih takut jika pulang dianter sama cowok yang pasti akan dilihat tetangganya, yang akan berpikir bukan - bukan.

" Sampai sini aja " ucap mira.

Raiga memberhentikan mobilnya beberapa meter dari rumah Mira, rumah yang paling sederhana di deretan rumah lainya.

Mira memang dari keluarga yang tak mampu, namun tak membuatnya malu, dirinya malah bersyukur diberikan orang tua yang memberikan kasih sayang tulus kepadanya.

" Terima kasih " kata Mira, ia langsung turun dari mobil raiga.

Raiga hanya berdeham kecil membalasnya, dirinya belum menjalankan mobilnya, dirinya masih tetap diam menatap Mira yang sedang berjalan sesekali menengok kebelakang .

Mira menatap ventilasi rumahnya yang memancarkan cahaya lampu, namun perasaan Mira belum menyalakan lampunya, apalagi ibu dan ayahnya belum pulang.

Buru - buru mira menaruh sepatunya di rak, dirinya membuka pintunya yang tak dikunci, membuatnya bertambah binggung.

Baru masuk kedalam rumahnya, Mira dikejutkan oleh Ratno, ayahnya yang berdiri didepannya dan langsung menamparnya.

Plak

" Ini apa Mira ?!! "

Retno mengangkat tinggi test pack milik Mira, matanya menatap mira dengan sorot kekecewaan, kesedihan, dan kemarahan.

Mira tak sanggup menjawabnya, dirinya hanya menangis sesenggukan sambil memegang pipinya. Didalam kamar Mira ada Desy yang sedang menangis, ia tak kuat dengan semua kenyataan ini.

Tadi siang Desy dan Ratno pulang dari rumah ibunya Desy, mereka tidak memberi tahu Mira sebab handphone keduanya sama - sama rusak sehingga tidak dapat berkomunikasi.

Baru sampai rumah,mereka terkejut dengan keadaan rumah yang berantakan seperti kapal pecah, membuat keduanya berpikir aneh, pasalnya Mira bukanlah seorang gadis pemalas untuk membersihkan rumahnya. Yang Pada akhirnya mereka membersihkan rumah, karena ada beberapa barang milik mira, Desy membuka pintu kamar mira untuk menaruh barang - barang itu, namun dirinya terkejut dengan apa yang ia lihat dari kamar Mira yang sangat berantakan.

Mata Desy yang tak sengaja menatap ke arah meja belajar mira, terkejut. Melihat disana terdapat benda yang membuat dirinya seketika jatuh tak sadarkan diri, beruntung Ratno langsung melihatnya.

" Jawab Mira benda apa ini ? " Tanya Retno.

Mira mengusap air matanya pelan, " maafin Mira yah " hanya kalimat itu yang bisa Mira ucapkan.

Seketika Retno terduduk lemas, dirinya gagal menjaga putri satu - satunya.

Jujur hal ini membuat Retno sebagai seorang ayah sangat terpukul, karena tidak becus menjaga anaknya.

Mira tak sanggup melihat ayahnya yang kini meneteskan air mata karena dirinya, Mira ingin sekali mati saat itu juga.

Membuat kecewa kepada orang yang kita sayang, sungguh menyakitkan.

Setelah mencoba tenang, Desy akhirnya keluar dari kamar. Dilihatnya suaminya yang duduk di sofa dan anaknya yang terduduk di lantai. Tak tahan melihatnya ia juga menintikan air mata.

" Maafin Mira Bu " ucap Mira dalam pelukan Desy.

Desy hanya mengangguk, mau seberapa marah, kesal, dan kecewanya ia pada Mira namun tetap Mira anaknya.

Desy membawa Mira duduk diatasnya sofa.

" Siapa ayah dari anak mu mir ? "  Tanya Retno tegas.

Keadaan semakin hening, Mira tetap tak ingin menjawab , namun keadaan lebih runyam kala raiga tiba - tiba saja diantara suasana tegang ini.

" Saya pak, saya akan bertanggung jawab " katanya .

Bugh ...

Haii gais !!!
Jadi aku mau jelasin, aku merombak alur cerita ini, jadi aku mohon untuk kalian semua yang ingin baca cerita ini, baca dari awalnya ya.

Okey thank u guys
See you in the next chapter!!! 😘😘😘

Young Merried Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang